MAKALAH
MATA KULIAH :
ULUMUL QUR’AN
DOSEN PENGAMPU
: ISA AGUS AMSORI, SHI
“PENGERTIAN, OBJEK DAN
PERTUMBUHAN ULUMUL QUR’AN”

DISUSUN OLEH :
1. DINAZAD 3120040
2. SEPTI KHUSNUL KHOTIMAH 3120011
3. SITI THOHIROH 3120025
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
(STIT) PEMALANG

BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam pembahasan makalah kami kali ini, yang berjudul
Pengertian, Objek dan Pertumbuhan Ulumul Qur'an, kami akan mencoba membahas hal-hal
yang berhubungan dengan Ulumul Qur'an yang merupakan materi pertama dalam mata
kuliah Ulumul Qur’an Semester 1.
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an
adalah sumber ilmu bagi kaum muslimin yang merupakan dasar-dasar hukum yang
mencakup segala hal. Firman Allah SWT :
“Kami turunkan
kepadamu Al-Kitab untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat
dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. (Q.S. An – Nahl :
89 )[1]
Mempelajari isi Al-Qur’an akan menambah
perbendaharaan baru, memperluas pandangan dan pengetahuan, meningkatkan
perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi,
kami akan lebih yakin akan keunikan isinya yang menunjukkan Maha Besarnya Allah
sebagai penciptanya.
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Oleh karena
itu, ada anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti
isi Al-Qur’an. Lebih dari itu, ada orang yang merasa telah dapat memahami dan
menafsirkan Al-Qur’an dengan bantuan terjemahnya, sekalipun tidak mengerti
bahasa Arab. Padahal orang Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan
Al-Qur’an. Maka dari itu, untuk dapat mengetahui isi kandungan Al-Qur’an
diperlukanlah ilmu yang mempelajari bagaimana tata cara menafsiri Al-Qur’an yaitu
Ulumul Qur’an dan juga terdapat faedah-faedahnya. Dengan adanya pembahasan ini,
kami sebagai generasi islam supaya lebih mengenal Al-Qur’an.
Ulumul Qur'an adalah sebuah metode yang lengkap dan
menyeluruh untuk membuka pintu awal dari kedalaman kandungan Al-Quran.
Karenanya, umat Islam secara umum, ataupun secara khusus yang ingin mendalami
lebih mendalam tentang Al-Quran, secara otomatis akan dituntut untuk
mempelajari Ulumul Quran. Di dalamnya terdapat berbagai pembahasan tentang
Al-Quran, dari mulai arti, sifat, sejarah, hingga metode penafsirannya.
Dalam pembahasan makalah ini, kami akan memfokuskan
membahas mengenai materi pertama Ulumul Qur’an yaitu tentang Pengertian, Objek
dan Pertumbuhan Ulumul Qur’an. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi lain
para mahasiswa untuk mempelajari Ulumul Qur’an.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang
akan kami sampaikan pada makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian Ulum, Al-Qur'an dan
Ulumul Qur'an?
2. Apa saja yang menjadi objek Ulumul
Qur'an?
3. Bagaimanakah pertumbuhan dan
perkembangan Ulumul Qur'an pada masa Rasulullah sampai sekarang?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ulumul Qur'an
Ungkapan ulumul qur’an
berasal dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata yaitu ulum dan al-qur’an.
Kata ulum jamak dari ilmu dan al-qur’an[2]
nama kitab suci umat Islam. Menurut Abu syahbah ulumul qur’an adalah sebuah
ilmu yang memiliki banyak objek pembahasan yang berhubungan dengan al-qur’an, mulai
dari proses penurunan, urutan penulisan, kodifikasi, cara pembaca, penafsiran, nasikh
mansukh, muhkam mutashabih serta pembahasan lainnya.
a.
Arti kata Ulum
Kata Ulum secara etimologi adalah
jamak dari kata ilmu. Menurut kata ilmu adalah masdar yang mempunyai arti paham
atau makrifat. Kemudian kata ilmu ini berkembang dalam berbagai istilah sebagai
nama dari pengetahuan tentang Al-Qur'an.
Para Ahli Filsafat, mendefinisikan
kata ihnu sebagai suatu gambaran sesuatu yang terdapat dalam akal. Oleh para
ahli teologi kata ilmu didefinisikan suatu sifat yang dengan sifat itu orang
yang mempunyainya akan jelaslah baginya sesuatu urusan. Menurut Abu Musa
Al-Asy'ari, ilmu itu ialah sifat yang mewajibkan pemiliknya mampu membedakan
dengan panca inderanya. Adapun menurut Imam Al-Ghazali dalam kamib ikhya’
ullumudin, secara umum arti ilmu dalam istilah syara’ adalah makrifat Allah,
terhadap tanda-tanda kekuasaan-Nya, terhadap perbuatanNya, pada hamba-hamba-Nya
dan makhluk-Nya. Di dalam kamib manahilul irfan, Muhammad Abd. ' Adhim
mengatakan : ilmu menurut istilah adalah ma'lumat-ma'lumat (hal-halyang sudah
diketahui) yang rumusan dalam satu kesatuan judul atau satu kesatuan tujuan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan ihnu ialah masalah-masalah
yang telah dirumuskan dalam satu disiplin pengetahuan yang terdapat dalam akal
pikiran.
b.
Arti kata Al-Qur'an
Menurut bahasa kata Al-Qur'an
merupakan mashdar yang maknanya dengan kata Qiro'ah ( bacaan ). Dalam definisi
Al-Qur'an banyak perbedaan pendapat diantara ulama', Kata Al-Qur'an itu
dipindahkan dari masdar dan dijadikan sebagai nama dari kalam Allah yang
mu'jiz, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi, kata Al-Qur'an adalah bentuk
mengucapkan masdar (bacaan) tetapi yang dikehendaki dari kata maful (yang
dibaca). Adapun pendapat yang mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah dari kata Qar'u
yang artinya kumpul.
Al-Qur'an secara istilah menurut
manna' Al-Qathkhan adalah kamib yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan
orang yang membaca akan memperoleh pahala. Menurut Al-Jurjani, Al-Qur'an wahyu
yang diturunkan kepada rasulullah SAW, yang ditulis dalam mushhaf dan
diriwayatkan secara mutawatir ( Berangsur-angsur ).
Adapun menurut kalangan pakar ushul
fiqih dan bahasa arab, adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya,
lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya nilai ibadah, diturunkan
secara mutawatir, dan ditulis pada dari surat Al-Fatihah (1), sampai akhir
surat An-Nas (114).[3]
c.
Arti Kata Ulumul Qur’an
Secara bahasa Ulumul Qur’an ialah
ilmu yang berisi pembahasan mengenai segala macam ilmu yang ada hubungannya
dengan Al-Qur'an. Maka segala ilmu yang bersandar kepada Al-Qur’an termasuk ke
dalam Ulumul Qur’an, seperti : Ilmu
Tafsir, Ilmu Qira’at, Ulumuddin, dan lain-lain, karena ilmu-ilmu tersebut
merupakan sarana untuk memahami Al-Qur’an
Al-Suyuti dalam kamib Itmamu
AI-Dirayah memberikan definisi Ulumul Qur'an ialah sebagai berikut :
“Ilmu-ilmu
yang membahas tentang keadaan Al-Qur'an dari segi turun, sanad, adab, dan
makna-maknanya, baik yang berhubungan dengan lafadz-lafadznya maupaun yang
berhubungan dengan hukum-hukumnya dan sebagainya”.[4]
Berdasarkan penelitian para ahli
ilmu, Ulumul Qur’an adalah “Ilmu-ilmu
yang ada hubungannya dengan al-Qur’an dari segi hidayah atau segi I’jaz”.
Menurut Al-Zarqani dalam kamib
Manahilul Irfan Fi Ulumil Qur'an, Ulumul Qur'an yaitu :
“Pembahasan-pembahasan
masalah yang berhubungan dengan Al-Qur'an, dari segi, nuzulnya, tertibnya,
pengumpulan, penulisan, bacaan, penafsiran mu’zijat, I’jaz, nasikh dan
mansukhya, serta penolakan (bantahan) terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan
confused ( keragu-raguan ) terhadap Al -Qur’an
( yang sering dilancarkan oleh orientaslis dan ateis dengan maksud untuk
menodai kesucian al qur’an ) dan sebagainya”.[5]
Dari definisi-definisi Ulumul
Qur’an diatas bahwa ulumul qur’an adalah suatu ilmu yang lengkap dan mencakup
semua ilmu yang ada hubungannya dengan Al-Qur’an, baik berupa ilmu-ilmu bahasa
arab, misalnya ilmu I’rabil qur’an, dan lain-lain.
Timbulnya istilah Ulumul Qur’an
dengan arti yang lengkap lahir sesudah disusun kitab setebal tiga puluh (30)
jilid yang bernama Al Burhan Fi Ulum
Al-Qur’an oleh Ali Ibn Ibrahim Ibn
Said (wafat 430 H). Namun, pendapat tersebut ditanggapi oleh Shubhi Al-Shalih
dengan mengatakan bahwa istilah Ulumul Qur’an itu muncul sebagai nama bagi
suatu ilmu telah sejak abad ketiga hijriyah, yaitu dengan disusunnya kitab yang
diberi judul Al-Hawi Fi Ulum Al-Qur’an
oleh Muhammad bin Khalaf al-Marzuban (wafat 309 H).
B.
Objek Ulumul Qur’an
Objek Ulumul Qur'an yang sistematis
ialah Al-Qur'an dari seluruh segi-segi yang telah disebutkan tersebut. Maka
ilmu Qira’at umpamanya, maudhu-maudhunya ialah Al-Qur’anul karim dari segi
lafal dan dari segi menyebutnya. Ilmu tafsir maudhunya, ialah Al-Qur’anul karim
dari segi penjelasannya dan maknanya.
Berbeda dengan objek Ulumul Qur'an
yang idhofi. Jadi, objek masing-masing Ulumul Qur'an yang idhofi tersebut ialah
Al-Qur'an dari suatu segi dari segi-segi Ulumul Qur'an. Hal ini berbeda dengan
objek dan Ulumul Qur'an Bi ma'nal Mudawwan (yang sudah sistematis) seluruh segi
kamib suci Al-Qur'an baik dari segi turunnya, atau pembacaan dan penafsiran
ayat-ayatnya, maupun dari segi nasikh-mansukh, muhkam-mutasyabih dan lain-lainnya.
Dengan demikian, objek pembahasan
Ulumul Qur'an yang idhofi / laqobi itu lebih sempit, karena hanya membicarakan
sesuatu segi dari beberapa segi kamib suci Al-Qur’an yang banyak sekali.
Para ulama berbeda pendapat
mengenai sejauh mana objek pembahasan ulumul Qur,an. Sebagian jumhur yulaman
berpendapat, objek pembahasan ulumul Qur’an yang mencakup berbagai segi kamib Al-Qur’an
berkisar diantara ilmu-ilmu bahasa arab dan ilmu-ilmu pengetahuan agama islam.
Berkenaan dengan persoalan ini, M.
Hasbi Ash-Shiddieqy berpendapat bahwa ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur'an
terdiri atas enam hal pokok berikut ini:
1. Persoalan turunnya Al-Qur'an (Nuzul
Al-Qur'an)
2. Persoalan Sanad (rangkaian para periwayat)
3. Persoalan Qira'at (cara pembacaan
Al-Qur'an)
4. Persoalan kata-kata Al-Qur' an
5. Persoalan makna-makna Al-Qur'an yang
berkaitan dengan hukum.
6. Persoalan makna Al-Qur'an yang berpautan
dengan kata-kata Al-Qur'an
C.
Pertumbuhan Ulumu Qur'an
a.
Ulumul Qur'an pada masa Nabi dan Sahabat
Pada masa Rasulullah dan para
sahabat merasa tidak perlu menyusun kitab dalam ilmu-ilmu Al-Qur’an, karena Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya sangat mengetahui makna-makna Al-Qur'an dan
ilmu-ilmunya, sebagaimana pengetahuan para ulama sesudahnya. Hal itu disebabkan
karena Rasulullah yang menerima wahyu dari sisi Allah SWT, juga mendapatkan
rahmat-Nya yang berupa jaminan dari Allah bahwa kalian pasti bisa mengumpulkan
wahyu itu ke dalam dada beliau.
Selain daripada itu sebagaimana
yang telah diriwayatkan oleh Muslim dalam sahihnya dari Abu Said Al-Khudry,
Rasulullah saw. sendiri melarang para sahabat menulis apa yang mereka dengar
dari beliau selaIn dari Al-Qur’an, karena beliau khawatir akan bercampur-baur
antara Al-Qur’an dengan yang bukan Al-Qur’an.
Setiap Rasulullah selesai menerima
wahyu ayat Al-Qur'an, beliau menyampaikan wahyu itu kepada para sahabatnya.
Rasulullah SAW menjelaskan tafsiran-tafsiran ayat Al-Qur'an kepada mereka
dengan sabda, perbuatan, dan persetujuan beliau serta dengan akhlak-akhlak dan
sifat beliau.
Ilmu-ilmu Al-Qur’an dimasa
Rasulullah, Abu Bakar ra., dan Umar ra. disampaikan dengan jalan talqin dan musyafahah dari mulut ke mulut. Para sahabat dahulu tidak / belum
membutuhkan pembukuan Ulumul Qur'an itu adalah karena hal-hal sebagai berikut:
a) Mereka terdiri dari orang-orang Arab
murni yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain:
§ Mempunyai daya hafalan yang kuat
§ Mempunyai otak cerdas
§ Mempunyai daya tangkap yang sangat tajam
§ Mempunyai kemampuan bahasa yang luas
terhadap segala macam bentuk ungkapan, baik prosa, puisi, maupun sajak.
b) Kebanyakan mereka terdiri dari orang-orang
yang Ummi, tetapi cerdas.
c) Ketika mereka mengalami kesulitan,
langsung bertanya kepada Rasulullah SAW.
d) Waktu dulu belum ada alat-alat tulis
yang memadai.[6]
Perintis
Dasar Ulumul Qur'an dan Pembukuannya
a) Perintis Dasar Ulumul Qur'an
Setelah periode pertama berlalu,
datanglah masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan. Negara-negara Islam pun
telah berkembang luas. Orang-orang Arab murni telah bercampur baur dengan
orang-orang asing yang tidak kenal bahasa Arab. Percampuran bangsa dan
akulturasi kebudayaan ini menimbulkan kekhawatiran-kekhawatiran. Karena itu,
Kholifah Utsman bin Affan memerintahkan kaum muslimin agar seluruh ayat-ayat
Al-Qur'an yang telah dikumpulkan pada masa Kholifah Abu Bakar itu dikumpulkan
lagi dalam satu mushhaf, kemudian di kenal dengan nama Mushhaf Utsman. Dengan
usahanya itu, berarti Kholifah Utsman bin Affan telah meletakkan dasar pertama,
yang kami namakan Ilmu Rasmil Qur'an atau Rasmil Utsmani.[7]
b) Pembukuan Tafsir Al-Qur'an
Setelah dirintis dasar-dasar Ulumul
Qur'an, kemudian datanglah masa pembukuan / penulisan cabang-cabang Ulumul
Qur'an. Cita-cita yang pertama kali mereka laksanakan ialah pembukuan Tafsir
Al-Qur'an. Sebab, tafsir Al-Qur'an dianggap sebagai induk dari ilmu-ilmu
Al-Qur'an yang lain.
c) Tokoh-tokoh ilmu yang merintis jalan
berkembangnya Ilmu-Ilmu Al-Qur’an ialah
Dari golongan sahabat :
1) Khulafa Rasyidin
2) Ibnu Abbas
3) Ibnu Mas’ud
4) Ubay ibn Ka’ab
5) Abu Musa Al-Asy’ari
6) Adbullah ibn Zubair
Dari golongan tabi’in
1) Mujahid
2) Atha’ ibn Yasar
3) Ikrimah
4) Qatadah
5) Al Hasanul Bishry
6) Said bin Jubair
7) Zaid ibn Aslam
b.
Abad Kedua Hijriyah
Tokoh-tokoh ilmu yang memperhatikan
ilmu tafsir dan menyusunnya, diantaranya ialah :
1) Syubah ibn Al Hajjaj (wafat 160 H)
2) Sufyan ibn Uyainah Al Kufy (wafat 198 H)
3) Waki’ ibn Al Jarrah Al Kufy (wafat 197
H)
Tafsir-tafsir mereka, meripakan
kodifikasi (himpunan) pendapat-pendapat dari para sahabat dan tabi’in.
c.
Abad Ketiga Hijriyah
Tokoh-tokoh penyusun ilmu-ilmu
Al-Qur’an pada abad ini, antara lain :
1) Ali Ibnu Madiny (wafat 234 H). Beliau
menyusun kita dalam ilmu Asbabun Nuzul.
2) Muhammad ibn Ayyub Adh Dhirris (wafat
249 H) Beliau menyusun kitab tentang ilmu Ma
nuzzila bil Makkata wa ma nuzzila bil Madinati.
3) Muhammad Ibn Khaflah ibn Al Marzuban
(wafat 309 H). Kitabnya bernama Al Hawi
fi Ulumil Qur’an.
d.
Abad Keempat Hijriyah
Tokoh-tokoh ilmu Al-Qur’an pada
abad keempat hijriyah, ialah :
1) Abu Hasan Al-Asy’ari (wafat 324 H).
Kitabnya dinamakan Al Mukhtazan fi Ulumil
Qur’an.
2) Abu Bakar As Sijistany (wafat 330 H).
Dengan kitabnya Gharibul Qur’an.
3) Muhammad ibn Ali Adfuwi (wafat 388 H).
Kitabnya dinamakan Al Istighna fi Ulumil
Qur’an.
e.
Abad Kelima Hijriyah
Tokoh-tokoh ilmu Al-Qur’an pada
abad ini :
1) Abu Amar Ad Dany (wafat 344 H). kitabnya
yaitu At Taisir bil Qira’atis Sab’I, dan
Al Muhkamu fin Nuqath.
2) Ali ibn Ibrahim ibn Said Al Hufy (wafat
430 H). dengan kitabnya Al Burhan fi
Ulumil Qur’an I’rabul Qur’an.
Diantara ilmu yang lahir pada abad
ini ialah ilmu Amtsalul Qur’an, yang
membahas contoh-contoh yang terdapat dalam Al-Qur’an.
f.
Abad Keenam Hijriyah
Tokoh-tokohnya adalah :
1) Abdul Qasim Abdur Rahman (As Suhaily) (wafat 582 H). Kitabnya
bernama Muhammatul Qur’an.
2) Ibnul Jauzy (wafat 597 H) Kitab yang
beliau susun Fununul Afnan fi ‘Aja-ibi
Ulumil Qur’an dan Al Mujtaba fi
Ulumil Tata’allaqu bil Qur’an.
g.
Abad Ketujuh Hijriyah
Tokoh-tokohnya ialah :
1) Alamuddin As Sakhawy (wafat 643 H)
Kitabnya mengenai qira’at yang dinamakan Hidayatul
Murtab fil Mutasyabihi.
2) Ibnu Abdis Salam yang terkenal dengan
nama Al Izz (wafat 660 H). Kitabnya ialah Majazul
Qur’an.
3) Abu Syamah Abdur Rahman ibn Ismail Al
Maqdisy (wafat 665 H). kitabnya Al
Mursyidul wajiz fima Yata’allaqu bil Qur’anil Aziz.
Beberapa ilmu baru mengenai
Al-Qur’an muncul, diantaranya :
a) Ilmu Bada’i ‘ul Qur’an, yang membahas
tentang aneka macam badi’ yang terdapat dalam Al-Qur’an.
b) Ilmu Hujajil Qur’an, yang memperkatakan
hujjah-hujjah dan dalil-dalil yang dipergunakan Al-Qur’an dalam menetapkan
sesuatu
c) Aqsamul
Qur’an, yang membahas sumpah-sumpah Allah yang
terdapat dalam Al-Qur’an.
h.
Abad Kedelapan dan Kesembilan Hijriyah
Ulama yang menyusun kitab ilmu-ilmu Al-Qur’an pada
abad kedelapan yaitu : Badruddin Az Zarkasyi (wafat 794 H). Kitabnya Al Burhan fi Ulumil Qur’an.
Ulama yang terkenal pada abad ini :
1) Muhammad
ibn Sulaiman Al Kafiyajy (wafat 873 H). Kitabnya bernama At Tafsir fi Qawaidit Tafsir.
2) Jalaluddin Al Bulqiny (wafat 824 H).
Kitabnya bernama Mawaqi’ul Ulum min
Mawaqi’in Nujum.
3) As Sayuthy (wafat 911 H). Kitabnya At Tahbir fi Ulumit Tafsir.
i.
Abad Ketiga Belas sampai Sekarang
Sejak abad ketiga belas hijriyah
hingga kini ulama-ulama dalam bidang al-Qur’an dan ilmu-ilmunya kembali
bermunculan dimana-mana, bahkan tidak hanya di negera-negara Timur Tengah saja,
tetapi sampai diberbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Ulama-ulama yang
berjasa :
1) Muhammad Abdul Azhim al Zarqaniy,
karyanya diberi judul : Manahil al Irfan
fi Ulum al-Qur’an.
2) Muhammad Ghazali, dengan kitabnya : Nazharat fi al-Qur’an.
3) Al Sayyid Alwi bin Sayyid Abbas
al-Maliki, karyanya berjudul : Faidl
al-Khabir Wakhulashat al-Taqrir.
4) Dan lain-lain, yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Sedangkan ulama-ulama intelektual
dari Indonesia yang membuahkan karya dalam bidang ini, ialah :
1) Prof. T.M. Hasbi al-Shidieqiy, dengan
kitabnya Ilmu-Ilmu Al-Qur’an serta Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an /
Tafsir.
2) Prof. Dr. Abu Bakar Aceh, dengan
karyanya :Sejarah al-Qur’an.
3) M. Quraish Shihab : Membumi al-Qur’an dan Wawasan
al-Quran
4) Dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari berbagai kajian yang dibahas sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa : Ulmul Qur’an adalah ilmu yang lengkap dan mencakup
semua ilmu yang ada hubungannya dengan al-Qur’an baik berupa ilmu agama maupun
berupa ilmu-ilmu bahasa arab. Adapun sasaran utama mempelajari Ulumul Qur’an
adalah dalam memahami kalam Allah SWT berdasarkan keterangan dan penjelasan
Rasulullah dan para tabi’in.
Ruang lingkup kajian ilmu Al-Qur’an pun sangat luas,
mencakup semua aspek-aspek pembahasan dan kajian yang ada hubungannya dengan
Al-Qur’an. Kajian Ulumul Qur’an pun berkembang dari zaman Rasulullah sampai
sekarang.
Dari zaman Rasulullah hingga sekarang semakin banyak
ulama-ulama yang menulis buku-buku yang membahas tentang Ilmu Al-Qur’an, tidak
hanya ulama-ulama di Timur Tengah namun juga di Indonesia.
Demikianlah pembahasan yang dapat kami susun dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an yang berjudul “Pengertian, Objek dan Perkembangan Ulumul
Qur’an”.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,
Rosihan. 2006. Ulumul Qur’an. Bandung
: Pustaka Setia
Djalal
, Abdul. Ulumul Qur’an. Edisi Lengkap
Ramli
Abdul Wahid. 2002. Ulumul Qur’an.
Edisi Revisi
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. 2002. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Semarang : PT.
Pustaka Rizki Putra
Umar,
Nasaruddin. 2008. Ulumul Qur’an.
Jakarta : Al-Ghazali Center.
Usman.
2009. Ulumul Qur’an. Yogyakarta :
Teras.
[1]
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 213
[2]
Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an I.
( Cet. I, Bandung : Pustaka Setia,
1997), hlm. 11
[3]
Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an (
Bandung : Pustaka Setia, 2007 ), hlm. 11
[4]
As-Suyuthi, Itmam Al-Dirayah (
Mesir : Isa Al-Bab Al-Halabi ), hlm. 47
[5]
Baca : Manahil al-Irfan I :
30.
[7]
Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar