Sayang,
apa kabar hari ini?
Honey,
I Love U
Aku
kangen sama kamu
dll....
Kata-kata semacam itu mudah sekali terucap apabila untuk
pasangan kita. Namun, terkadang kita justru sulit mengucapkannya pada
orang-orang terdekat seperti orang tua, kakak, adik dan lain sebagainya.
Termasuk salah satunya adalah saya. Hehe J
Padahal, ternyata banyak hadits dan riwayat Nabi SAW yang
memberikan betapa mengucapkan cinta adalah sunnah-Nya.
Saat bangun pagi, tidak pernah rasanya saya mengatakan cinta
untuk orang-orang terdekat seperti ibu, bapak, adik, kakak dan kerabat yang
lain?
Kenapa tidak pernah?. Jawabnya karena di keluargaku tidak ada
budaya mengatakan “cinta” sehingga kagok dan malu terasa jika harus
mengungkapkannya. Sejak pagi sudah disibukkan dengan kesibukan masing-masing
pula.
Padahal dalam hati rasanya ingiiiin sekali setiap waktu saya
mengucapkan “Aku Cinta kepadamu mama, Aku cinta kepadamu bapak, Aku cinta
kepadamu kakak, aku cinta kepadamu adik. Ingin sekali selalu menyapa dan
mengucapkan terima kasih untuk setiap perhatian dan kasih sayang yang telah
kalian berikan.
Mungkin ada pula yang menjawab “Boro-boro!” Pagi hari, semua
harus ke tempat kerja atau ke sekolah, berpacu dengan waktu. Mana sempat bilang
I Love U?
Kawan, saat bertemu dengan sahabat hari ini, sudahkah kamu
sampaikan cinta kepada mereka? Sudahkan kamu sampaikan cinta kepada semua orang
dekat, baik di mata maupun di hati, semua orang dekat, baik karena hubungan
darah maupun pertalian akidah?
“Tidak!” Mungkin begitu jawabnya. Kebersamaanmu dengan mereka
lebih karena tuntutan kerja dan aktivitas, itu alasannya.
“Tidak biasa!” Barangkali demikian kamu bilang. Toh, obrolan
dan jalan bersama sudah menunjukkan cinta sehingga ia tidak harus diuntai dalam
kata. Sementara itu, sikap dan perhatian lebih menunjukkan rasa yang engkau
miliki untuk mereka.
Bisa jadi demikian halnya. Akan tetapi, alangkah indah jika
engkau coba sabda Rasulullah saw., berikut ini.
Dari Abu Karimah Al Miqdad bin Ma’dikariba r.a.m dari
Rasulullah saw, beliau bersabda, Apabila seseorang mencintai saudaranya, beri
tahukanlah kepadanya bahwa ia mencintainya. (H.R. Abu Daud)
Dari Anas r.a., ia berkata, “Ada seorang laki-laki duduk di
hadapan Rasulullah saw. Kemudian, ada seorang yang lewat di situ. Lalu, orang
yang duduk di hadapan Rasulullah berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya saya
mencintai orang itu’.
Rasulullah saw. bertanya, ‘Apakah kamu sudah memberitahukan
kepadanya?’
Dia menjawab, ‘Belum’.
Beliau bersabda, ‘Beritahukanlah kepadanya!’
Kemudian, dia menemui orang itu dan berkata, ‘Sesungguhnya,
saya mencintaimu karena Allah’.
Orang itu menjawab, “Semoga kamu dicintai oleh Dzat yang
menjadikanmu mencintaiku karena-Nya’. (H.R. Abu Daud)
Kawan, pernahkah kamu mengunjungi kerabat, saudara dan
sahabat hanya karena kamu ingin mengunjunginya? Semata karena ingin menjalin
tali cinta?
“Tidak sempat”. Bisa jadi seperti itu alasanmu. Terlalu banyak
pekerjaan dan urusan lain yang tidak mungkin ditinggalkan.
Kawan, pernahkah kamu menelepon untuk sekedar bersilaturahmi,
menyapa, mendengar suara di seberang sana, dan menanyakan kabarnya?
“Ah, tidak terpikirkan”. Dapat pula itu ungkapmu. Sementara itu,
masih banyak nomor terkait kewajiban menunggu untuk dihubungi.
Ingin rasanya saya belajar dari sabda Rasulullah saw.,
berikut ini.
Dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah saw., beliau bersabda
: Sesungguhnya, ada seseorang akan berkunjung ke tempat saudaranya yang
berada di desa lain, kemudian Allah swt. mengutus malaikat untuk mengujinya. Setelah
malaikat itu berjumpa dengannya, ia bertanya, ‘Hendak ke manakah kamu?’
Ia menjawab, ‘Aku akan berkunjung ke tempat saudaraku yang
berada di desa itu’.
Malaikat bertanya lagi, ‘Apakah kamu merasa berhutang budi
kepadanya sehingga merasa perlu mengunjunginya?’
Laki-laki itu menjawab, ‘Tidak. Aku mengunjunginya semata
karena aku mencintainya karena Allah Swt.’
Malaikat kemudian berkata, ‘Sesungguhnya, aku adalah
utusan Allah untuk menjumpaimu dan Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai
saudaramu karena Allah’. (H.R. Muslim)
Kawan, sudahkah kamu menjabat tangan saudaramu ketika
bertemu? Sudahkan kamu peluk keluargamu hari ini?
“Pasti”. Seperti itu barangkali yang kamu sampaikan karena
itu telah menjadi kebiasaan di masyarakat.
Bukan, Sahabat! Karena hal itu adalah sesuatu yang
disunahkan, menjadi penggugur dosa para pelakunya, mewujudkan cinta para
penjunjungnya. Semoga berita yang dibawa sahabat dari sang pembawa risalah
meneguhkanmu.
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. mencium Hasan
bin Ali r.a. Kemudian, Aqra’ bin Habis berkata, “Sesungguhnya, saya memiliki
sepuluh anak, tetapi saya tidak pernah mencium seorang pun dari mereka”.
Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa tidak mengasihi,
ia tidak akan dikasihi”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Aisyah r.a. berkata, “Zaid bin Haritsah datang ke Madinah
dan Rasulullah saw. sedang berada di rumahku. Kemudian, ia datang dan mengetuk
pintu. Lantas, Rasulullah saw. bangkit dan menarik kainnya, serta memeluk dan
menciumnya”. (H.R. Turmudzi)
Al Barra r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Dua
orang Islam yang bertemu, kemudian mereka berjabat tangan maka dosa kedua orang
tersebut diampuni sebelum keduanya berpisah. (H.R. Abu Daud)
Kawan, mengatakan cinta bukanlah tabu, bahkan ia disunahkan
Al Musthafa. Kamu tidak perlu romantis untuk melakukannya. Kamu tidak usah malu
dan merasa sudah bukan masanya karena cinta tidak mengenal usia. Bolehlah ia
diungkapkan oleh anak kepada bapak dan ibunya, ayah bunda kepada sang putra,
keponakan kepada kerabatnya, seseorang kepada sahabatnya. Terlebih bagi, istri
atau suami kepada pasangan hidupnya karena cinta adalah bahasa dunia.
Oleh karena itu, apa yang menghalangimu mengatakan, “Saya cinta
kepadamu” hari ini dan menunjukkan kasih sayang kepada keluarga, saudara, kaum
kerabat, dan sahabat?
# Selalu berusaha untuk berubah menjadi lebih baik#
Selalu dan selalu J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar