Sugeng Rawuh Teng Blog Kula "Dinazad"

Sabtu, 16 Mei 2015

Tangis Air Mata




Tangis, engkau menjadi simbol atas segala ekspresiku...
Tangis menjadi tanda saat aku bahagia. Engkau menjadi temanku saat aku gembira. Engkau selalu ada saat aku takut, saat aku sedih, saat aku senang, saat aku haru, saat aku sakit, saat aku jatuh cinta, saat aku gembira, saat aku bahagia, dan semua saat lainnya. Tangis, selalu ada di segala rasaku.
Jika tidak menangis saat aku sedih, pedih, perih, dan terluka, semua beban jiwa itu akan menggerogoti hidupku hingga aku mati rasa, kemudian gila. Jika tidak menangis ketika aku marah, mungkin aku akan melukai diriku sendiri, orang lain ataupun merusak benda-benda di sekelilingku. Jika tidak menangis saat aku gembira, mungkin aku akan menjadi sosok sombong yang akan membusungkan dada. Jika tidak menangis saat haru dan bahagia, mungkin aku menjadi sosok yang tidak bersyukur atas apa yang dimilikinya.
Denganmu, aku lebih dapat berlapang dada. Denganmu, akan tersingkirkan segala beban jiwa. Denganmu, dadaku menjadi lega. Denganmu, aku dapat meluluhkan gejolak jiwa. Denganmu, aku dapat menikmati setiap luka.
Engkau ada saat yang lain tiada. Engkau yang paling awal tiba, saat kerabat dan sahabat tiada dekat. Engkau ada di setiap peristiwa saat yang lain sibuk dengan urusannya. Engkau menemaniku dimana pun jua, tidak peduli sedang apa atau bagaiman.
Aku tidak tahu apa jadinya diriku tanpamu karena hanya engkau yang benar-benar dapat mengerti aku. Engkau selalu mendengar keluhku tanpa membalas dengan kesah karena hanya engkau yang dapat memahamiku. Engkau tidak pernah engga menampung bebanku tanpa merecokiku dengan berbagai alasan. Engkau selalu bersedia mendengarkanku tanpa rewel menasihatiku.
Aku bersyukur Allah menciptakanmu dan menjadikanmu bagian dari hidupku. Aku berterima kasih karena engkau adalah sahabat sejatiku. Oleh karena itu, jangan engkau pergi dariku. Jika engkau meninggalkanku, aku patut bertanya, “Apakah aku masih memiliki hati dan nurani?”
Jika seorang manusia tidak lagi dapat menangis, patutlah dia menangis ketidakmampuannya untuk menangis karena jangan-jangan itu pertanda hatinya telah mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar