Sugeng Rawuh Teng Blog Kula "Dinazad"

Selasa, 12 Mei 2015

Aqidah Islamiyah


 
“Aqidah Islamiyah”
                                                                            BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Islam adalah agama Allah SWT, sebagai agama Samawi yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw. dan Islam merupakan agama yang berintikan pada aqidah yaitu iman dan amal. Aqidah Islamiyah sebagai pokok (dasar-fundamental) dan amal sebagai cabang-cabangnya, sering disebut sebagai hubungan anatara aqidah dan syari’ah, atau ibarat pohon dan buahnya. Dengan kata lain bahwa hubungan antara iman dan amal sangat erat dan selalu berkaitan antara satu dengan lainnya, seperti dijelaskan dalam al-Qur’an,

Description: 2:25
Description: 2:25

“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang beriman dan beramal saleh (berbuat kebaikan) sesungguhnya mereka itu akan memperoleh surga yang dibawahnya mengalir beberapa sungai (al-Qur’an ; 1 : 25).
Manusia merupakan makhluk yang sangat rentan digoda oleh setan. Oleh karena itu, manusia harus memiliki sesuatu yang dapat menjadi pegangan dalam hidupnya. Jawabannya ialah aqidah. Aqidah baik sangatlah diperlukan dalam kehidupan agar kehidupan tidak berjalan seperti layaknya kehidupan dijaman jahiliyah.
Dengan demikian seseorang yang beriman selalu dituntut untuk selalu beramal saleh. Maka bagaimana “Pengajaran Aqidah Islamiyah” itu dapat diterima dan sekaligus dapat diamalkan dengan baik dan benar, tentu yang berdasarkan al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad saw.
Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah islamiyah yang benar terhadap alam dan kehidupan, karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu, jika seseorang beraqidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah dan melenceng maka akhlaknya pun akan tidak benar. Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinannya terhadap Allah juga lurus dan benar. 
Sangat pentingnya pembahasan tentang Aqidah Islamiyah inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengulas sedikit tentang Aqidah Islamiyah.
Dalam syariat Islam terdiri dua pangkal utama. Pertama : Aqidah yaitu keyakinan pada rukun iman itu, letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan cara-cara perbuatan (ibadah). Bagian ini disebut pokok atau asas. Kedua : Perbuatan yaitu cara-cara amal atau ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dan seluruh bentuk ibadah disebut sebagai cabang. Nilai perbuatan ini baik buruknya atau diterima atau tidaknya bergantung yang pertama. Makanya syarat diterimanya ibadah itu ada dua, pertama : Ikhlas karena Allah SWT yaitu berdasarkan aqidah islamiyah yang benar. Kedua : Mengerjakan ibadahnya sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. Ini disebut amal sholeh. Ibadah yang memenuhi satu syarat saja, umpamanya ikhlas saja tidak mengikuti petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti Rasulullah SAW saja tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia, umpamanya, maka amal tersebut tertolak. Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah makna yang terkandung dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi 110 yang artinya :
Description: http://www.dudung.net/images/quran/18/18_110.pngDescription: http://www.dudung.net/images/quran/18/18_110.png

"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya." [1]
Dengan demikian seseorang yang beriman selalu dituntut untuk selalu beramal saleh. Maka bagaimana “Pengajaran Aqidah Islamiyah” itu dapat diterima dan sekaligus dapat diamalkan dengan baik dan benar, tentu yang berdasarkan al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad saw.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut :
1.      Apakah Aqidah dan Aqidah Islamiyah itu ?
2.      Apa saja yang menjadi dasar Aqidah Ismaliyah ?
3.      Apa saja peranan Aqidah Ismaliyah ?
4.      Bagaimana konsep Tuhan dalam Aqidah Islamiyah ?
5.      Apa saja faedah mempelajari Aqidah Islamiyah ?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Aqidah
Kata ‘aqoid’ jamak dari ‘aqidah’, berarti “kepercayaa”, maksudnya ialah hal-hal yang diyakini oleh orang-orang Islam, artinya mereka menetapkan atas kebenarannya seperti disebutkan dalam al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad saw.
Aqidah berasal dari kata ‘aqad yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenaran terhadap sesuatu. [2]
Akidah (‘aqidah) secara etimologi berarti “ikatan”, sedangkan secara terminologi, “credo”, “creed”,  dan “keyakinan hidup”. [3]
Aqidah dari Bahasa Arab yang artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya para Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id.
Secara bahasa, aqidah berasal dari kata ‘aqoda ya’qidu/’uqdatan/wa’aqidatan, yang berarti ikatan (al-rabthu), janji (al-‘ahdu), keyakinan yang mantap (al-jazmu)
Sedangkan menurut istilah, aqidah adalah perkara-perkara yang dibenarkan oleh jiwa dan hati merasa tenang karenanya serta menjadi suatu keyakinan bagi pemiliknya yang tidak dicampuri keraguan sedikitpun.
Jadi kesimpulannya apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah ; baik itu benar atau pun salah.

B.     Pengertian Aqidah Islamiyah
Aqidah Islamiyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat – malaikat-Nya, Rasul – Rasul-Nya, Kitab – Kitab-Nya, hari akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa – apa yang telah shahih tentang prinsip – prinsip Agama (Ushuluddin), perkara – perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’ dari salafush shalih, serta seluruh berita – berita qathi’i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur’an dan As – Sunnah yang shahih serta ijma’Salafasuh Shalih.
Aqidah Islamiyah telah memecahkan ‘uqdah Al – Kubra’ (perkara besar) pada manusia. Aqidah Islam juga memberikan jawaban atas pertanyaan –  pertanyaan manusia, sebab Islam telah menjelaskan bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan adalah cipataan (makhluk) bagi pencipta (al – khaliq) yaitu Allah SWT, dan bahwasannya setelah kehidupan ini akan ada hari kiamat. Hubungan antara kehidupan dunia dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah ketundukan manusia terhadap perintah – perintah Allah dan larangan – laranganNya. Sedangkan hubungan antara kehidupan dunia dengan apa yang ada sesudah kehidupan dunia adalah adanya Hari Kiamat, yang di dalamnya terdapat pahala dan siksa, surga dan neraka. Al – Qur’an telah menerapkan rukun – rukun aqidah ini ( Al Baqarah 258).
Aqidah Islamiyah bersumber pada Al-Quran dan As Sunnah/Al Hadits. Oleh sebab itu, segala bentuk amal ibadah wajib berdasarkan kepada Al-Quran dan Hadits. Barang siapa melakukan amal ibadah yang tidak sesuai atau tidak terdapat di dalam Al-Quran ataupun Al-Hadits, maka amal ibadahnya akan tertolak, dan boleh jadi hanya akan menimbulkan murka Allah swt.
Barang siapa mengerjakan suatu amalan tanpa dasar perintah Kami, maka ia tertolak” (HR. Muslim)
Di dalam Hadits yang panjang, Jibril pernah bertanya kepada rasulullah saw, “Beritahukanlah kepadaku tentang iman!” Lalu Rasul SAW menjawab,“Iman itu adalah kepercayaan kepada (adanya) Allah, Malaikat – Malaikat-Nya, Rasul- Rasul-Nya hari kiamat, dan percaya kepada Al – Qadr (takdir), baik dan buruknya berasal dari Allah SWT”. Jibril berkata “ Engkau benar” (HR. MuslimTarmidzi , Abu Dawud dan Al – Nassa’I ).
Aqidah Islamiyah selalu berkaitan dengan iman, seperti : Iman kepada Allah SWT, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari akhir (Hari kiamat – Pembalasan).
Untuk itu Allah SWT memerintahkan semua umat manusia agar menggunakan akal-pikirnya dengan sebaik-baiknya, dan memperhatikan serta merenungkan segala ciptaanNya, dan meng-Imani sifat-sifat dan kekuatan Allah SWT ialah dengan memperhatikan segala makhluk ciptaanNya. [4]

C.    Dasar-Dasar Aqidah Islamiyah [5]
 Islam itu didirikan di atas lima dasar; bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah, dan Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, hajji ke Baitullah, dan berpuasa Ramadhan”. (HR. Bukhari – Muslim)
Setiap bangunan pastilah memilik dasar atau pondasi awal. Semakin tinggi, semakin megah, semakin besar suatu bangunan, maka tentunya ia membutuhkan pondasi yang semakin kuat. Itulah pentingnya mengokohkan Rukun Iman di dalam hati setiap umat muslim yang beriman, karena rukun iman adalah basic atau pondasi yang akan menentukan kekokohan bangunannya, yaitu bangunan Islam. Bangunan islam yang sudah tertanam dalam diri seseorang tentunya akan mudah diluluhlantahkan oleh berbagai ujian yang senantiasa menghadang dan mendatangi seseorang yang mengaku beriman kepada Allah swt dan Rasul-Nya.
Dasar pokok dari aqidah Islam adalah Arkanul Iman,
1.      Iman kepada Allah SWT
Adanya Allah SWT adalah suatu hal yang jelas dapat diketahui manusia dengan fitrahnya, dan bukan termasuk masalah yang pelik dan bukan pula hasil pemikiran yang berbelit-belit.
Seandainya kita perhatikan semua makhluk yang terdapat di alam raya ini, apakah itu batu, tanah, tumbuh-tumbuhan, kayu, binatang, daratan, lautan, api, udara, dan lain sebagainya, kita akan menemukan sejumlah bukti yang tidak terhitung untuk meyakinkan keberadaan Allah SWT. Semua makhluk yang ada di jagat ini adalah saksi keberadaan-Nya, termasuk diri kita sendiri, tubuh kita, sifat-sifat kita, perubahan yang ada pada diri kita, gerak dan diam kita. Hal ini pun menunjukkan bahwa Dzat Allah berbeda dengan makhluk-Nya, tidak ada yang pantas untuk disekutukan dengan-Nya. Keimanan kepada-Nya adalah hal yang paling esensi dalam kehidupan manusia karena sebagai manusia kita amat sangat membutuhkan-Nya.
Description: 10:101
"Katakanlah: 'Amatilah apa yang ada di langit dan di bumi. Betapa banyak ayat-ayat (bukti-bukti) dan peringatan yang tidak berguna bagi kaum yang tidak beriman" (QS. Yunus 101)

2.      Iman kepada Malaikat
Iman kepada Malaikat berdasarkan dalil naqli sebab akal tidak pernah mampu menjangkau keberadaan Malaikat. Dalil syara tentang adanya Malaikat berasal dari ayat-ayat Al-Qur'an dan sunnah Rasul SAW, diantaranya adalah firman Allah SWT:
Description: 3:18
 “Allah telah terangkan bahwasanya tidak ada Illah selain Dia, Yang menegak-kan keadilan dan disaksikan oleh para malaikat dan ahli-ahli ilmu. Tidak ada Illah selain Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Ali Imran: 18)

Malaikat adalah makhluk Allah yang paling taat kepada-Nya. Malaikat tidak pernah menentang kehendak-Nya, senantiasa tunduk, patuh, dan taat kepada-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Percaya kepada keberadaan malaikat termasuk salah satu ciri orang yang beriman.

3.      Iman kepada Kitab-kitab Allah SWT
Seorang Muslim beriman dan yakin kepada segala hal yang diturunkan dan diwahyukan oleh Allah SWT, berupa kitab dan apa yang difirmankan-Nya kepada beberapa Rasul berupa shuhuf (lembaran).
Kitab-kitab yang berasal dari firman Allah SWT yang wajib diketahui seluruhnya ada empat macam, yaitu Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as. Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud as, dan Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as.[6] Sementara itu firman Allah dalam bentuk shuhuf, misalnya adalah apa yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim as.
Firman Allah swt:
Description: 4:136

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa : 136)

4.      Iman kepada Rasul
Beriman kepada Rasul ialah mempercayai bahwa Allah telah memilih di antara manusia untuk menjadi wakil-Nya atau utusan-Nya yang berlaku sebagai peraturan antara Dia dengan hamba-Nya. Mereka bertugas menyampaikan segala yang diterima dari Allah SWT. Kita juga diwajibkan menerima apa yang dibawanya dan mengamalkan perintah dan meninggalkan larangan-Nya
Seorang Muslim wajib menyakini semua nabi dan Rasul sebagaimana firman Allah SWT:
Description: 2:136

Katakanlah (kepada orang-orang Mukmin): ‘Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub dan anak cucunya, dan apa yang diturunkan kepada Musa dan Isa, serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabbnya, Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. (QS. Al-Baqarah: 136).

5.      Iman kepada Hari Akhir
Seorang muslim beriman bahwa kehidupan di dunia akan musnah dan berakhir, kemudian berganti dengan kehidupan kedua di alam akhirat.
Adapun bukti-bukti adanya hari Kiamat, sekaligus dalil keimanannya, berasal dari wahyu (ayat-ayat) Allah dan hadits Rasul.
Tanpa adanya berita tentang hari Kiamat dari wahyu Allah, maka manusia tidak mengetahui apakah ada atau tidak hari kebangkitan sesudah mati, untuk apa ada hari kebangkitan itu, juga apakah masih ada atau tidak kehidupan sesudah mati, serta bagaimana bentuk kehidupan sesudah mati itu? Dalil-dalil naqli yang menjelaskan tentang hari Kiamat tersebut di antaranya adalah:
Description: 64:7
Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak dibangkitkan. Katakanlah, Tidak demikian. Demi Tuhanku, kalian benar-benar pasti dibangkitkan, kemudian akan diberikan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Hal demikian adalah mudah bagi Allah”. (QS. At-Taghaabun: 7)
Iman kepada hari Kiamat adalah iman kepada hari berbangkit, yaitu waktu berakhirnya seluruh kehidupan makhluk di alam semesta yang fana ini, kemudian Allah pasti menghidupkan kembali semua makhluk yang telah mati, membangkit-hidupkan tulang-belulang yang sudah hancur, mengembalikan jasad yang telah menjadi tanah sebagaimana asalnya, dan mengembalikan ruh pada jasad seperti sedia kala.

6.      Iman kepada Qadha dan Qadar
Iman kepada takdir merupakan sesuatu yang wajib bagi setiap Muslim, sebab hal ini memiliki sandaran nash-nash Al-Qur'an yang pasti (qath’i) serta dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sunnahnya yang mutawatir. Berbeda dengan iman kepada ‘Qadha dan Qadar’, ia bukan lahir dari nash-nash syara’ secara langsung.

Description: 25:2
yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya” (QS. Al Furqaan : 2)

D.    Peranan Aqidah Islamiyah
Setelah seorang muslim menyadari hubungannya dengan Allah, dan bahwa Allah SWT akan menghisab semua perbuatannya pada hari kiamat, maka ia akan menghindarkan diri dari perbuatan yang diharamkan serta melakukan perbuatan baik dan yang dihalalkan. Sebab, ia telah meyakini bahwa hari perhitungan pasti akan datang. Aqidah juga mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup bermasyarakat, yaitu :
1.      Masyarakat akan beriman kepada Rabb yang Esa, agama yang satu serta tunduk pada aturan yang satu.
2.      Akan mewujudkan masyarakat yang saling melengkapi, saling menjamin seperti halnya satu tubuh, satu – kesatuan pemikiran dan perasaan. Rasulullah SAW bersabda :
“Perumpamaan orang – orang yang beriman dalam hal persahabatan dan kasih sayang adalah ibarat satu tubuh. Bila salah satu anggota tubuh terserang sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain akan ikut terserang demam dan susah tidur”.
3.      akan tercipta ikatan ideologis yang kuat serta diantara individu – individu anggota masyarakat, yakni ikatan ukhwah Islamiyah
Aqidah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, diantaranya :
1.      Aqidah Islam akan membentuk ketakwaan pada diri seorang muslim.
2.      Merdeka atau lepas dari segala bentuk penghambaan diri kepada segala bentuk thagut (sesembahan selain Allah swt).
Seseorang yang memiliki aqidah yang mantap tidak akan menyisakan sedikitpun ruang di dalam hatinya untuk yang lain, kecuali hanya Allah swt semata. Dasar pemikiran dan pijakan kakinya senantiasa disesuaikan dengan apa yang menjadi ajaran Al Quran dan hadits. Langkah, arah dan tujuan setiap nafas hidupnya hanyalah kepada Allah swt, untuk mendapatkan keridhoan-Nya semata berdasarkan contoh yang disampaikan oleh Rasulullah saw. Hanya karena Allah swt-lah awal dan akhirnya.
3.      Memperoleh kemuliaan atau harga diri (‘izzah)
Karena sesungguhkan kemulian yang hakiki itu hanyalah kemuliaan di hadapan Allah swt semata. Tidak ada satu makhluk pun yang berhak dan mampu memberikan kemuliaan kecuali Allah Yang Maha Meninggikan. Demikian pula sebaliknya, tidak ada satu makhluk pun yang berhak dan mampu untuk memberikan kehinaan, melainkan hanya atas kehendak Allah swt semata. Allah-lah yang akan meangkat dan menjatuhkan derajat seseorang baik di dunia maupun di akhirat kelak.
4.      Memberikan ketenangan (at-thuma’ninah)
Aqidah Islam telah memuaskan akal dan memberikan ketenangan pada jiwa manusa. Sebab, aqidah islam telah menjawab pertanyaan – pertanyaan dengan jawaban yang memuaskan dan shahih.
Ketenteraman atau ketenangan merupakan satu perasaan hati, perasaan jiwa yang senantiasa setiap orang pasti menginginkannya. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya ketenangan atau ketenteraman itu hanyalah milih Allah dan hanya dari Allah-lah ketenangan itu dapat kita mohon.
5.      Memberikan rasa aman (al-ammu)
Seseorang yang memiliki aqidah yang kokoh akan senantiasa merasa aman bagaimanapun keadaannya di dunia. Karena ia yakin, bahwa tidak akan ada kemudharatan yang akan menimpanya kecuali atas kehendak Allah swt. Sebaliknya, tidak akan ada pula kemasalahatan atau keberkahan yang akan sampai kepadanya kecuali dengan kehendak Allah swt pula. Dan keberkahan itu hanyalah milik orang-orang beriman yang senantiasa ridha kepada Allah swt.
6.      Menimbulkan sifat optimis (at-tafaul)
Sifat optimis adalah salah satu tanda bahwa dalam diri seorang muslim itu telah tertanam keimanan yang mantab kepada Allah swt. Ia yakin akan Qadha dan Qadar yang Allah tetapkan atas setiap makhluk-Nya. Dan ia yakin bahwa tidak ada yang akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendirilah yang merubahnya. Dan Allah tidak akan membebani umatnya melebihi batas kemampuannya. Dengan kata lain, seorang muslim yang memiliki aqidah yang kokoh senantiasa yakin bahwa Allah swt senantiasa memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya yang beriman kepada-Nya.
7.      Memperoleh barakah (al-barakah)
Seandainya seluruh makhluk di langit dan di bumi bersatu untuk menimpakan keburukan (mudharat) maka niscaya tidak akan ada yang mampu memberikan keburukan itu melainkan atas kehendak Allah swt. Dan seandainya seluruh makhluk di langit dan di bumi bersatu untuk menimpakan kebaikan (barakah) maka niscaya tidak akan ada yang mampu memberikan kebaikan itu melainkan atas izin Allah swt. Itulah yang menjadi prinsip seseorang yang telah memiliki aqidah Islamiyah yang mantab.
8.      Menimbulkan sikap berani (asy-syaja’ah)
Bagi pemilik aqidah Islamiyah yang kokoh, maka tidak ada yang patut untuk ditakuti kecuali Allah swt semata. Tidak ada yang lebih patut untuk diambil dan diterapkan kecuali perintah Allah swt. Dan tidak ada yang patut untuk dijauhi kecuali larangan Allah swt. Dan tidak ada pula yang patut ditakuti kecuali membangkang dari perintah dan atau larangan Allah swt.
9.      Mendapatkan kepemimpinan (al-istikhlaaf)
Jiwa kepemimpinan senantiasa bersemayam dalam jiwa seorang muslim. Dengan kekokohan aqidah itulah jiwa kepemimpinan itu semakin mantab karena diarahkan berdasarkan petunjuk Allah swt dan ditujukan hanya untuk mendapatkan keridhoan dari Allah swt. Kekokohan aqidah yang melahirkan keyakianan bahwa segala amal perbuatan setiap manusia akan dimintai pertanggung jawabannya itulah yang kemudian menghujamkan sifat kepemimpinan sejati di dalam kehidupan umat muslim sejati.
10.  Senantiasa bertawakal kepada Allah swt
Tawakal atau berserah diri kepada Allah sudah pasti menjadi naungan setiap muslim. Yakin kepada Allah swt yang akan memberikan yang terbaik dalam setiap langkah hidupanya. Nikmat yang Allah swt berikan senantiasa disyukuri. Dan sebaliknya, musibah yang menimpa menjadi penghisab dosa-dosa. Senantiasa berbaik sangka kepada Allah swt. Senantiasa hanya berharap kepada Allah swt, bukan kepada yang lain.

E.     Konsep Tuhan dalam Aqidah Islamiyah
Konsep aqidah islam terkait ketuhanan ada Tauhid Uluhiyah, Tauhid Rububiyah dan Tauhid Al-asma’ was-sifat. Uluhiyah yakni Allah sebagai satu – satunya zat yang disembah. Ia tidak dipersekutukan dengan apa dan siapapun. Janganlah menggeser Allah sebagai zat yang disembah dipuji dan diibadahi. Cara mendekati-Nya pun tidak boleh dengan sesuka hati, melainkan harus mengikuti pentunjuk Allah yang telah disampaikan kepada nabi Muhammad melalui Jibril. Allah tidak ingin ia didekati dengan cara - cara yang dibuat manusia. Dalam Islam instrumen untuk mendekati Allah (biadah) sudah bersifat FIX, tidak ada rekayasa ibadah dalam Islam. Sementara Rububiah, ialah Allah sebagai satu – satunya Tuhan yang menciptakan semua alam semesta, mewujudkan dari ketiadaan menjadi ada, serta memelihara apa yang dibutuhkan semua makhlukNya, tanpa memilih apakah orang kafir atau bukan.
Tauhid Al-Asma' was-Sifat, mengesakan Allah dalam asma dan sifat-Nya, artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah, dalam dzat, asma maupun sifat. Prinsip agama Islam, semua amalan jika tidak dibangun atas Allah sebalahillah dan rabb, maka amalan itu sia – sia. Syarat suatu amalan dikatakan amal sholeh ialah pelaku amal itu harus nyata – nyata beriman kepada Allah. Sebaik apapun amal menurut sudut pandang manusia jika pelakunya tidak memiliki iman dalam hatinya, maka amal itu bukan amal sholeh. Ia hanya bermanfaat sebatas dunia, di akhirat kelak akan hilang tanpa bekas. Konsep Tuhan dalam Aqidah Islamiyah, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.
Islam mentitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai yang tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha pengasih dan Maha kuasa. Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurah hatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesaan-Nya dan Kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam Tuhan muncul dimanapun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun. Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal : Menurut Al – Qur’an, Dia lebih dekat pada manusia dari pada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua Dia memandu manusia pada jalan yang lurus “ jalan yang diridhai-Nya”. Tuhan Maha Esa Keesaan Tuhan atau Tauhid adalah mempercayai dan mengimani dengan sepenuh hati bahwa Allah itu Esa dan (wahid). Al – Qur’an mengesakan keberadaan kebenaran-Nya yang tunggal dan mutlak yang melebihi alam semesta sebagai : Zat yang tidak tampak dan wahid yang tidak diciptakan. Menurut Al – Qur’an:
Description: 6:133
“Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika dia mengkehendaki niscaya Dia memsunahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang  dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang – orang lain.” (Al – An’am [6]:133).
Tuhan menjadi  sebuah konsep tunggal yang akan menjelaskan asal – muasal semua hal yang ada:
Description: 57:3

“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Akhir dan Yang Batin; dan dia Maha Mengetahui segala sesuati.(Al- Hadid [57]:3)”
Sebagian Muslim walau begitu mengkritik interprestasi yang mengacu pada pandangan diatas.




F.     Faedah Mempelajari Aqidah Islamiyah
Karena Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka kesempurnaannya tidak diragukan lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan karya manusia, tentu banyak kelemahannya. Makanya seorang mu'min harus yakin kebenaran Aqidah Islamiyah sebagai poros dari segala pola laku dan tindakannya yang akan menjamin kebahagiannya dunia akherat. Dan merupakan keserasian antara ruh dan jasad, antara siang dan malam, antara bumi dan langit dan antara ibadah dan adat serta antara dunia dan akherat. Faedah yang akan diperoleh orang yang menguasai Aqidah Islamiyah adalah :
  1. Membebaskan dirinya dari ubudiyah / penghambaan kepada selain Allah, baik bentuknya kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.
  2. Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah baik dalam keadaan suka maupun duka.
  3. Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang rizki, terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk takut mati. Sehingga dia penuh tawakkal kepad Allah (outer focus of control).
  4. Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa , sekokoh gunung. Dia hanya berharap kepada Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah.
  5. Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan / ukhuwah dan persamaan. Tidak beda antara miskin dan kaya, antara pinter dan bodoh, antar pejabat dan rakyat jelata, antara kulit putih dan hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali takwanya disisi Allah SWT.














BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa aqidah mempunyai arti ikatan, pengesahan, penguatan dan penetapan. Maksudnya adalah apa yang telah menjadi ketetapan hati seseorang secara yakin. Maka pengertian dari Aqidah Islamiyah adalah ketetapan hati, mempercayai, atau tauhid kepada Allah serta beriman kepada malaikat, rasul, kitab, hari akhir, takdir baik dan buruk, dan mengimani seluruh apa – apa yang telah shahih tentang prinsip – prinsip Agama Islam. Dan kita sebagai umat islam hendak bersyukur karena pertanyaan – pertanyaan yang sering mengusik hati manusia yang berkala dapat dijawab oleh Aqidah kita yaitu Aqidah Islamiyah yang sekaligus menjadi pegangan kita untuk menjalani hidup serta mengabdi kepada Allah SAW.
Pokok dasar Aqidah Islamiyah adalah arkanul Ismal, yaitu Iman Kepada Allah SWT, Iman Kepada Malaikat Allah, Iman Kepada Kitab Allah, Iman Kepada Rasul Allah, Iman kepada Hari akhir dan yang terakhir adalah Iman kepada Qadha dan Qadhar.  
Demikianlah pembahasan yang dapat kami susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Agama Islam yang berjudul : “ Aqidah Islamiyah “.
















DAFTAR PUSTAKA


Chabib Thoha, dkk. 2004. Metodologi Pengajaran Agama. Semarang : Pustaka Pelajar.

Kamus Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu’jamul Wasiith

Kelompok Studi Islam Al Ummah. 1999. Aqidah Seorang Muslim. Jakarta: Yayasan AN Nizhom.

Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, MA. 2010. Pengantar Studi Islam. Semarang : Pustaka Nuun.

Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama / IAIN. 1985.  Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta.

http://quran.com/18








[1] http://quran.com/18
[2]  Kamus Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu’jamul Wasiith : Bab : ‘Aqada.
[3] Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, MA., Pengantar Studi Islam (Semarang : Pustaka Nuun, 2010), hlm. 35.
[4]  Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama (Semarang : Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 88
[5]  Ibid, hlm. 90.
[6]  Ibid, hlm. 52

Tidak ada komentar:

Posting Komentar