Sugeng Rawuh Teng Blog Kula "Dinazad"

Minggu, 17 Mei 2015

Kapan Katakan Saya Cinta kepadamu


 
Sayang, apa kabar hari ini?
Honey, I Love U
Aku kangen sama kamu
dll....
Kata-kata semacam itu mudah sekali terucap apabila untuk pasangan kita. Namun, terkadang kita justru sulit mengucapkannya pada orang-orang terdekat seperti orang tua, kakak, adik dan lain sebagainya. Termasuk salah satunya adalah saya. Hehe J
Padahal, ternyata banyak hadits dan riwayat Nabi SAW yang memberikan betapa mengucapkan cinta adalah sunnah-Nya.
Saat bangun pagi, tidak pernah rasanya saya mengatakan cinta untuk orang-orang terdekat seperti ibu, bapak, adik, kakak dan kerabat yang lain?
Kenapa tidak pernah?. Jawabnya karena di keluargaku tidak ada budaya mengatakan “cinta” sehingga kagok dan malu terasa jika harus mengungkapkannya. Sejak pagi sudah disibukkan dengan kesibukan masing-masing pula.
Padahal dalam hati rasanya ingiiiin sekali setiap waktu saya mengucapkan “Aku Cinta kepadamu mama, Aku cinta kepadamu bapak, Aku cinta kepadamu kakak, aku cinta kepadamu adik. Ingin sekali selalu menyapa dan mengucapkan terima kasih untuk setiap perhatian dan kasih sayang yang telah kalian berikan.
Mungkin ada pula yang menjawab “Boro-boro!” Pagi hari, semua harus ke tempat kerja atau ke sekolah, berpacu dengan waktu. Mana sempat bilang I Love U?
Kawan, saat bertemu dengan sahabat hari ini, sudahkah kamu sampaikan cinta kepada mereka? Sudahkan kamu sampaikan cinta kepada semua orang dekat, baik di mata maupun di hati, semua orang dekat, baik karena hubungan darah maupun pertalian akidah?
“Tidak!” Mungkin begitu jawabnya. Kebersamaanmu dengan mereka lebih karena tuntutan kerja dan aktivitas, itu alasannya.
“Tidak biasa!” Barangkali demikian kamu bilang. Toh, obrolan dan jalan bersama sudah menunjukkan cinta sehingga ia tidak harus diuntai dalam kata. Sementara itu, sikap dan perhatian lebih menunjukkan rasa yang engkau miliki untuk mereka.
Bisa jadi demikian halnya. Akan tetapi, alangkah indah jika engkau coba sabda Rasulullah saw., berikut ini.
Dari Abu Karimah Al Miqdad bin Ma’dikariba r.a.m dari Rasulullah saw, beliau bersabda, Apabila seseorang mencintai saudaranya, beri tahukanlah kepadanya bahwa ia mencintainya. (H.R. Abu Daud)
Dari Anas r.a., ia berkata, “Ada seorang laki-laki duduk di hadapan Rasulullah saw. Kemudian, ada seorang yang lewat di situ. Lalu, orang yang duduk di hadapan Rasulullah berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai orang itu’.
Rasulullah saw. bertanya, ‘Apakah kamu sudah memberitahukan kepadanya?’
Dia menjawab, ‘Belum’.
Beliau bersabda, ‘Beritahukanlah kepadanya!’
Kemudian, dia menemui orang itu dan berkata, ‘Sesungguhnya, saya mencintaimu karena Allah’.
Orang itu menjawab, “Semoga kamu dicintai oleh Dzat yang menjadikanmu mencintaiku karena-Nya’. (H.R. Abu Daud)
Kawan, pernahkah kamu mengunjungi kerabat, saudara dan sahabat hanya karena kamu ingin mengunjunginya? Semata karena ingin menjalin tali cinta?
“Tidak sempat”. Bisa jadi seperti itu alasanmu. Terlalu banyak pekerjaan dan urusan lain yang tidak mungkin ditinggalkan.
Kawan, pernahkah kamu menelepon untuk sekedar bersilaturahmi, menyapa, mendengar suara di seberang sana, dan menanyakan kabarnya?
“Ah, tidak terpikirkan”. Dapat pula itu ungkapmu. Sementara itu, masih banyak nomor terkait kewajiban menunggu untuk dihubungi.
Ingin rasanya saya belajar dari sabda Rasulullah saw., berikut ini.
Dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah saw., beliau bersabda : Sesungguhnya, ada seseorang akan berkunjung ke tempat saudaranya yang berada di desa lain, kemudian Allah swt. mengutus malaikat untuk mengujinya. Setelah malaikat itu berjumpa dengannya, ia bertanya, ‘Hendak ke manakah kamu?’
Ia menjawab, ‘Aku akan berkunjung ke tempat saudaraku yang berada di desa itu’.
Malaikat bertanya lagi, ‘Apakah kamu merasa berhutang budi kepadanya sehingga merasa perlu mengunjunginya?’
Laki-laki itu menjawab, ‘Tidak. Aku mengunjunginya semata karena aku mencintainya karena Allah Swt.’
Malaikat kemudian berkata, ‘Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah untuk menjumpaimu dan Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah’. (H.R. Muslim)
Kawan, sudahkah kamu menjabat tangan saudaramu ketika bertemu? Sudahkan kamu peluk keluargamu hari ini?
“Pasti”. Seperti itu barangkali yang kamu sampaikan karena itu telah menjadi kebiasaan di masyarakat.
Bukan, Sahabat! Karena hal itu adalah sesuatu yang disunahkan, menjadi penggugur dosa para pelakunya, mewujudkan cinta para penjunjungnya. Semoga berita yang dibawa sahabat dari sang pembawa risalah meneguhkanmu.
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. mencium Hasan bin Ali r.a. Kemudian, Aqra’ bin Habis berkata, “Sesungguhnya, saya memiliki sepuluh anak, tetapi saya tidak pernah mencium seorang pun dari mereka”.
Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa tidak mengasihi, ia tidak akan dikasihi”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Aisyah r.a. berkata, “Zaid bin Haritsah datang ke Madinah dan Rasulullah saw. sedang berada di rumahku. Kemudian, ia datang dan mengetuk pintu. Lantas, Rasulullah saw. bangkit dan menarik kainnya, serta memeluk dan menciumnya”. (H.R. Turmudzi)
Al Barra r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Dua orang Islam yang bertemu, kemudian mereka berjabat tangan maka dosa kedua orang tersebut diampuni sebelum keduanya berpisah. (H.R. Abu Daud)
Kawan, mengatakan cinta bukanlah tabu, bahkan ia disunahkan Al Musthafa. Kamu tidak perlu romantis untuk melakukannya. Kamu tidak usah malu dan merasa sudah bukan masanya karena cinta tidak mengenal usia. Bolehlah ia diungkapkan oleh anak kepada bapak dan ibunya, ayah bunda kepada sang putra, keponakan kepada kerabatnya, seseorang kepada sahabatnya. Terlebih bagi, istri atau suami kepada pasangan hidupnya karena cinta adalah bahasa dunia.
Oleh karena itu, apa yang menghalangimu mengatakan, “Saya cinta kepadamu” hari ini dan menunjukkan kasih sayang kepada keluarga, saudara, kaum kerabat, dan sahabat?
# Selalu berusaha untuk berubah menjadi lebih baik#
Selalu dan selalu J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar