Sugeng Rawuh Teng Blog Kula "Dinazad"

Sabtu, 16 Mei 2015

Hadits Tarbawi



MEDIA PENGAJARAN
MEDIA PENGAJARAN DENGAN MENGEPALKAN TANGAN,
ISYARAT DENGAN TANGAN, MENUNJUK KE WAJAH
DAN TELAPAK TANGAN

Dosen Pengampu : KH. Drs. Masduki, M.Si.

Description: Description: 3--STIT black-RALAT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Hadits Tarbawi Semester 6 di STIT Pemalang
Tahun Akademik 2014/2015

Disusun Oleh :
1.     Septian Khusnul K.     3120011
2.     Dinazad                         3120040
3.     S. Maulana M.              3120064
4.     Irham                             31


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PEMALANG
TAHUN 2014/2015
MEDIA PENGAJARAN DENGAN MENGEPALKAN TANGAN,
ISYARAT DENGAN TANGAN, MENUNJUK KE WAJAH
DAN TELAPAK TANGAN

A.    PENDAHULUAN
Dalam proses belajar mengajar, kehadiran alat / media mempunyai arti yang sangat penting. Karena dalam kegitan tersebut, ketidak jelasan bahan yang disampaikan, dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media pengajaran yang digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi mutu proses belajar mengajar. Alat / media merupakan sarana yang membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indra pendengaran dan penglihatan, bahkan adanya media/alat tersebut dapat mempercepat proses pembelajaran murid karena dapat membuat pemahaman murid cepat pula.
Penggunaaan media pengajaran dalam proses pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pengajaran. Sebagai alat bantu, media memiliki fungsi memudah jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Media adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas komunikasi  dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Bukan pada masa modern saja,  penggunaan media/alat bantu pengajaran juga sudah dikenal sejak jaman Nabi Saw. Nabi Saw adalah sosok pendidik yang agung bagi umat manusia. Meskipun pendidik pertama adalah Allah SWT nabi Muhammad pada dasarnya mempresentasikan dan mengejawantahkan apa yang diajarkan melalui tindakan, kemudian menerjemahkan tindakanya dalam kata-kata. Sehingga segala “materi”  yang diajarkan segera diterima para sahabatnya karena ucapanya yang diawali dengan contoh tindakan konkret.
Dalam makalah ini akan menjelaskan media pengajaran yang diajarkan oleh Rasulullah kepada sahabatnya, diantaranya media pengajaran yang sangat sederhana yaitu isyarat mengepalkan tangan, isyarat dengan tangan, menunjuk ke wajah dan telapak tangan. Mudah-mudahan dengan penjelasan dalam makalah ini akan bermanfaat bagi pembaca.
B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah memiliki arti “perantara” atau pengantar.[1] Sedangkan dalam bahasa Arab, media adalah perantara ( وسا ئل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Media pembelajaran merupakan alat bantu atau sarana yang dijadikan sebagai perantara atau piranti komunikasi untuk menyampaikan pesan atau informasi berupa ilmu pegetahuan dari berbagai sumber ke penerima pesan atau informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.

2.      Media Pembelajaran dalam Hadits
a.      Dengan Mengepalkan Tangan
حَدَّثَنَا أَبُوْ اَلنُّعْمَانْ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ أَبِي جَمْرَةَ الضُّبَعِيِّ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاس رَضِيَ الله عَنْهُمَا يَقُوْلُ قَدِمَ وَفدُ عَبْدِ القَيْسِ فَقَالُوا يَارَسُولَ الله اِنَّا هَﺬَا الحَيَّ مِنْ ربيعَة بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ كفّارُ مُضَرَ فلسْنَا نَصِلُ اِلَيْكَ اِلَّا فِي الشَّهْرِ الحَرَمِ فَمُرْنَا بِأَمْرٍ نَأْخُدُ بِهِ وَنَدْعُو اِلَيْهِ مَنْ وَرَاءَنَا قَالَ اَمُرُكُمْ بِأَرْبَعٍ الاءِيْمَانِ بالله شَهَادَةِ أنْ لآاِلَهَ أِلاّالله وَعَقدَ بِيَدِهِ وَاِقَامِ الصَّلَاةِ وَاِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَصِيَامِ رَمَضَانَ وَاَنْ تُؤَدُّوا لِلَهِ خُمُسَ مَا غَنِمْتُمْ وَاَنْهَاكُمْ عَنْ الدُّبَّاء وَالنَّقِيرِ وَالحَنْتَمِ والمُزَقَتِ.

“Telah bercerita kepada kami Abu An-Nu’man telah bercerita kepada kami Hammad dari Abu Hamzah adl-Dluba’iiy berkata aku mendengar Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma berkata : Telah datang utusan ‘Abdul Qois lalu berkata : “Wahai Rasulullah, dalam kehidupan kami ini, antara kami dan Baginda ada orang-orang kafir suku Mudlar, yang kami tidak dapat melakukan kontak hubungan bersama Baginda kecuali pada saat bulan-bulan haram. Maka berilah kami suatu perintah yang kami ambil sebagai pegangan, yang dengannya kami mengajak orang-orang di belakang kami”. Maka Beliau bersabda : “Aku perintahkan kalian dengan empat hal dan aku larang kalian dari empat hal pula. (Yang pertama) aku perintahkan kalian untuk beriman kepada Allah dengan bersyahadat laa ilaaha illallah. Beliau mengepalkan tangan Beliau, mendirikan shalat, menunaikan zakat, shaum di bulan Ramadhan dan agar kalian menerapkan ketentuan seperlima untuk Allah dari harta ghanimah yang kalian dapat. Dan aku larang kalian dari duba’, hantam, naqir, dan muzaffat”. Sahih Bukhori.[2]
Hadits tersebut menerangkan tentang empat hal yang diperintahkan dan dilarang oleh Rasulullah sebagai pegangan umatnya dalam kehidupan ini. Empat hal yang diperintahkan adalah :
1)      Iman kepada Allah dengan bersyahadat laa ilaaha illallah, yang artinya meniadakan sesembahan dan tempat bersandar selain Allah, hanya mengesakan Allah.
2)      Mendirikan sholat
3)      Menunaikan zakat
4)      Berpuasa di bulan Ramadhan
Dan empat hal yang dilarang oleh Rasulullah adalah agar umatnya menghindari duba’, hantam, naqir,dan muzzafat.
Dari penjelasan mengenai hadits tersebut, dapat dipahami bahwa ketika Nabi SAW menjelaskan tentang ajarannya, beliau menggunakan media yang variatif dan komunikatif yang disesuaikan dengan kondisi pada saat itu. Pada saat itu Nabi SAW menjelaskan dengan genggaman tangan beliau dengan maksud bahwa genggaman tangan beliau dimaksudkan sebagai penguatan dari apa yang beliau ucapkan. Dengan menggenggamkan tangan, maka akan lebih memudahkan dan memahamkan para sahabat dalam menerima penjelasan dari Nabi SAW.



b.      Isyarat Dengan Tangan
حَدَّثَنَا مُوسى بْنُ اِسْمَا عِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ عِكْرمَة عَنْ اِبْنُ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلّىى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ فِي حَجَّتِهِ فَقَالَ ﺫَبَحْتُ قَبْلَ أَنْ أرْمِيَ فَأوْمأ بِيَدِهِ قَالَ ولا حَرَجَ قَالَ حَلقتُ قَبْلَ أن أدبَحَ فأومَأ بِيَدِهِ ولا حَرَجَ.

“Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ismail berkata, telah menceritakan kepada kami Wuhaib berkata, telah mencritakan kepada kami Ayyub dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas : bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam ditanya seseorang tentang haji yang dilakukannya, orang itu bertanya : “Aku menyembelih hewan sebelum aku melempar jumrah”. Beliau memberi isyarat dengan tangannya, yang maksudnya “tidak apa-apa”. Dan aku mencukur sebelum menyembelih”. Beliau memberi isyarat dengan tangannya yang maksudnya “tidak apa-apa”. Sahih Bukhori[3]
Penjelasan:
Hadits di atas menjelaskan bahwa Rasulullah memperbolehkan jama’ah haji untuk bercukur lalu menyembelih hewan sebelum melempar jumrah.
Dari penjelasan hadist dapat dilihat bahwa seorang pendidik dalam memberikan pendidikan kepada peserta didiknya dengan perantara menggunakan media yang sederhana yang ada pada diri peserta didik yaitu dengan isyarat tangan. Pada dasarnya media pengajaran berfungsi sebagai alat bantu belajar mengajar khususnya pada peserta didik yang sengaja ditata dan diciptakan oleh pendidikan guna mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.[4]

c.       Hadits tentang Menunjuk ke Wajah dan Telapak Tangan
عن عاءشة رضي الله عنها ان اسماء بنت ابي بكر دحلت على رسول الله صلى الله عليه وسلم وعليها ثياب رقاق، فاْعرض عنها رسول الله صلى الله عليه وسلم وقال : يا اسماء ان المرءة اذا بلغت المحيض لم يصلح لها ان يرى منها الا هذا وهذا واشار الي وجهه وكفيه.

“Dari Aisyah RA,dia berkata :Asma binti Abu Bakar menghadap Rosulullah SAW dengan memakai pakaian yang tipis, maka Rosulullah SAW berpaling darinya dan berkata :”Hai Asma,sesungguhnya jika wanita telah mengalami haid (baligh) maka dia tidak boleh memperlihatkan auratnya kecuali ini dan ini.” (sambil menunjuk ke wajah dan telapak tangan). (Sunan Abu Daud : 34)[5]

Hadits tersebut menerangkan dua hal :
a.       Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan
b.      Pakaian yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup aurat.
Dari hadits diatas jelaslah batasan aurat bagi wanita, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan dua  telapak tangan. Dari hadits tersebut pula kita memahami bahwa menutup aurat adalah wajib. Berarti jika dilaksanakan akan menghasilkan pahala dan jika tidak dilaksanakan maka akan menuai dosa.
Menutup aurat bagi wanita, bukn hanya sekedar memakai baju atau pakaian saja, melainkan harus diperhatikan layak dan tidaknya pakaian tersebut, seperti memakai pakian yang tipis hingga terlihat bentuk tubuh atau pakaian yang ketat hingga membentuk lekuk tubuh. Sebab cara berpakaian seperti itu dilarang oleh Islam.
Kewajiban menutup aurat ini tidak hanya berlaku pada saat shalat saja namun juga pada semua tempat yang memungkinkan ada laki-laki lain yang bisa melihatnya.
Aspek tarbawi dari hadits di atas adalah :
a.       Kewajiban seorang wanita yang akil baligh untuk menutup auratnya. Dan dalam berhijab terdapat beberapa syarat diantaranya :
1)      Menutupi seluruh badan kecuali wajah dan dua telapak tangan.
2)      Hijab itu bukan dimaksudkan sebagai hiasan bagi dirinya, sehingga tidak diperbolehkan memakai kain yang berwarna mencolok, atau kain yang penuh gambar dan hiasan.
3)      Hijab itu harus lapang dan tidak sempit sehingga tidak menggambarkan postur tubuhnya.
4)      Hijab yang digunakan itu tidak sobek sehingga tidak menampakkan bagian tubuh atau perhiasan wanita.
b.      Perintah menutup aurat ini, tidak lain untuk menjaga keutamaan, kehormatan, dan menjaga dirinya dari kejahatan yang timbul akibat dari memperlihatkan aurat tersebut.
c.       Orang yang senantiasa menutup auratnya karena mengharapkan ridho Allah dan maghfirah-Nya akan mendapat derajat yang sangat mulia di hadapan Allah SWT.

3.      Manfaat Media Pembelajaran
Dalam hadits-hadits Nabi SAW di atas, sudah tersirat mengenai manfaat media pembelajaran, diantaranya yakni ketika Nabi SAW menjelaskan ajarannya menggunakan media seperti menggenggamkan tangan, dengan isyarat tangan, dan dengan menunjuk muka dan tangan. Dengan media tersebut, para sahabat menjadi lebih paham dengan apa yang disampaikan Nabi SAW. Secara lebih luas, ada banyak manfaat yang diperoleh dari menggunakan media pembelajaran dalam mengajar, diantaranya:
a.       Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa untuk menguasai tujuan pengajaran yang lebih baik.
b.      Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga dalam memberikan materi pelajaran.
c.       Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan keterangan guru, tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
d.      Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
e.       Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas.
f.       Mengatasi keterbatasan ruang waktu dan daya indera seperti: terlalu besar, terlalu kecil, gerak terlalu lambat, gerak terlalu cepat, peristiwa masa lalu, kompleks, dan konsep yang terlalu luas.[6]
Nilai-nilai tarbawi dari hadits-hadits di atas adalah:
a.       Pendidik harus bisa memberikan solusi alternatif kepada peserta didik manakala peserta didiknya mengalami kesulitan dalam belajar.
b.      Seorang pendidik harus trampil, kreatif dalam memanfaatkan media pengajaran yang ada.
c.       Seorang pendidik hendaknya dalam menjelaskan materi, pendidik menyampaikannya dengan jelas,runtut agar dapat dipahami oleh peserta didik dengan mudah.
d.      Seorang pendidik dapat memanfaatkan media yang ada serta yang mudah dapat dijangkau oleh peserta didik.

C.    PENUTUP
Dari penjelasan hadits-haduts diatas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media pengajaran sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena media pengajaran sangat membantu dalam menyampaikan materi kepada peserta didik.
Dari beberapa penjelasan mengenai isi kandungan hadits-hadits di atas,  dikisahkan tentang Rasulullah SAW menggunakan tangan sebagai penjelas dalam menyampaikan ajarannya kepada para sahabat-sahabatnya. Hal ini berarti Rasulullah SAW menggunakan sarana tersebut untuk memberi gambaran perumpamaan dan mempermudah dalam menyampaikan isi materi yang diajarkannya. Jika kita korelasikan dengan dunia pendidikan, hadits-hadits tersebut berkaitan dengan salah satu komponen dalam dunia pendidikan yakni media pembelajaran.
Media itu sendiri adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terwujud.
Penggunaan media pengajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi agar peserta didik dapat memperoleh tujuan dari belajar tersebut. Kita bisa memanfaatkan media sederhana sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rosulullah dalam haditsnya.



DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. Media Pengajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2005.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1996.
Masduki. Modul Materi Hadits Tarbawi Semester 6. Pemalang : STIT Pemalang. 2015.
Syah, Darwyn. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada Press. 2007.









[1] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), hlm. 136.
[2] Masduki, Modul Materi Hadits Tarbawi Semester 6,(Pemalang : STIT Pemalang, 2015), hlm. 22
[3] Ibid, hlm. 23
[4] Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 2
[5] Masduki, Log.Cit, hlm. 23
[6] Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm 125-126.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar