Ribuan
kilo jalan yang kau tempuh
Lewati
rintangan demi aku anakmu
Ibuku
sayang, masih terus berjalan
Walau
tapak kaki penuh darah, penuh nanah
Seperti
udara kasih yang engkau berikan
Tak
mampu ku membalas Ibu...ibu...
Ingin
kudekap dan menangis di pangkuanmu
Sampai
ku tertidur bagai masa kecil dulu
Lalu
doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan
apa ku membalas, Ibu...ibu...
(by :
Iwan Fals “Ibu”)
22 Desember adalah hari Mama. Hari di mana setiap orang
memberikan sesuatu yang lebih spesial dari hari-hari biasanya. Dari hal yang
mungkin paling kecil sampai dengan hal yang besar, misalkan dari hanya
mengucapkan selamat hari Mama kepada Mama masing-masing, memberikan kado, memberi
bunga, memberi perhatian yang lebih, mengambil alih semua tugas Mama pada hari
itu sampai dengan hal yang lebih spesial lainnya.
Sejak aku tak bekerja dan hanya fokus pada kuliahku saja, dan
Mama sudah semakin renta di usia yang lewat setengah abad, aku berjanji kepada
diri sendiri untuk menggantikan Mama melaksanakan tugas-tugas kerumahtanggaan.
Namun, ternyata aku kalah kepada janji saya dan kalah dari
semangat Mama. Saya tidak dapat memenuhi janji saya untuk menggantikan Mama
menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga. Di sisi lain, aku menyaksikan diri Mama
masih perkasa, bahkan lebih perkasa dibandingkan dengan yang dulu. Keluhan-keluhan
sakit yang beliau rasakan tidak beliau tampakkan di hadapanku dan tetap
beraktivias seperti biasanya.
Bulan ramadhan tahun lalu tepatnya tahun 2014, aku berjanji
kepada diriku sendiri untuk menggantikan Mama menyediakan makan sahur untuk
seluruh keluarga. Akan tetapi, ternyata aku selalu bangun saat makanan telah
terhidang di meja pukul tiga dini hari. Mama telah lebih dahulu bangun saat aku
masih terlelap dan berselimut. Mama langsung menyiapkan sahur bagi kami semua. Mama
selalu menunggu agar semua keluarga makan terlebih dahulu, baru setelah semua
selesai baru Mama bergegas untuk makan sahur. Di saat menunggu setiap anggota
keluarga makan, Mama menyMamakkan diri dengan menyiapkan bahan dagangan yang
akan beliau bawa ke pasar. Selepas sahur, biasanya Mama langsung membenahi
peralatan bekas memasak dan makan, lalu mencucinya sekaligus dan di sinilah
kesempatan ku untuk dapat sedikit membantu Mama. Setelah itu Mama, mengambil
wudhu dan bergegas ke mushola untuk sholat subuh berjama’ah. Aku pun mengikuti Mama
meski dengan rasa kantuk yang kadang masih menggelayuti. Setelah sholat subuh,
aku biasanya kuliah subuh di Mushola Al-Khaeriyah. Terkadang jika terlalu
mengantuk aku tidur kembali. Akan tetapi, Mama kembali menyingsingkan lengan
baju, bersiap pergi ke pasar untuk berdagang tahu. Saat saya kembali, hanya
tersisa pekerjaan membenahi dan membersihkan rumah serta halaman rumah, mencuci
piring dan pakaian.
Mama, engkau wanita perkasaku!
Ketika pukul 09.00, Mama baru pulang dari pasar. Setelah pulang dari pasar Mama hanya
berhenti dalam sedikit jeda, untuk membersihkan
diri, sholat dhuha dan istirahat sejenak. Kemudian Mama kembali sMamak untuk
mempersiapkan tahu yang akan digoreng untuk dijual esok harinya. Kemudian,
setelah sore Mama mempersiapkan makanan untuk berbuka. Setelah selesai beliau
berkutat lagi dengan baran dagangannya (menata dan memasukkan tahu-tahu yang
telah digoreng ke dalam rak tahu agar tidak di makan tikus atau hewan lainnya),
sampai maghrib menjelang.
Sedangkan aku?
Aktivitas rutin ku di pagi hari adalah membenahi rumah,
menyapu halaman, mencuci piring, perkakas memasak dan mencuci pakaian. Aku memasak
jika Mama tidak sempat melakukannya.
Selesai dengan pekerjaan rumah, saya mengisi waktu dengan
berbagai kegiatan. Kadang aku juga ingin turun membatu Mama mengerjakan
pekerjaannya. Namun aku tetap tak bisa seperti Mama.
Mama, engkau memang wanita perkasaku!
Sehabis berbuka, Mama langsung membenahi peralatan makan
dengan atau tanpa bantuanku. Setelah semua beres, Mama kemudian berangkat ke
mushola untuk sholat maghrib yang dilanjut dengan sholat isya dan tarawih.
Sepulang dari tarawih, barulah Mama beristirahat, terkadang
juga mengisi waktu luang untuk membaca al-Qur’an. Jika Mama masih memiliki tenaga
berlebih, kami sekeluarga bercengkrama, ngobrol tentang banyak hal atau bahkan
berdiskusi kecil. Mama baru beristirahat saat malam mulai beranjak.
Mama, engkau sungguh wanita perkasaku!
Mama, masih banyak lagi hal lain yang dikerjakannya. Aktivitas-aktivitas
tersebut masih ditambah lagi jika ada tetangga kita yang sedang hajatan ataupun
terkena musibah. Mama pasti dengan ringan tangan ikut membantu. Mama rajin
menghadiri acara yasinan, istighosah, takziah ataupun rewang.
Tahukah, apa yang aku pikirkan saat ini? Aku berharap, Mama
layak mendapatkan semua kebaikan yang nilainya tak terhingga dari Allah. Aku berdoa
semoga Allah menerima setiap sholat, senandung tasbih, takbir dan tahlil ibu
yang menggema diantara pagi, siang, sore dan malam. Aku berharap Allah
memberikan harga berlipat atas semua pengorbananmu. Aku meminta Allah mencatat
dan menggandakan balasan untuk langkah-langkah ibu menuju mushola setiap
waktunya meski dalam lelah dan letih.
Saya sungguh memohon, Allah memasukkan ibu dalam barisan
orang-orang yang mendapatkan surga. Amiin.... Ibu, hanya doa ini yang dapat aku
persembahkan untuk ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar