“Aqidah Islamiyah”
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Islam adalah agama Allah SWT, sebagai
agama Samawi yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw. dan Islam merupakan
agama yang berintikan pada aqidah yaitu iman dan amal. Aqidah Islamiyah sebagai
pokok (dasar-fundamental) dan amal sebagai cabang-cabangnya, sering disebut
sebagai hubungan anatara aqidah dan syari’ah, atau ibarat pohon dan buahnya.
Dengan kata lain bahwa hubungan antara iman dan amal sangat erat dan selalu
berkaitan antara satu dengan lainnya, seperti dijelaskan dalam al-Qur’an,


“Berikanlah kabar
gembira kepada orang-orang beriman dan beramal saleh (berbuat kebaikan)
sesungguhnya mereka itu akan memperoleh surga yang dibawahnya mengalir beberapa
sungai (al-Qur’an ; 1 : 25).
Manusia merupakan makhluk yang sangat rentan digoda oleh setan.
Oleh karena itu, manusia harus memiliki
sesuatu yang dapat menjadi pegangan dalam hidupnya.
Jawabannya ialah aqidah. Aqidah baik sangatlah diperlukan
dalam kehidupan agar kehidupan tidak berjalan seperti layaknya kehidupan
dijaman jahiliyah.
Dengan demikian seseorang yang beriman
selalu dituntut untuk selalu beramal saleh. Maka bagaimana “Pengajaran Aqidah
Islamiyah” itu dapat diterima dan sekaligus dapat diamalkan dengan baik dan
benar, tentu yang berdasarkan al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad saw.
Dasar pendidikan
akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah islamiyah yang benar terhadap alam dan
kehidupan, karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh
karena itu, jika seseorang beraqidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan
benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah dan melenceng
maka akhlaknya pun
akan tidak benar. Aqidah
seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinannya terhadap Allah
juga lurus dan benar.
Sangat pentingnya pembahasan tentang Aqidah Islamiyah inilah yang
membuat penulis tertarik untuk mengulas sedikit tentang Aqidah Islamiyah.
Dalam
syariat Islam terdiri dua pangkal utama. Pertama : Aqidah yaitu keyakinan pada
rukun iman itu, letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan cara-cara
perbuatan (ibadah). Bagian ini disebut pokok atau asas. Kedua : Perbuatan yaitu
cara-cara amal atau ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dan seluruh bentuk
ibadah disebut sebagai cabang. Nilai perbuatan ini baik buruknya atau diterima
atau tidaknya bergantung yang pertama. Makanya syarat diterimanya ibadah itu
ada dua, pertama : Ikhlas karena Allah SWT yaitu berdasarkan aqidah islamiyah
yang benar. Kedua : Mengerjakan ibadahnya sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW.
Ini disebut amal sholeh. Ibadah yang memenuhi satu syarat saja, umpamanya
ikhlas saja tidak mengikuti petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti
Rasulullah SAW saja tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia, umpamanya, maka
amal tersebut tertolak. Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah
makna yang terkandung dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi 110 yang artinya :


"Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada
Tuhannya." [1]
Dengan
demikian seseorang yang beriman selalu dituntut untuk selalu beramal saleh.
Maka bagaimana “Pengajaran Aqidah Islamiyah” itu dapat diterima dan sekaligus
dapat diamalkan dengan baik dan benar, tentu yang berdasarkan al-Qur’an dan
Sunah Nabi Muhammad saw.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut :
1.
Apakah
Aqidah dan Aqidah Islamiyah itu ?
2.
Apa
saja yang menjadi dasar Aqidah Ismaliyah ?
3.
Apa
saja peranan Aqidah Ismaliyah ?
4.
Bagaimana
konsep Tuhan dalam Aqidah Islamiyah ?
5.
Apa
saja faedah mempelajari Aqidah Islamiyah ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Aqidah
Kata ‘aqoid’ jamak dari ‘aqidah’, berarti “kepercayaa”, maksudnya ialah
hal-hal yang diyakini oleh orang-orang Islam, artinya mereka menetapkan atas
kebenarannya seperti disebutkan dalam al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad saw.
Aqidah berasal dari kata ‘aqad yang berarti pengikatan. Aqidah
adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu
kepercayaan hati dan pembenaran terhadap sesuatu. [2]
Akidah (‘aqidah) secara etimologi berarti “ikatan”, sedangkan secara
terminologi, “credo”, “creed”, dan “keyakinan hidup”. [3]
Aqidah dari Bahasa Arab
yang artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan
dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan
diutusnya para Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id.
Secara
bahasa, aqidah berasal dari kata ‘aqoda
ya’qidu/’uqdatan/wa’aqidatan, yang berarti ikatan (al-rabthu), janji (al-‘ahdu),
keyakinan yang mantap (al-jazmu)
Sedangkan
menurut istilah, aqidah adalah perkara-perkara yang dibenarkan oleh jiwa dan
hati merasa tenang karenanya serta menjadi suatu keyakinan bagi pemiliknya yang
tidak dicampuri keraguan sedikitpun.
Jadi
kesimpulannya apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti
adalah aqidah ; baik itu benar atau pun salah.
B. Pengertian
Aqidah Islamiyah
Aqidah Islamiyah
adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala
pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada
Malaikat – malaikat-Nya, Rasul – Rasul-Nya, Kitab – Kitab-Nya, hari akhir,
takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa – apa yang telah shahih tentang
prinsip – prinsip Agama (Ushuluddin),
perkara – perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’ dari
salafush shalih, serta seluruh berita – berita qathi’i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah
ditetapkan menurut Al-Qur’an dan As – Sunnah yang shahih serta ijma’Salafasuh
Shalih.
Aqidah Islamiyah
telah memecahkan ‘uqdah Al – Kubra’ (perkara
besar) pada manusia. Aqidah Islam juga memberikan jawaban atas pertanyaan
– pertanyaan manusia, sebab Islam telah menjelaskan bahwa alam
semesta, manusia, dan kehidupan adalah cipataan (makhluk) bagi pencipta (al – khaliq) yaitu Allah SWT, dan
bahwasannya setelah kehidupan ini akan ada hari kiamat. Hubungan antara
kehidupan dunia dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah ketundukan
manusia terhadap perintah – perintah Allah dan larangan – laranganNya.
Sedangkan hubungan antara kehidupan dunia dengan apa yang ada sesudah kehidupan
dunia adalah adanya Hari Kiamat, yang di dalamnya terdapat pahala dan siksa,
surga dan neraka. Al – Qur’an telah menerapkan rukun – rukun aqidah ini (
Al Baqarah 258).
Aqidah
Islamiyah bersumber pada Al-Quran dan As Sunnah/Al Hadits. Oleh sebab itu, segala
bentuk amal ibadah wajib berdasarkan kepada Al-Quran dan Hadits. Barang siapa melakukan amal ibadah yang
tidak sesuai atau tidak terdapat di dalam Al-Quran ataupun Al-Hadits, maka amal ibadahnya akan tertolak, dan boleh jadi
hanya akan menimbulkan murka Allah swt.
“Barang
siapa mengerjakan suatu amalan tanpa dasar perintah Kami, maka ia tertolak”
(HR. Muslim)
Di dalam Hadits
yang panjang, Jibril pernah bertanya kepada rasulullah saw, “Beritahukanlah
kepadaku tentang iman!” Lalu Rasul SAW menjawab,“Iman itu adalah kepercayaan
kepada (adanya) Allah, Malaikat – Malaikat-Nya, Rasul- Rasul-Nya hari kiamat,
dan percaya kepada Al – Qadr (takdir), baik dan buruknya berasal dari
Allah SWT”. Jibril berkata “ Engkau benar” (HR. MuslimTarmidzi , Abu Dawud dan
Al – Nassa’I ).
Aqidah
Islamiyah selalu berkaitan dengan iman, seperti : Iman kepada Allah SWT,
Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari akhir (Hari
kiamat – Pembalasan).
Untuk
itu Allah SWT memerintahkan semua umat manusia agar menggunakan akal-pikirnya
dengan sebaik-baiknya, dan memperhatikan serta merenungkan segala ciptaanNya,
dan meng-Imani sifat-sifat dan kekuatan Allah SWT ialah dengan memperhatikan
segala makhluk ciptaanNya. [4]
“Islam itu didirikan di
atas lima dasar; bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) kecuali
Allah, dan Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
hajji ke Baitullah, dan berpuasa Ramadhan”. (HR. Bukhari – Muslim)
Setiap bangunan pastilah memilik dasar atau pondasi awal.
Semakin tinggi, semakin megah, semakin besar suatu bangunan, maka tentunya ia
membutuhkan pondasi yang semakin kuat. Itulah pentingnya mengokohkan Rukun Iman
di dalam hati setiap umat muslim yang beriman, karena rukun iman adalah basic atau
pondasi yang akan menentukan kekokohan bangunannya, yaitu bangunan Islam.
Bangunan islam yang sudah tertanam dalam diri seseorang tentunya akan mudah
diluluhlantahkan oleh berbagai ujian yang senantiasa menghadang dan mendatangi
seseorang yang mengaku beriman kepada Allah swt dan Rasul-Nya.
Dasar pokok dari aqidah Islam adalah
Arkanul Iman,
1.
Iman kepada Allah SWT
Adanya Allah SWT adalah suatu hal yang jelas dapat diketahui
manusia dengan fitrahnya, dan bukan termasuk masalah yang pelik dan bukan pula
hasil pemikiran yang berbelit-belit.
Seandainya kita perhatikan semua makhluk yang terdapat di alam
raya ini, apakah itu batu, tanah, tumbuh-tumbuhan, kayu, binatang, daratan,
lautan, api, udara, dan lain sebagainya, kita akan menemukan sejumlah bukti
yang tidak terhitung untuk meyakinkan keberadaan Allah SWT. Semua makhluk yang
ada di jagat ini adalah saksi keberadaan-Nya, termasuk diri kita sendiri, tubuh
kita, sifat-sifat kita, perubahan yang ada pada diri kita, gerak dan diam kita.
Hal ini pun menunjukkan bahwa Dzat Allah berbeda dengan makhluk-Nya, tidak ada
yang pantas untuk disekutukan dengan-Nya. Keimanan kepada-Nya adalah hal yang
paling esensi dalam kehidupan manusia karena sebagai manusia kita amat sangat
membutuhkan-Nya.

"Katakanlah:
'Amatilah apa yang ada di langit dan di bumi. Betapa banyak ayat-ayat
(bukti-bukti) dan peringatan yang tidak berguna bagi kaum yang tidak beriman"
(QS.
Yunus 101)
2.
Iman kepada Malaikat
Iman kepada Malaikat berdasarkan dalil
naqli sebab akal tidak pernah mampu menjangkau keberadaan Malaikat. Dalil syara
tentang adanya Malaikat berasal dari ayat-ayat Al-Qur'an dan sunnah Rasul SAW,
diantaranya adalah firman Allah SWT:

“Allah telah terangkan bahwasanya tidak ada
Illah selain Dia, Yang menegak-kan keadilan dan disaksikan oleh para malaikat
dan ahli-ahli ilmu. Tidak ada Illah selain Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”
(QS.
Ali Imran: 18)
Malaikat
adalah makhluk Allah yang paling taat kepada-Nya. Malaikat tidak pernah
menentang kehendak-Nya, senantiasa tunduk, patuh, dan taat kepada-Nya serta
menjauhi larangan-Nya. Percaya kepada keberadaan malaikat termasuk salah satu
ciri orang yang beriman.
3.
Iman kepada Kitab-kitab Allah SWT
Seorang Muslim beriman
dan yakin kepada segala hal yang diturunkan dan diwahyukan oleh Allah SWT,
berupa kitab dan apa yang difirmankan-Nya kepada beberapa Rasul berupa shuhuf (lembaran).
Kitab-kitab yang
berasal dari firman Allah SWT yang wajib diketahui seluruhnya ada empat macam,
yaitu Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Taurat yang
diturunkan kepada Nabi Musa as. Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud as, dan Injil
yang diturunkan kepada Nabi Isa as.[6]
Sementara itu firman Allah dalam bentuk shuhuf, misalnya adalah apa yang
diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim as.
Firman Allah
swt:

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada
Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa : 136)
4.
Iman kepada Rasul
Beriman kepada Rasul ialah mempercayai
bahwa Allah telah memilih di antara manusia untuk menjadi wakil-Nya atau
utusan-Nya yang berlaku sebagai peraturan antara Dia dengan hamba-Nya. Mereka bertugas
menyampaikan segala yang diterima dari Allah SWT. Kita juga diwajibkan menerima
apa yang dibawanya dan mengamalkan perintah dan meninggalkan larangan-Nya
Seorang
Muslim wajib menyakini semua nabi dan Rasul sebagaimana firman Allah SWT:

“Katakanlah (kepada
orang-orang Mukmin): ‘Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada
kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub dan anak
cucunya, dan apa yang diturunkan kepada Musa dan Isa, serta apa yang diberikan
kepada nabi-nabi dari Rabbnya, Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara
mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 136).
5.
Iman kepada Hari Akhir
Seorang muslim beriman
bahwa kehidupan di dunia akan musnah dan berakhir, kemudian berganti dengan
kehidupan kedua di alam akhirat.
Adapun bukti-bukti
adanya hari Kiamat, sekaligus dalil keimanannya, berasal dari wahyu (ayat-ayat)
Allah dan hadits Rasul.
Tanpa adanya berita
tentang hari Kiamat dari wahyu Allah, maka manusia tidak mengetahui apakah ada
atau tidak hari kebangkitan sesudah mati, untuk apa ada hari kebangkitan itu,
juga apakah masih ada atau tidak kehidupan sesudah mati, serta bagaimana bentuk
kehidupan sesudah mati itu? Dalil-dalil naqli yang menjelaskan tentang hari
Kiamat tersebut di antaranya adalah:

“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa
mereka sekali-kali tidak dibangkitkan. Katakanlah, Tidak demikian. Demi
Tuhanku, kalian benar-benar pasti dibangkitkan, kemudian akan diberikan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan”. Hal demikian adalah mudah bagi Allah”. (QS.
At-Taghaabun: 7)
Iman kepada hari Kiamat adalah iman kepada hari
berbangkit, yaitu waktu berakhirnya seluruh kehidupan makhluk di alam semesta
yang fana ini, kemudian Allah pasti menghidupkan kembali semua makhluk yang
telah mati, membangkit-hidupkan tulang-belulang yang sudah hancur,
mengembalikan jasad yang telah menjadi tanah sebagaimana asalnya, dan
mengembalikan ruh pada jasad seperti sedia kala.
6.
Iman kepada Qadha dan Qadar
Iman kepada takdir
merupakan sesuatu yang wajib bagi setiap Muslim, sebab hal ini memiliki
sandaran nash-nash Al-Qur'an yang pasti (qath’i)
serta dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sunnahnya yang mutawatir. Berbeda
dengan iman kepada ‘Qadha dan Qadar’, ia bukan lahir dari nash-nash syara’
secara langsung.

“yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan
bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam
kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya” (QS. Al Furqaan : 2)
D.
Peranan Aqidah Islamiyah
Setelah seorang
muslim menyadari hubungannya dengan Allah, dan bahwa Allah SWT akan menghisab
semua perbuatannya pada hari kiamat, maka ia akan menghindarkan diri dari
perbuatan yang diharamkan serta melakukan perbuatan baik dan yang
dihalalkan. Sebab, ia telah meyakini bahwa hari perhitungan pasti akan datang.
Aqidah juga mempunyai peranan penting bagi kelangsungan
hidup bermasyarakat, yaitu :
1.
Masyarakat
akan beriman kepada Rabb yang Esa, agama yang satu serta tunduk pada aturan
yang satu.
2.
Akan
mewujudkan masyarakat yang saling melengkapi, saling menjamin seperti halnya
satu tubuh, satu – kesatuan pemikiran dan perasaan. Rasulullah SAW bersabda :
“Perumpamaan orang –
orang yang beriman dalam hal persahabatan dan kasih sayang adalah ibarat satu
tubuh. Bila salah satu anggota tubuh terserang sakit, maka seluruh anggota
tubuh yang lain akan ikut terserang demam dan susah tidur”.
3.
akan
tercipta ikatan ideologis yang kuat serta diantara individu – individu
anggota masyarakat, yakni ikatan ukhwah Islamiyah
Aqidah mempunyai
peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, diantaranya :
1.
Aqidah
Islam akan membentuk ketakwaan pada diri seorang muslim.
2.
Merdeka atau lepas dari segala bentuk penghambaan diri kepada segala bentuk
thagut (sesembahan selain Allah swt).
Seseorang
yang memiliki aqidah yang mantap tidak akan menyisakan sedikitpun ruang di
dalam hatinya untuk yang lain, kecuali hanya Allah swt semata. Dasar pemikiran
dan pijakan kakinya senantiasa disesuaikan dengan apa yang menjadi ajaran Al
Quran dan hadits. Langkah, arah dan tujuan setiap nafas hidupnya hanyalah
kepada Allah swt, untuk mendapatkan keridhoan-Nya semata berdasarkan contoh
yang disampaikan oleh Rasulullah saw. Hanya karena Allah swt-lah awal dan
akhirnya.
3.
Memperoleh kemuliaan atau harga
diri (‘izzah)
Karena
sesungguhkan kemulian yang hakiki itu hanyalah kemuliaan di hadapan Allah swt
semata. Tidak ada satu makhluk pun yang berhak dan mampu memberikan kemuliaan
kecuali Allah Yang Maha Meninggikan. Demikian pula sebaliknya, tidak ada satu
makhluk pun yang berhak dan mampu untuk memberikan kehinaan, melainkan hanya
atas kehendak Allah swt semata. Allah-lah yang akan meangkat dan menjatuhkan
derajat seseorang baik di dunia maupun di akhirat kelak.
4.
Memberikan ketenangan (at-thuma’ninah)
Aqidah
Islam telah memuaskan akal dan memberikan ketenangan pada jiwa manusa.
Sebab, aqidah islam telah menjawab pertanyaan – pertanyaan dengan jawaban yang
memuaskan dan shahih.
Ketenteraman
atau ketenangan merupakan satu perasaan hati, perasaan jiwa yang senantiasa
setiap orang pasti menginginkannya.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya ketenangan atau ketenteraman itu hanyalah
milih Allah dan hanya dari Allah-lah ketenangan itu dapat kita mohon.
5.
Memberikan rasa aman (al-ammu)
Seseorang
yang memiliki aqidah yang kokoh akan senantiasa merasa aman bagaimanapun
keadaannya di dunia. Karena ia yakin, bahwa tidak akan ada kemudharatan yang
akan menimpanya kecuali atas kehendak Allah swt. Sebaliknya, tidak akan ada
pula kemasalahatan atau
keberkahan yang akan sampai kepadanya kecuali dengan kehendak Allah swt pula.
Dan keberkahan itu hanyalah milik orang-orang beriman yang senantiasa ridha
kepada Allah swt.
6.
Menimbulkan sifat optimis (at-tafaul)
Sifat
optimis adalah salah satu tanda bahwa dalam diri seorang muslim itu telah
tertanam keimanan yang mantab kepada Allah swt. Ia yakin akan Qadha dan Qadar
yang Allah tetapkan atas setiap makhluk-Nya. Dan ia yakin bahwa tidak ada yang
akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendirilah yang merubahnya. Dan
Allah tidak akan membebani umatnya melebihi batas kemampuannya. Dengan kata
lain, seorang muslim yang memiliki aqidah yang kokoh senantiasa yakin bahwa
Allah swt senantiasa memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya yang beriman
kepada-Nya.
7.
Memperoleh barakah (al-barakah)
Seandainya
seluruh makhluk di langit dan di bumi bersatu untuk menimpakan keburukan (mudharat) maka niscaya tidak akan ada
yang mampu memberikan keburukan itu melainkan atas kehendak Allah swt. Dan
seandainya seluruh makhluk di langit dan di bumi bersatu untuk menimpakan
kebaikan (barakah) maka niscaya tidak
akan ada yang mampu memberikan kebaikan itu melainkan atas izin Allah swt.
Itulah yang menjadi prinsip seseorang yang telah memiliki aqidah Islamiyah yang
mantab.
8.
Menimbulkan sikap berani (asy-syaja’ah)
Bagi pemilik
aqidah Islamiyah yang kokoh, maka tidak ada yang patut untuk ditakuti kecuali
Allah swt semata. Tidak ada yang lebih patut untuk diambil dan diterapkan
kecuali perintah Allah swt. Dan tidak ada yang patut untuk dijauhi kecuali
larangan Allah swt. Dan tidak ada pula yang patut ditakuti kecuali membangkang
dari perintah dan atau larangan Allah swt.
9.
Mendapatkan kepemimpinan (al-istikhlaaf)
Jiwa
kepemimpinan senantiasa bersemayam dalam jiwa seorang muslim. Dengan kekokohan
aqidah itulah jiwa kepemimpinan itu semakin mantab karena diarahkan berdasarkan
petunjuk Allah swt dan ditujukan hanya untuk mendapatkan keridhoan dari Allah
swt. Kekokohan aqidah yang melahirkan keyakianan bahwa segala amal perbuatan
setiap manusia akan dimintai pertanggung jawabannya itulah yang kemudian
menghujamkan sifat kepemimpinan sejati di dalam kehidupan umat muslim sejati.
10. Senantiasa
bertawakal kepada Allah swt
Tawakal atau
berserah diri kepada Allah sudah pasti menjadi naungan setiap muslim. Yakin
kepada Allah swt yang akan memberikan yang terbaik dalam setiap langkah
hidupanya. Nikmat yang Allah swt berikan senantiasa disyukuri. Dan sebaliknya,
musibah yang menimpa menjadi penghisab dosa-dosa. Senantiasa berbaik sangka
kepada Allah swt. Senantiasa hanya berharap kepada Allah swt, bukan kepada yang
lain.
E. Konsep
Tuhan dalam Aqidah Islamiyah
Konsep aqidah
islam terkait ketuhanan ada Tauhid
Uluhiyah, Tauhid Rububiyah dan Tauhid Al-asma’ was-sifat. Uluhiyah yakni Allah sebagai satu
– satunya zat yang disembah. Ia tidak dipersekutukan dengan apa dan
siapapun. Janganlah menggeser Allah sebagai zat yang disembah dipuji dan
diibadahi. Cara mendekati-Nya pun tidak boleh dengan sesuka hati, melainkan
harus mengikuti pentunjuk Allah yang telah disampaikan kepada nabi
Muhammad melalui Jibril. Allah tidak ingin ia didekati dengan cara - cara yang
dibuat manusia. Dalam Islam instrumen untuk mendekati Allah (biadah) sudah bersifat FIX, tidak ada rekayasa
ibadah dalam Islam. Sementara Rububiah,
ialah Allah sebagai satu – satunya Tuhan yang menciptakan semua alam semesta, mewujudkan
dari ketiadaan menjadi ada, serta memelihara apa yang dibutuhkan semua makhlukNya,
tanpa memilih apakah orang kafir atau bukan.
Tauhid Al-Asma' was-Sifat, mengesakan Allah
dalam asma dan sifat-Nya, artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa
dengan Allah, dalam dzat, asma maupun sifat. Prinsip agama Islam, semua amalan
jika tidak dibangun atas Allah sebalahillah dan rabb, maka amalan itu sia –
sia. Syarat suatu amalan dikatakan amal sholeh ialah pelaku amal itu harus
nyata – nyata beriman kepada Allah. Sebaik apapun amal menurut sudut
pandang manusia jika pelakunya tidak memiliki iman dalam hatinya, maka amal itu
bukan amal sholeh. Ia hanya bermanfaat sebatas dunia, di akhirat kelak akan
hilang tanpa bekas. Konsep Tuhan dalam Aqidah Islamiyah, Tuhan diyakini sebagai
Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang
Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.
Islam
mentitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai yang tunggal dan Maha Kuasa
(tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad),
Maha pengasih dan Maha kuasa. Penciptaan dan penguasaan alam semesta
dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurah hatian yang paling utama untuk
semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesaan-Nya dan
Kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam Tuhan muncul dimanapun tanpa harus menjelma
dalam bentuk apa pun. Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha
Kuasa, namun juga Tuhan yang personal : Menurut Al – Qur’an, Dia lebih
dekat pada manusia dari pada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang
membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu
semua Dia memandu manusia pada jalan yang lurus “ jalan yang diridhai-Nya”. Tuhan
Maha Esa Keesaan Tuhan atau Tauhid adalah mempercayai dan mengimani dengan sepenuh
hati bahwa Allah itu Esa dan (wahid). Al – Qur’an mengesakan keberadaan
kebenaran-Nya yang tunggal dan mutlak yang melebihi alam semesta sebagai : Zat
yang tidak tampak dan wahid yang tidak diciptakan. Menurut Al – Qur’an:

“Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika
dia mengkehendaki niscaya Dia memsunahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana
Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang – orang lain.”
(Al – An’am [6]:133).
Tuhan
menjadi sebuah konsep tunggal yang akan
menjelaskan asal – muasal semua hal yang ada:

“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Akhir dan
Yang Batin; dan dia Maha Mengetahui segala sesuati.(Al- Hadid [57]:3)”
Sebagian Muslim
walau begitu mengkritik interprestasi yang mengacu pada pandangan diatas.
F. Faedah Mempelajari Aqidah Islamiyah
Karena
Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka kesempurnaannya tidak
diragukan lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan karya manusia, tentu
banyak kelemahannya. Makanya seorang mu'min harus yakin kebenaran Aqidah
Islamiyah sebagai poros dari segala pola laku dan tindakannya yang akan
menjamin kebahagiannya dunia akherat. Dan merupakan keserasian antara ruh dan
jasad, antara siang dan malam, antara bumi dan langit dan antara ibadah dan
adat serta antara dunia dan akherat. Faedah yang akan diperoleh orang yang
menguasai Aqidah Islamiyah adalah :
- Membebaskan dirinya dari ubudiyah / penghambaan kepada selain Allah, baik bentuknya kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.
- Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah baik dalam keadaan suka maupun duka.
- Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang rizki, terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk takut mati. Sehingga dia penuh tawakkal kepad Allah (outer focus of control).
- Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa , sekokoh gunung. Dia hanya berharap kepada Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah.
- Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan / ukhuwah dan persamaan. Tidak beda antara miskin dan kaya, antara pinter dan bodoh, antar pejabat dan rakyat jelata, antara kulit putih dan hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali takwanya disisi Allah SWT.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan
di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa aqidah mempunyai arti ikatan,
pengesahan, penguatan dan penetapan. Maksudnya adalah apa yang telah menjadi
ketetapan hati seseorang secara yakin. Maka pengertian dari Aqidah Islamiyah
adalah ketetapan hati, mempercayai, atau tauhid kepada Allah serta beriman
kepada malaikat, rasul, kitab, hari akhir, takdir baik dan buruk, dan mengimani
seluruh apa – apa yang telah shahih tentang prinsip – prinsip Agama Islam. Dan
kita sebagai umat islam hendak bersyukur karena pertanyaan – pertanyaan
yang sering mengusik hati manusia yang berkala dapat dijawab oleh Aqidah kita
yaitu Aqidah Islamiyah yang sekaligus menjadi pegangan kita
untuk menjalani hidup serta mengabdi kepada Allah SAW.
Pokok dasar
Aqidah Islamiyah adalah arkanul Ismal,
yaitu Iman Kepada Allah SWT, Iman Kepada Malaikat Allah, Iman Kepada Kitab
Allah, Iman Kepada Rasul Allah, Iman kepada Hari akhir dan yang terakhir adalah
Iman kepada Qadha dan Qadhar.
Demikianlah
pembahasan yang dapat kami susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Agama Islam yang berjudul : “ Aqidah Islamiyah “.
DAFTAR
PUSTAKA
Chabib Thoha, dkk. 2004. Metodologi Pengajaran Agama. Semarang :
Pustaka Pelajar.
Kamus Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan
al-Mu’jamul Wasiith
Kelompok Studi
Islam Al Ummah. 1999. Aqidah Seorang Muslim. Jakarta:
Yayasan AN Nizhom.
Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, MA. 2010. Pengantar Studi Islam. Semarang :
Pustaka Nuun.
Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana
Perguruan Tinggi Agama / IAIN. 1985. Metodologi Pengajaran Agama Islam.
Jakarta.
http://quran.com/18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar