MEDIA PENGAJARAN
MEDIA PENGAJARAN DENGAN MENGEPALKAN
TANGAN,
ISYARAT DENGAN TANGAN, MENUNJUK KE WAJAH
DAN TELAPAK TANGAN
Dosen Pengampu : KH. Drs. Masduki, M.Si.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Hadits
Tarbawi Semester 6 di STIT
Pemalang
Tahun Akademik 2014/2015
Disusun Oleh :
1. Septian Khusnul
K. 3120011
2. Dinazad 3120040
3. S. Maulana M. 3120064
4. Irham 31
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH
TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
PEMALANG
TAHUN 2014/2015
MEDIA PENGAJARAN DENGAN MENGEPALKAN
TANGAN,
ISYARAT DENGAN TANGAN, MENUNJUK KE WAJAH
DAN TELAPAK TANGAN
A. PENDAHULUAN
Dalam proses belajar mengajar, kehadiran alat / media
mempunyai arti yang sangat penting. Karena dalam kegitan tersebut, ketidak
jelasan bahan yang disampaikan, dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai
perantara. Media pengajaran yang digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau
mempertinggi mutu proses belajar mengajar. Alat / media merupakan sarana yang
membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indra pendengaran
dan penglihatan, bahkan adanya media/alat tersebut dapat mempercepat proses
pembelajaran murid karena dapat membuat pemahaman murid cepat pula.
Penggunaaan media pengajaran dalam proses pembelajaran
sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pengajaran. Sebagai alat bantu, media
memiliki fungsi memudah jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Media adalah alat,
metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas
komunikasi dan interaksi edukatif antara
guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Bukan pada masa modern saja, penggunaan media/alat bantu pengajaran juga sudah dikenal sejak
jaman Nabi Saw. Nabi Saw adalah sosok pendidik yang agung bagi umat manusia.
Meskipun pendidik pertama adalah Allah SWT nabi Muhammad pada dasarnya
mempresentasikan dan mengejawantahkan apa yang diajarkan melalui tindakan,
kemudian menerjemahkan tindakanya dalam kata-kata. Sehingga segala “materi” yang diajarkan segera diterima para
sahabatnya karena ucapanya yang diawali dengan contoh tindakan konkret.
Dalam
makalah ini akan menjelaskan media pengajaran yang diajarkan oleh Rasulullah
kepada sahabatnya, diantaranya media pengajaran yang sangat sederhana yaitu
isyarat mengepalkan tangan, isyarat dengan tangan, menunjuk ke wajah dan
telapak tangan. Mudah-mudahan dengan penjelasan dalam makalah ini akan
bermanfaat bagi pembaca.
B. PEMBAHASAN
1.
Pengertian Media
Pembelajaran
Kata
“media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
“medium”, yang secara harfiah memiliki arti “perantara” atau pengantar.[1] Sedangkan
dalam bahasa Arab, media adalah perantara ( وسا ئل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan.
Media
pembelajaran merupakan alat bantu atau sarana yang dijadikan sebagai perantara
atau piranti komunikasi untuk menyampaikan pesan atau informasi berupa ilmu
pegetahuan dari berbagai sumber ke penerima pesan atau informasi guna mencapai
tujuan pembelajaran.
2. Media Pembelajaran dalam
Hadits
a.
Dengan Mengepalkan Tangan
حَدَّثَنَا أَبُوْ اَلنُّعْمَانْ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ أَبِي جَمْرَةَ الضُّبَعِيِّ
قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاس رَضِيَ الله عَنْهُمَا يَقُوْلُ قَدِمَ وَفدُ عَبْدِ
القَيْسِ فَقَالُوا يَارَسُولَ الله اِنَّا هَﺬَا الحَيَّ مِنْ ربيعَة بَيْنَنَا
وَبَيْنَكَ كفّارُ مُضَرَ فلسْنَا نَصِلُ اِلَيْكَ اِلَّا فِي الشَّهْرِ الحَرَمِ
فَمُرْنَا بِأَمْرٍ نَأْخُدُ بِهِ وَنَدْعُو اِلَيْهِ مَنْ وَرَاءَنَا قَالَ
اَمُرُكُمْ بِأَرْبَعٍ الاءِيْمَانِ بالله شَهَادَةِ أنْ لآاِلَهَ أِلاّالله
وَعَقدَ بِيَدِهِ وَاِقَامِ الصَّلَاةِ وَاِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَصِيَامِ
رَمَضَانَ وَاَنْ تُؤَدُّوا لِلَهِ خُمُسَ مَا غَنِمْتُمْ وَاَنْهَاكُمْ عَنْ
الدُّبَّاء وَالنَّقِيرِ وَالحَنْتَمِ والمُزَقَتِ.
“Telah
bercerita kepada kami Abu An-Nu’man telah bercerita kepada kami Hammad dari Abu
Hamzah adl-Dluba’iiy berkata aku mendengar Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma
berkata : Telah datang utusan ‘Abdul Qois lalu berkata : “Wahai Rasulullah,
dalam kehidupan kami ini, antara kami dan Baginda ada orang-orang kafir suku
Mudlar, yang kami tidak dapat melakukan kontak hubungan bersama Baginda kecuali
pada saat bulan-bulan haram. Maka berilah kami suatu perintah yang kami ambil
sebagai pegangan, yang dengannya kami mengajak orang-orang di belakang kami”.
Maka Beliau bersabda : “Aku perintahkan kalian dengan empat hal dan aku larang
kalian dari empat hal pula. (Yang pertama) aku perintahkan kalian untuk beriman
kepada Allah dengan bersyahadat laa ilaaha illallah. Beliau mengepalkan tangan
Beliau, mendirikan shalat, menunaikan zakat, shaum di bulan Ramadhan dan agar
kalian menerapkan ketentuan seperlima untuk Allah dari harta ghanimah yang
kalian dapat. Dan aku larang kalian dari duba’, hantam, naqir, dan muzaffat”. Sahih Bukhori.[2]
Hadits tersebut menerangkan tentang
empat hal yang diperintahkan dan dilarang oleh Rasulullah sebagai pegangan
umatnya dalam kehidupan ini. Empat hal yang diperintahkan adalah :
1) Iman kepada Allah dengan
bersyahadat laa ilaaha illallah, yang artinya meniadakan sesembahan dan
tempat bersandar selain Allah, hanya mengesakan Allah.
2) Mendirikan sholat
3) Menunaikan zakat
4) Berpuasa di bulan Ramadhan
Dan empat hal yang dilarang oleh
Rasulullah adalah agar umatnya menghindari duba’, hantam, naqir,dan muzzafat.
Dari penjelasan mengenai hadits
tersebut, dapat dipahami bahwa ketika Nabi SAW menjelaskan tentang ajarannya,
beliau menggunakan media yang variatif dan komunikatif yang disesuaikan dengan
kondisi pada saat itu. Pada saat itu Nabi SAW menjelaskan dengan genggaman
tangan beliau dengan maksud bahwa genggaman tangan beliau dimaksudkan sebagai
penguatan dari apa yang beliau ucapkan. Dengan menggenggamkan tangan, maka akan
lebih memudahkan dan memahamkan para sahabat dalam menerima penjelasan dari
Nabi SAW.
b.
Isyarat Dengan Tangan
حَدَّثَنَا
مُوسى بْنُ اِسْمَا عِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ
عَنْ عِكْرمَة عَنْ اِبْنُ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلّىى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
سُئِلَ فِي حَجَّتِهِ فَقَالَ ﺫَبَحْتُ قَبْلَ أَنْ أرْمِيَ فَأوْمأ بِيَدِهِ
قَالَ ولا حَرَجَ قَالَ حَلقتُ قَبْلَ أن أدبَحَ فأومَأ بِيَدِهِ ولا حَرَجَ.
“Telah
menceritakan kepada kami Musa bin Ismail berkata, telah menceritakan kepada
kami Wuhaib berkata, telah mencritakan kepada kami Ayyub dari ‘Ikrimah dari
Ibnu ‘Abbas : bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam ditanya seseorang
tentang haji yang dilakukannya, orang itu bertanya : “Aku menyembelih hewan
sebelum aku melempar jumrah”. Beliau memberi isyarat dengan tangannya, yang
maksudnya “tidak apa-apa”. Dan aku mencukur sebelum menyembelih”. Beliau
memberi isyarat dengan tangannya yang maksudnya “tidak apa-apa”. Sahih Bukhori[3]
Penjelasan:
Hadits di atas menjelaskan bahwa Rasulullah
memperbolehkan jama’ah haji untuk bercukur lalu menyembelih hewan sebelum
melempar jumrah.
Dari penjelasan hadist dapat dilihat bahwa seorang
pendidik dalam memberikan pendidikan kepada peserta didiknya dengan perantara
menggunakan media yang sederhana yang ada pada diri peserta didik yaitu dengan
isyarat tangan. Pada dasarnya media pengajaran berfungsi sebagai alat bantu
belajar mengajar khususnya pada peserta didik yang sengaja ditata dan
diciptakan oleh pendidikan guna mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.[4]
c. Hadits tentang Menunjuk ke
Wajah dan Telapak Tangan
عن عاءشة رضي الله عنها ان اسماء بنت
ابي بكر دحلت على رسول الله صلى الله عليه وسلم وعليها ثياب رقاق، فاْعرض عنها
رسول الله صلى الله عليه وسلم وقال : يا اسماء ان المرءة اذا بلغت المحيض لم يصلح
لها ان يرى منها الا هذا وهذا واشار الي وجهه وكفيه.
“Dari
Aisyah RA,dia berkata :Asma binti Abu Bakar menghadap Rosulullah SAW dengan memakai
pakaian yang tipis, maka Rosulullah SAW berpaling darinya dan berkata :”Hai
Asma,sesungguhnya jika wanita telah mengalami haid (baligh) maka dia tidak
boleh memperlihatkan auratnya kecuali ini dan ini.” (sambil
menunjuk ke wajah dan telapak tangan). (Sunan Abu Daud : 34)[5]
Hadits tersebut menerangkan dua hal :
a.
Kewajiban
menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan
b.
Pakaian
yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup aurat.
Dari hadits diatas jelaslah batasan aurat bagi wanita,
yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan dua
telapak tangan. Dari hadits tersebut pula kita memahami bahwa
menutup aurat adalah wajib. Berarti jika dilaksanakan akan
menghasilkan pahala dan jika tidak dilaksanakan maka akan menuai dosa.
Menutup aurat bagi wanita, bukn hanya
sekedar memakai baju atau pakaian saja, melainkan harus diperhatikan layak dan
tidaknya pakaian tersebut, seperti memakai pakian yang tipis hingga terlihat
bentuk tubuh atau pakaian yang ketat hingga membentuk lekuk tubuh. Sebab cara
berpakaian seperti itu dilarang oleh Islam.
Kewajiban menutup aurat ini tidak
hanya berlaku pada saat shalat saja namun juga pada semua tempat yang
memungkinkan ada laki-laki lain yang bisa melihatnya.
Aspek tarbawi
dari hadits di atas adalah :
a.
Kewajiban
seorang wanita yang akil baligh untuk
menutup auratnya. Dan dalam berhijab terdapat beberapa syarat diantaranya :
1)
Menutupi seluruh badan kecuali wajah dan dua
telapak tangan.
2)
Hijab itu bukan dimaksudkan sebagai hiasan bagi dirinya, sehingga tidak
diperbolehkan memakai kain yang berwarna mencolok, atau kain yang penuh gambar
dan hiasan.
3)
Hijab itu harus lapang dan tidak sempit sehingga tidak menggambarkan postur
tubuhnya.
4)
Hijab yang digunakan itu tidak sobek sehingga tidak menampakkan bagian
tubuh atau perhiasan wanita.
b. Perintah menutup aurat ini,
tidak lain untuk menjaga keutamaan, kehormatan, dan menjaga dirinya dari
kejahatan yang timbul akibat dari memperlihatkan aurat tersebut.
c. Orang yang senantiasa menutup auratnya karena
mengharapkan ridho Allah dan maghfirah-Nya akan mendapat derajat yang sangat mulia di
hadapan Allah SWT.
3. Manfaat Media
Pembelajaran
Dalam hadits-hadits Nabi
SAW di atas, sudah tersirat mengenai manfaat media pembelajaran, diantaranya
yakni ketika Nabi SAW menjelaskan ajarannya menggunakan media seperti
menggenggamkan tangan, dengan isyarat tangan, dan dengan menunjuk muka dan
tangan. Dengan media tersebut, para sahabat menjadi lebih paham dengan apa yang
disampaikan Nabi SAW. Secara lebih luas, ada banyak manfaat yang diperoleh dari
menggunakan media pembelajaran dalam mengajar, diantaranya:
a. Bahan pelajaran
akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan
memungkinkan siswa untuk menguasai tujuan pengajaran yang lebih baik.
b. Metode mengajar
akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan
kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga
dalam memberikan materi pelajaran.
c. Siswa lebih
banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan keterangan
guru, tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain.
d. Pengajaran akan
lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
e. Memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas.
f. Mengatasi
keterbatasan ruang waktu dan daya indera seperti: terlalu besar, terlalu kecil,
gerak terlalu lambat, gerak terlalu cepat, peristiwa masa lalu, kompleks, dan
konsep yang terlalu luas.[6]
Nilai-nilai
tarbawi dari hadits-hadits di atas adalah:
a.
Pendidik harus bisa memberikan solusi alternatif
kepada peserta didik manakala peserta didiknya mengalami kesulitan dalam
belajar.
b.
Seorang pendidik harus trampil, kreatif dalam
memanfaatkan media pengajaran yang ada.
c.
Seorang pendidik hendaknya dalam menjelaskan
materi, pendidik menyampaikannya dengan jelas,runtut agar dapat dipahami oleh
peserta didik dengan mudah.
d.
Seorang pendidik dapat memanfaatkan media yang
ada serta yang mudah dapat dijangkau oleh peserta didik.
C. PENUTUP
Dari penjelasan hadits-haduts diatas dapat disimpulkan
bahwa pemanfaatan media pengajaran sangat penting dalam proses belajar
mengajar, karena media pengajaran sangat membantu dalam menyampaikan materi
kepada peserta didik.
Dari beberapa
penjelasan mengenai isi kandungan hadits-hadits di atas, dikisahkan tentang Rasulullah SAW menggunakan
tangan sebagai penjelas dalam menyampaikan ajarannya kepada para
sahabat-sahabatnya. Hal ini berarti Rasulullah SAW menggunakan sarana tersebut
untuk memberi gambaran perumpamaan dan mempermudah dalam menyampaikan isi
materi yang diajarkannya. Jika kita korelasikan dengan dunia pendidikan,
hadits-hadits tersebut berkaitan dengan salah satu komponen dalam dunia
pendidikan yakni media pembelajaran.
Media itu sendiri adalah merupakan segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang fikiran, perasaan, dan minat serta perhatian peserta didik
sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terwujud.
Penggunaan media pengajaran disesuaikan dengan situasi
dan kondisi agar peserta didik dapat memperoleh tujuan dari belajar
tersebut. Kita bisa memanfaatkan media sederhana sesuai dengan yang dicontohkan
oleh Rosulullah dalam haditsnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. Media Pengajaran. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada. 2005.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta. 1996.
Masduki. Modul Materi Hadits
Tarbawi Semester 6. Pemalang : STIT Pemalang. 2015.
Syah, Darwyn. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan
Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada Press. 2007.
[1] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1996), hlm. 136.
[4] Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 2
[6] Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan
Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm 125-126.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar