Sugeng Rawuh Teng Blog Kula "Dinazad"

Sabtu, 09 Mei 2015

PSIKOLOGI BELAJAR



MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR
LUPA, TRANSFER BELAJAR DAN KESULITAN BELAJAR

                                                                           BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu; entah hal itu tentang peristiwa atau kejadian dimasa lampau atau  sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga sesuatu yang baru dilakukan. Fenomena lupa dapat terjadi pada siapapun juga. Tak peduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orangtua, guru, pejabat, profesor, petani dan sebagainya.
Disekolah para guru memandang lupa sebagai gejala yang menyedihkan, yang seharusnya tidak ada, namun mau tak mau harus dihadapi. Mungkin saja ada guru yang frustasi, karena anak didik yang lupa akan bahan pelajaran yang sudah diajarkan. Anak didik sebenarnya sangat tidak ingin kelupaan itu datang menderanya. Lupa dipandang sebagai “musuh besar” yang harus disingkirkan sejauh mungkin. Lupa merupakan peristiwa yang memilukan dan menyeret anak didik  ke jurang kemalangan nasib. Resah dan gelisah mendera jiwanya dalam kebingungan. Dalam belajar, lupa kerap kali dialami dalam bidang belajar kognitif, dimana anak didik harus banyak “ belajar verbal”, yaitu belajar yang menggunakan bahasa. Penjelasan guru secara verbal cenderung mudah terlupakan, kecuali bila dalam menjelaskan sesuatu hal itu lebih mendekati kenyataan. Oleh karena itu, berbagai upaya harus dilakukan untuk menekan sekecil mungkin lupa setelah melakukan aktivitas belajar.

B.     TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami bagaimana pengertian lupa, transfer belajar dan kesulitan belajar serta mengetahui implikasinya dalam pendidikan.


C.    RUMUSAN MASALAH
Dalam penyusunan makalah kali ini, penyusun akan menguraikan pembahasan dari beberapa rumusan masalah diantaranya : pengertian, penyebab dan kiat mengurangi lupa, serta transfer dan kesulitan belajar yang berimplikasi terhadap proses pembelajaran.



























BAB II
PEMBAHASAN


Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki prilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (eksperience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan, (knowledge), atau a body of knowledge. Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak dialam, tinggal bagaimana siswa atau pembelajara bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan.[1]

A.    LUPA
1.      Lupa Versus Hilang
Kerapkali pengertian lupa dan hilang secara spontan dianggap sama, padahal apa yang dilupakan belum tentu hilang dalam ingatan begitu saja. Hasil penelitian dan refleksi atas pengalaman belajar disekolah, memberikan petunjuk bahwa sesuatu yang pernah di camkan dan dimasukkan dalam ingatan,tetap menjadi milik pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas. Dengan kata lain, kenyataan bahwa seseorang tidak dapat mengingat sesuatu, belum berarti hal itu hilang dari ingatannya, seolah-olah hal yang pernah dialami atau dipelajari sama sekali tidak mempunyai efek apa-apa. Jadi, lupa bukan berarti hilang. Sesuatau yang terlupakan tentu saja masih dimiliki dan disimpan di alam bawah sadar, sedangkan sesuatu yang hilang tentu saja tidak tersimpan dialam bawah sadar.      
Lupa ( forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
2.      Lupa –Lupa Ingat
Lupa-lupa ingat berlainan dengan lupa-lupaan, dan tidak sama dengan melupakan. Lupa-lupaan berarti pura-pura lupa. Melupakan berarti melalaikan; tidak mengindahkan. Baik lupa-lupaan maupun melupakan mengandung unsur kesengajaan. Sedangkan lupa-lupa ingat berarti tidak lupa, tetapi tidak ingat benar; (masa samar tetapi kurang pasti ); agak lupa.[2]
3.      Faktor-Faktor Penyebab Lupa
Pertama, lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja maupun tidak. Penekanan ini terjadi karena beberapa kemungkinan, yaitu :
1)      Karena item informasi ( berupa pengetahuan, tanggapan, kesan, dan sebagainya ) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dapat sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
2)      Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada.
3)      Karena item informasi yang akan direproduksi ( diingat kembali ) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan.
Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali.
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu.
Kelima, menurut law of disuse ( Hilgard & Bower 1975 ), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau di hafalkan siswa.
Keenam, lupa tentu saja terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan gegar otak akan kehilangan ingatan atas item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.[3]
4.      Kiat Mengurangi Lupa Dalam Belajar
Pada prinsipnya, lupa dapat dicegah sekecil mungkin bila materi yang guru sajikan kepada anak didik dapat diserap, diproses dan disimpan dengan baik oleh sistem memori anak didik.
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya , antara lain menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990) adalah sebagai berikut :
Ø  Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah anak didik melakukan pembelajaran atas respons tersebut dangan cara diluar kebiasaan.
Ø  Extra study time
Extra study time (tambahan waktu belajar) adalah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar.
Ø  Mnemonic device
Mnemonic device artinya muslihat yang dapat membantu ingatan. Sering juga hanya disebut mnemonic (baca: ni’manik). Ini adalah kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan informasi-informasi kedalam sistem ingatan anak didik. Muslihat mnemonic banyak ragamnya, tetapi yang paling menonjol adalah sebagai berikut :
1.      Rima
Rima (rhyme), yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas kata dan istilah yang harus diingat oleh anak didik.
2.      Singkatan
Singkatan yaitu terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat  anak didik.
3.      Sistem kata pasak
Sistem kata pasak ( peg word system), yakni sejenis teknik mnemonic yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori baru.
4.      Metode losal
Metode losal ( method of loci) yaitu kiat mnemonik yang menggunakan tempat-tempat khusus yang terkenal sebagai sarana penempatan kata dan istilah tertentu yang harus diingat anak didik.
5.      Sistem kata kunci
Sistem kata kunci (key word system). Kiat mnemonik yang satu ini relatif tergolong baru dibanding kiat-kiat mnemonik lainnya. Sistem ini berbentuk daftar kata yang terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut : (1) kata-kata asing, (2) kata-kata kunci, kata-kata bahasa lokal yang paling kurang suku pertamanya memiliki suara/ lafal yang mirip dengan kata yang di pelajari, (3) arti kata-kata asing yang akan dikuasai tersebut.
Ø  Pengelompokan
Maksud pengelompokan (clustering) adalah menata ulang setiap materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang di anggap lebih logis dalam arti bahwa materi tersebut memiliki signifikasi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
Ø  Latihan terbagi
Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah latihan terkumpul (massed practice) yang sudah di anggap tidak atau kurang efektif, karena mendorong anak didik melakukan “cramming”(belajar tergesa-gesa).

      W.S.Winkel (1989:299) mengemukakan usaha-usaha mengurangi lupa yang dapat dilakukan oleh anak didik dan guru. Pendapat W.S.Winkel ini di uraikan dengan modifikasi seperlunya, sebagai berikut :
a.       Motivasi belajar yang kuat dipihak anak didik.
b.      Memancing perhatian anak didik merupakan pintu gerbang yang mengantarkan anak didik pada konsentrasi terhadap pelajaran yang diberikan.
c.       Anak didik perlu mengolah materi dengan baik dan segera.
d.      Informasi yang tersimpan terlalu lama dan tak pernah digali cenderung terlupakan dan sangat sulit untuk digali kembali.
e.       Penggunaan kunci yang tepat akan dapat membantu anak didik membuka ingatannya[4].

B.     TRANSFER BELAJAR
Pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasil belajar pada masa lalu seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya sekarang. Inilah yang disebut trasfer dalam belajar.
Transfer dalam belajar yang lazim disebut transfer belajar (transfer of learning) itu mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi kesituasi yang lainnya ( Reber 1988). Kata “pemindahan ketrampilan” tidak berkonotasi hilangnya ketrampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena diganti dengan ketrampilan baru pada masa sekarang. Oleh sebab itu,definisi diatas harus dipahami sebagai pemindahan pengaruh  atau pengaruh ketrampilan melakukan sesuatu terhadap tercapainya ketrampilan melakukan sesuatu lainnya.
1)      Ragam  Transfer Belajar
Menurut Gagne seorang education psicologis di bagi menjadi empat macam:
·         Tranfer Positif
Dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila guru membantu untuk belajar dalam situasi tertentu.
·         Transfer Negatif
Dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak.
·         Transfer Vertikal
Dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai pengetahuan.
·         Transfer Lateral
Dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya.
2)      Terjadinya Transfer Belajar Positif
Transfer positif, seperti yang telah di utarakan dimuka, akan mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi belajarnya dibuat sama atau mirip dengan situasi sehari-hari yang akan ditempati siswa tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di sekolah.
3)      Teori Daya Dan Transfer
Menurut teori daya ( biasa disebut juga formal dicipline) daya-daya jiwa yang ada pada manusia itu dapat dilatih. Dan setelah dilatih dengan baik, daya-daya itu dapat digunakan pula untuk pekerjaan lain yang menggunakan daya tersebut. Dengan demikian terjadilah transfer belajar . berikut ini beberapa contoh sebagai penjelasan : misalkan seorang anak yang semenjak kecil melatih diri cara-cara melempar dengan tepat.
Memang ada benarnya bahwa daya-daya jiwa itu pada umumnya dapat dilatih, dapat berkembang melalui latihan-latihan. Daya ingatan misalnya dapat dilatih menjadi baik terhadap suatu pelajaran tertentu, tetapi belum tentu ingatan itu akan baik pula bagi pelajaran yang lain.
Keberatan yang lain ialah, teori daya terlalu mementingkan nilai formal dalam tiap-tiap mata pelajaran disekolah. Nilai praktis dan nilai material dari mata pelajaran itu tidak dihiraukan. Pandangan inilah yang menimbulkan cara-cara mengajar yanag bersifat verbalistis dan intelektualistis, yang hingga kini masih merajalela dalam dunia pendidikan disekolah-sekolah kita pada umumnya.
4)      Beberapa Teori Transfer Belajar
Teori transfer belajar adalah pemikiran atau pendapat mengenai bagaimana transfer belajar itu sendiri. Teori-teori yang perlu dibicarakan adalah sebagai berikut :
a.      Teori Disiplin Formal
Teori ini didasari oleh ilmu jiwa daya. Menurut teori ilmu jiwa itu tersusun dari beberapa macam daya (misalnya pikiran, ingatan, perasaan, dan lain-lain).
b.      Teori Komponen-Komponen Identik
Teori identical element dan identical komponen-komponents mempunyai pendapat yang sama dalam memandang transfer belajar.
c.       Teori Generalisasi
Pandangan ini dikemukakan oleh charles judd (1873-1946) yang berpendapat bahwa transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola, dan prinsip-prinsip umum.

5)      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Transfer Belajar
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya transfer belajar adalah sebagai berikut :
a)      Taraf intelegensi dan sikap
Faktor ini berasal dari anak didik, dan berkisar pada masalah kapasitas dasar atau kemampuan dasar, sikap, minat anak didik dan lain sebagainya. Kapasitas dasar atau kemampuan dasar adalah membantu timbulnya transfer belajar.
b)      Metode guru dalam mengajar
Faktor ini berasal dari guru dan berkisar antara lain pada penguasaan persiapan, alat peraga, pemilihan bahan, dan sebagainya. Dengan bahan yang sama akan menghasilkan hasil yang berbeda, disebabkan perbedaan dalam pemakaian metode mengajar.
c)      Isi mata pelajaran
Hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain menjadi penengah yang dapat menimbulkan transfer dalam belajar. Suatu mata pelajaran yang dapat dikuasai bisa dijadikan landasan untuk menguasai mata pelajaran lain yang relevan, baik kaidah maupun prinsip-prinsipnya.

C.    KESULITAN BELAJAR
a.       Pengertian Kesulitan Belajar
Aktivitas belajar  bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.
Demikian antara lain kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik. Dalam keadaan dimana anak didik / siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan  “kesulitan belajar”.[5]
b.      Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Banyak sudah para ahli yang mengemukakan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang  mereka masing-masing. Ada yang meninjaunya dari sudut intern anak didik dan ekstern anak didik. Muhibbin syah, misalnya, melihatnya dari kedua aspek diatas. Menurutnya faktor-faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik, yakni sebagai berikut :
1.      Yang bersifat kognitif ( ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/ intelegensi anak didik.
2.      Yang bersifat afektif ( ranah rasa ), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
3.      Yang bersifat psikomotor ( ranah karsa ), antara lain seperti terganggunya alat-alat  indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
Sedangkan faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik. Faktor lingkungan ini meliputi :
1.      Lingkungan keluarga, contohnya ; keharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2.      Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya ; wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan sepermainan (peer group) yang nakal.
3.      Lingkungan sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.



Jika sudut pandang di arahkan pada aspek lainnya, maka faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik dapat dibagi menjadi 4 :
1.      Faktor anak didik
2.      Faktor sekolah
3.      Faktor keluarga
4.      Faktor masyarakat sekitar.
c.       Cara Mengenal Anak Didik Yang Mengalami Kesulitan Belajar
Beberapa gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar ank didik. Dapat dilihat dari petunjuk-petunjuk berikut :
1.      Menunjukan prestasi belajar yang rendah, dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok anak didik di kelas.
2.      Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3.      Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
4.      Anak didik menunjukan sikap yang kurang wajar.
5.      Anak didik menunjukan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukan kepada orang lain.
6.      Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka mendapat prestasi yang rendah.
7.      Anak didik yang selalu menunjukan prestasi belajar yang tinngi untuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi dilain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.
d.      Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar ank didik, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, diagnosis, prognosis, treatment dan evaluasi.
1.      Pengumpulan data
2.      Pengolahan data
3.      Diagnosis
4.      Prognosis
5.      Treatment
6.      Evaluasi[6]

D.    IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
Sebagaimana telah dipahami bahwa lupa adalah fenomena psikologis, suatu proses yang terjadi didalam kehidupan mental. Sedangkan transfer dapat terjadi bilamana situasi belajar disekolah mirip benar dengan situasi dalam kehidupan sebenarnya, dimana belajar itu akan digunakan. Kemudian, ketika anak mengalami kesulitan belajar, guru hendaknya mencari tahu penyebabnya. Apakah metode yang di gunakan selama ini salah atau ada faktor-faktor lain yang menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam belajar. Oleh karena itu, perhatian guru harus ditujukan dengan sungguh-sungguh kearah kesamaan-kesamaan yang ada antara pengalaman- pengalaman didalam dan diluar sekolah. Pengertian, pemahaman, dan generalisasi yang berguna harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pekerjaan mengajar. Anak didik harus dibantu untuk mengembangkan titik pandang ke arah kehidupan diluar sekolah, baik untuk masa sekarang, maupun untuk masa-masa yang akan datang, sehinnga ia dapat menyesuaikan diri terhadap tuntutan hidup yang selalu berkembang.









BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Di dalam proses belajar, peristiwa lupa kerapkali datang disaat yang tidak tepat.
Faktor-faktor penyebab lupa :
a.       Lupa karena perubahan situasi lingkungan
b.      Lupa karena perubahan sikap dan minat
c.       Lupa karena perubahan urat saraf otak
d.      Lupa karena kerusakan informasi sebelum masuk ke memori.
Kurikulum sekolah yang telah banyak menyajikan sejumlah mata pelajran untuk dipelajari oleh anak didik, adalah menuntut sejumlah guru yang masing-masing memegang mata pelajran, sesuai dengan bidang keahliannya agar dapat dengan mudah dan jelas menanamkan pengertian tentang kaidah, prinsip dan dalil dalam mata pelajaran tersebut ke dalam struktur kognitif anak didik, sehingga hasil belajar dalam mata pelajaran itu dapat ditransfer untuk memperoleh pengetahuan atau ketrampilan dalam mempelajari mata pelajaran yang lain.

B.     SARAN-SARAN
Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,karena penyusun masih dalam tahap pengenalan materi. Untuk dapat memahami materi tersebut, perlu banyak referensi agar pengaplikasiannya sesuai dengan apa yang diharapkan.



DAFTAR PUSTAKA


Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono.2008.Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Bahri Djamarah,Syaiful.2011.Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Dalyono.2009.Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Suyono Dan Hariyanto.2012.Belajar  Dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Syah,Muhibbin.2009.Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali Pers.


[1] Suyono dan hariyanto.belajar dan pembelajaran.(Bandung : PT Remaja Rosdakarya.2012) hlm : 9
[2] Syaiful Bahri Djamarah.Psikologi Belajar.( Jakarta : Rineka Cipta.2011) hlm :207-209
[3] Muhibbin syah.psikologi belajar.(Jakarta : Rajawali Pers.2009).170-173
[4] Ibid, hlm : 214-221
[5] M.Dalyono.Psikologi Pendidikan.(Jakarta : Rineka Cipta.2009) hlm : 229
[6] Abu ahmadi & widodo supriyono.psikologi belajar.(jakrta : rineka cipta .2004) hlm : 97

Tidak ada komentar:

Posting Komentar