MAKALAH
PSIKOLOGI BELAJAR
LUPA, TRANSFER
BELAJAR DAN KESULITAN BELAJAR
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Lupa
merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan
bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu;
entah hal itu tentang peristiwa atau kejadian dimasa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga
sesuatu yang baru dilakukan. Fenomena lupa dapat terjadi pada siapapun juga.
Tak peduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orangtua, guru, pejabat,
profesor, petani dan sebagainya.
Disekolah
para guru memandang lupa sebagai gejala yang menyedihkan, yang seharusnya tidak
ada, namun mau tak mau harus dihadapi. Mungkin saja ada guru yang frustasi,
karena anak didik yang lupa akan bahan pelajaran yang sudah diajarkan. Anak
didik sebenarnya sangat tidak ingin kelupaan itu datang menderanya. Lupa
dipandang sebagai “musuh besar” yang harus disingkirkan sejauh mungkin. Lupa
merupakan peristiwa yang memilukan dan menyeret anak didik ke jurang kemalangan nasib. Resah dan gelisah
mendera jiwanya dalam kebingungan. Dalam belajar, lupa kerap kali dialami dalam
bidang belajar kognitif, dimana anak didik harus banyak “ belajar verbal”,
yaitu belajar yang menggunakan bahasa. Penjelasan guru secara verbal cenderung
mudah terlupakan, kecuali bila dalam menjelaskan sesuatu hal itu lebih
mendekati kenyataan. Oleh karena itu, berbagai upaya harus dilakukan untuk
menekan sekecil mungkin lupa setelah melakukan aktivitas belajar.
B.
TUJUAN PENULISAN
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami
bagaimana pengertian lupa, transfer belajar dan kesulitan belajar serta
mengetahui implikasinya dalam pendidikan.
C.
RUMUSAN MASALAH
Dalam
penyusunan makalah kali ini, penyusun akan menguraikan pembahasan dari beberapa
rumusan masalah diantaranya : pengertian, penyebab dan kiat mengurangi lupa,
serta transfer dan kesulitan belajar yang berimplikasi terhadap proses
pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki prilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh
pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam
diistilahkan dengan pengalaman (eksperience). Pengalaman yang terjadi
berulang kali melahirkan pengetahuan, (knowledge), atau a body of
knowledge. Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains
secara konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak dialam,
tinggal bagaimana siswa atau pembelajara bereksplorasi, menggali dan menemukan
kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan.[1]
A.
LUPA
1.
Lupa Versus Hilang
Kerapkali pengertian lupa dan hilang secara spontan dianggap sama,
padahal apa yang dilupakan belum tentu hilang dalam ingatan begitu saja. Hasil
penelitian dan refleksi atas pengalaman belajar disekolah, memberikan petunjuk
bahwa sesuatu yang pernah di camkan dan dimasukkan dalam ingatan,tetap menjadi
milik pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas. Dengan kata lain, kenyataan
bahwa seseorang tidak dapat mengingat sesuatu, belum berarti hal itu hilang
dari ingatannya, seolah-olah hal yang pernah dialami atau dipelajari sama
sekali tidak mempunyai efek apa-apa. Jadi, lupa bukan berarti hilang. Sesuatau
yang terlupakan tentu saja masih dimiliki dan disimpan di alam bawah sadar,
sedangkan sesuatu yang hilang tentu saja tidak tersimpan dialam bawah sadar.
Lupa ( forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut
atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara
sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai
ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau
dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan
pengetahuan dari akal kita.
2.
Lupa –Lupa Ingat
Lupa-lupa ingat berlainan dengan lupa-lupaan, dan tidak sama dengan
melupakan. Lupa-lupaan berarti pura-pura lupa. Melupakan berarti melalaikan;
tidak mengindahkan. Baik lupa-lupaan maupun melupakan mengandung unsur
kesengajaan. Sedangkan lupa-lupa ingat berarti tidak lupa, tetapi tidak ingat
benar; (masa samar tetapi kurang pasti ); agak lupa.[2]
3.
Faktor-Faktor Penyebab Lupa
Pertama, lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item
informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan
terhadap item yang telah ada baik sengaja maupun tidak. Penekanan ini terjadi
karena beberapa kemungkinan, yaitu :
1)
Karena
item informasi ( berupa pengetahuan, tanggapan, kesan, dan sebagainya ) yang
diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dapat sengaja menekannya hingga
ke alam ketidaksadaran.
2)
Karena
item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada.
3)
Karena
item informasi yang akan direproduksi ( diingat kembali ) itu tertekan ke alam
bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan.
Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan
antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali.
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap
proses dan situasi belajar tertentu.
Kelima, menurut law of disuse ( Hilgard & Bower 1975 ), lupa
dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah
digunakan atau di hafalkan siswa.
Keenam, lupa tentu saja terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang
siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan
gegar otak akan kehilangan ingatan atas item-item informasi yang ada dalam
memori permanennya.[3]
4.
Kiat Mengurangi Lupa Dalam Belajar
Pada prinsipnya, lupa dapat dicegah sekecil mungkin bila materi
yang guru sajikan kepada anak didik dapat diserap, diproses dan disimpan dengan
baik oleh sistem memori anak didik.
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan
daya akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan
daya ingatannya , antara lain menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson
(1990) adalah sebagai berikut :
Ø Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas
penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila
respons atau reaksi tertentu muncul setelah anak didik melakukan pembelajaran
atas respons tersebut dangan cara diluar kebiasaan.
Ø Extra study time
Extra
study time (tambahan waktu belajar) adalah
upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan)
aktivitas belajar.
Ø Mnemonic device
Mnemonic
device artinya muslihat yang dapat
membantu ingatan. Sering juga hanya disebut mnemonic (baca: ni’manik).
Ini adalah kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan
informasi-informasi kedalam sistem ingatan anak didik. Muslihat mnemonic banyak
ragamnya, tetapi yang paling menonjol adalah sebagai berikut :
1.
Rima
Rima (rhyme),
yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas kata dan
istilah yang harus diingat oleh anak didik.
2.
Singkatan
Singkatan yaitu
terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat anak didik.
3.
Sistem
kata pasak
Sistem kata
pasak ( peg word system), yakni sejenis teknik mnemonic yang menggunakan
komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait
memori baru.
4.
Metode
losal
Metode losal (
method of loci) yaitu kiat mnemonik yang menggunakan tempat-tempat khusus
yang terkenal sebagai sarana penempatan kata dan istilah tertentu yang harus
diingat anak didik.
5.
Sistem
kata kunci
Sistem kata
kunci (key word system). Kiat mnemonik yang satu ini relatif tergolong
baru dibanding kiat-kiat mnemonik lainnya. Sistem ini berbentuk daftar kata
yang terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut : (1) kata-kata asing, (2)
kata-kata kunci, kata-kata bahasa lokal yang paling kurang suku pertamanya
memiliki suara/ lafal yang mirip dengan kata yang di pelajari, (3) arti
kata-kata asing yang akan dikuasai tersebut.
Ø Pengelompokan
Maksud
pengelompokan (clustering) adalah menata ulang setiap materi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang di anggap lebih logis dalam arti bahwa materi
tersebut memiliki signifikasi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
Ø Latihan terbagi
Lawan latihan
terbagi (distributed practice) adalah latihan terkumpul (massed
practice) yang sudah di anggap tidak atau kurang efektif, karena mendorong
anak didik melakukan “cramming”(belajar tergesa-gesa).
W.S.Winkel (1989:299)
mengemukakan usaha-usaha mengurangi lupa yang dapat dilakukan oleh anak didik
dan guru. Pendapat W.S.Winkel ini di uraikan dengan modifikasi seperlunya,
sebagai berikut :
a.
Motivasi
belajar yang kuat dipihak anak didik.
b.
Memancing
perhatian anak didik merupakan pintu gerbang yang mengantarkan anak didik pada
konsentrasi terhadap pelajaran yang diberikan.
c.
Anak
didik perlu mengolah materi dengan baik dan segera.
d.
Informasi
yang tersimpan terlalu lama dan tak pernah digali cenderung terlupakan dan
sangat sulit untuk digali kembali.
e.
Penggunaan
kunci yang tepat akan dapat membantu anak didik membuka ingatannya[4].
B.
TRANSFER BELAJAR
Pengetahuan
dan keterampilan siswa sebagai hasil belajar pada masa lalu seringkali
mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya sekarang. Inilah yang
disebut trasfer dalam belajar.
Transfer
dalam belajar yang lazim disebut transfer belajar (transfer of learning)
itu mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi
kesituasi yang lainnya ( Reber 1988). Kata “pemindahan ketrampilan” tidak
berkonotasi hilangnya ketrampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena
diganti dengan ketrampilan baru pada masa sekarang. Oleh sebab itu,definisi
diatas harus dipahami sebagai pemindahan pengaruh atau pengaruh ketrampilan melakukan sesuatu
terhadap tercapainya ketrampilan melakukan sesuatu lainnya.
1)
Ragam Transfer Belajar
Menurut Gagne seorang education psicologis di bagi menjadi empat
macam:
·
Tranfer
Positif
Dapat terjadi
dalam diri seorang siswa apabila guru membantu untuk belajar dalam situasi
tertentu.
·
Transfer
Negatif
Dialami seorang
siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak.
·
Transfer
Vertikal
Dapat terjadi
dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi
tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai pengetahuan.
·
Transfer
Lateral
Dapat terjadi
dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah
dipelajarinya.
2)
Terjadinya Transfer Belajar Positif
Transfer positif, seperti yang telah di utarakan dimuka, akan mudah
terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi belajarnya dibuat sama atau
mirip dengan situasi sehari-hari yang akan ditempati siswa tersebut kelak dalam
mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di sekolah.
3)
Teori Daya Dan Transfer
Menurut teori daya ( biasa disebut juga formal dicipline) daya-daya
jiwa yang ada pada manusia itu dapat dilatih. Dan setelah dilatih dengan baik,
daya-daya itu dapat digunakan pula untuk pekerjaan lain yang menggunakan daya
tersebut. Dengan demikian terjadilah transfer belajar . berikut ini beberapa
contoh sebagai penjelasan : misalkan seorang anak yang semenjak kecil melatih
diri cara-cara melempar dengan tepat.
Memang ada benarnya bahwa daya-daya jiwa itu pada umumnya dapat
dilatih, dapat berkembang melalui latihan-latihan. Daya ingatan misalnya dapat
dilatih menjadi baik terhadap suatu pelajaran tertentu, tetapi belum tentu
ingatan itu akan baik pula bagi pelajaran yang lain.
Keberatan yang lain ialah, teori daya terlalu mementingkan nilai
formal dalam tiap-tiap mata pelajaran disekolah. Nilai praktis dan nilai
material dari mata pelajaran itu tidak dihiraukan. Pandangan inilah yang
menimbulkan cara-cara mengajar yanag bersifat verbalistis dan intelektualistis,
yang hingga kini masih merajalela dalam dunia pendidikan disekolah-sekolah kita
pada umumnya.
4)
Beberapa Teori Transfer Belajar
Teori transfer belajar adalah pemikiran atau pendapat mengenai
bagaimana transfer belajar itu sendiri. Teori-teori yang perlu dibicarakan
adalah sebagai berikut :
a.
Teori Disiplin Formal
Teori
ini didasari oleh ilmu jiwa daya. Menurut teori ilmu jiwa itu tersusun dari
beberapa macam daya (misalnya pikiran, ingatan, perasaan, dan lain-lain).
b.
Teori Komponen-Komponen Identik
Teori
identical element dan identical komponen-komponents mempunyai pendapat yang
sama dalam memandang transfer belajar.
c.
Teori Generalisasi
Pandangan
ini dikemukakan oleh charles judd (1873-1946) yang berpendapat bahwa transfer
belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur
pokok, pola, dan prinsip-prinsip umum.
5)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Transfer Belajar
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya transfer belajar
adalah sebagai berikut :
a)
Taraf
intelegensi dan sikap
Faktor ini
berasal dari anak didik, dan berkisar pada masalah kapasitas dasar atau
kemampuan dasar, sikap, minat anak didik dan lain sebagainya. Kapasitas dasar
atau kemampuan dasar adalah membantu timbulnya transfer belajar.
b)
Metode
guru dalam mengajar
Faktor ini
berasal dari guru dan berkisar antara lain pada penguasaan persiapan, alat
peraga, pemilihan bahan, dan sebagainya. Dengan bahan yang sama akan menghasilkan
hasil yang berbeda, disebabkan perbedaan dalam pemakaian metode mengajar.
c)
Isi
mata pelajaran
Hubungan antara
mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain menjadi penengah yang
dapat menimbulkan transfer dalam belajar. Suatu mata pelajaran yang dapat
dikuasai bisa dijadikan landasan untuk menguasai mata pelajaran lain yang
relevan, baik kaidah maupun prinsip-prinsipnya.
C.
KESULITAN BELAJAR
a.
Pengertian
Kesulitan Belajar
Aktivitas belajar bagi
setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang
lancar, kadang-kadang tidak. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi,
tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.
Demikian antara lain kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap
anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas
belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual
inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik.
Dalam keadaan dimana anak didik / siswa tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya, itulah yang disebut dengan
“kesulitan belajar”.[5]
b.
Faktor-Faktor
Penyebab Kesulitan Belajar
Banyak sudah para ahli yang mengemukakan faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing-masing. Ada yang meninjaunya
dari sudut intern anak didik dan ekstern anak didik. Muhibbin syah, misalnya,
melihatnya dari kedua aspek diatas. Menurutnya faktor-faktor anak didik
meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik, yakni sebagai
berikut :
1.
Yang
bersifat kognitif ( ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/ intelegensi anak didik.
2.
Yang
bersifat afektif ( ranah rasa ), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
3.
Yang
bersifat psikomotor ( ranah karsa ), antara lain seperti terganggunya
alat-alat indra penglihatan dan
pendengaran (mata dan telinga).
Sedangkan faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan
kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik.
Faktor lingkungan ini meliputi :
1.
Lingkungan
keluarga, contohnya ; keharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya
kehidupan ekonomi keluarga.
2.
Lingkungan
perkampungan/masyarakat, contohnya ; wilayah perkampungan kumuh (slum area)
dan sepermainan (peer group) yang nakal.
3.
Lingkungan
sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat
pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Jika
sudut pandang di arahkan pada aspek lainnya, maka faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar anak didik dapat dibagi menjadi 4 :
1.
Faktor
anak didik
2.
Faktor
sekolah
3.
Faktor
keluarga
4.
Faktor
masyarakat sekitar.
c.
Cara
Mengenal Anak Didik Yang Mengalami Kesulitan Belajar
Beberapa gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar ank
didik. Dapat dilihat dari petunjuk-petunjuk berikut :
1.
Menunjukan
prestasi belajar yang rendah, dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompok anak didik di kelas.
2.
Hasil
belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3.
Anak
didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
4.
Anak
didik menunjukan sikap yang kurang wajar.
5.
Anak
didik menunjukan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukan kepada
orang lain.
6.
Anak
didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka
seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka
mendapat prestasi yang rendah.
7.
Anak
didik yang selalu menunjukan prestasi belajar yang tinngi untuk sebagian besar
mata pelajaran, tetapi dilain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.
d.
Usaha
Mengatasi Kesulitan Belajar
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam
rangka usaha mengatasi kesulitan belajar ank didik, dapat dilakukan melalui
enam tahap, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, diagnosis, prognosis,
treatment dan evaluasi.
1.
Pengumpulan
data
2.
Pengolahan
data
3.
Diagnosis
4.
Prognosis
5.
Treatment
6.
Evaluasi[6]
D.
IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
Sebagaimana
telah dipahami bahwa lupa adalah fenomena psikologis, suatu proses yang terjadi
didalam kehidupan mental. Sedangkan transfer dapat terjadi bilamana situasi
belajar disekolah mirip benar dengan situasi dalam kehidupan sebenarnya, dimana
belajar itu akan digunakan. Kemudian, ketika anak mengalami kesulitan belajar,
guru hendaknya mencari tahu penyebabnya. Apakah metode yang di gunakan selama
ini salah atau ada faktor-faktor lain yang menyebabkan anak mengalami kesulitan
dalam belajar. Oleh karena itu, perhatian guru harus ditujukan dengan
sungguh-sungguh kearah kesamaan-kesamaan yang ada antara pengalaman- pengalaman
didalam dan diluar sekolah. Pengertian, pemahaman, dan generalisasi yang
berguna harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pekerjaan mengajar. Anak
didik harus dibantu untuk mengembangkan titik pandang ke arah kehidupan diluar
sekolah, baik untuk masa sekarang, maupun untuk masa-masa yang akan datang,
sehinnga ia dapat menyesuaikan diri terhadap tuntutan hidup yang selalu
berkembang.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Di dalam proses belajar,
peristiwa lupa kerapkali datang disaat yang tidak tepat.
Faktor-faktor
penyebab lupa :
a.
Lupa
karena perubahan situasi lingkungan
b.
Lupa
karena perubahan sikap dan minat
c.
Lupa
karena perubahan urat saraf otak
d.
Lupa
karena kerusakan informasi sebelum masuk ke memori.
Kurikulum sekolah yang telah banyak
menyajikan sejumlah mata pelajran untuk dipelajari oleh anak didik, adalah
menuntut sejumlah guru yang masing-masing memegang mata pelajran, sesuai dengan
bidang keahliannya agar dapat dengan mudah dan jelas menanamkan pengertian
tentang kaidah, prinsip dan dalil dalam mata pelajaran tersebut ke dalam struktur
kognitif anak didik, sehingga hasil belajar dalam mata pelajaran itu dapat
ditransfer untuk memperoleh pengetahuan atau ketrampilan dalam mempelajari mata
pelajaran yang lain.
B.
SARAN-SARAN
Dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna,karena penyusun masih dalam tahap pengenalan materi.
Untuk dapat memahami materi tersebut, perlu banyak referensi agar
pengaplikasiannya sesuai dengan apa yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi Dan Widodo
Supriyono.2008.Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Bahri Djamarah,Syaiful.2011.Psikologi
Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Dalyono.2009.Psikologi Pendidikan.
Jakarta : Rineka Cipta.
Suyono Dan Hariyanto.2012.Belajar Dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Syah,Muhibbin.2009.Psikologi
Belajar. Jakarta : Rajawali Pers.
[1] Suyono dan hariyanto.belajar
dan pembelajaran.(Bandung : PT Remaja Rosdakarya.2012) hlm : 9
[2] Syaiful Bahri Djamarah.Psikologi
Belajar.( Jakarta : Rineka Cipta.2011) hlm :207-209
[3] Muhibbin syah.psikologi
belajar.(Jakarta : Rajawali Pers.2009).170-173
[5] M.Dalyono.Psikologi
Pendidikan.(Jakarta : Rineka Cipta.2009) hlm : 229
[6] Abu ahmadi & widodo
supriyono.psikologi belajar.(jakrta : rineka cipta .2004) hlm : 97
Tidak ada komentar:
Posting Komentar