PENDIDIKAN ANAK DIMULAI DARI RUMAH
Khutbah Pertama :
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ
مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً
كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ
إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ
وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ
ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ
…
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ
الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ
ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat
rahimakumullah.
Kami mengajak kepada semua jamaah,
marilah kita semua meningkatkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Bekal
takwa inilah yang akan menyelamatkan kita dari siksa neraka. Karena tidak ada
yang akan selamat dari neraka, kecuali orang-orang yang bertakwa.
ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا
وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا
“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang
bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan
berlutut.” (QS. Maryam: 72)
Kaum muslimin yang berbahagia.
Islam agama yang sempurna, sangat
memperhatikan pertumbuhan generasi. Untuk itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah memerintahkan kita agar memilih istri shalihah, penuh kasih
sayang dan banyak keturunannya. Dari istri yang shalihah ini, diharapkan
terlahir anak-anak yang shalih dan kokoh dalam beragama. Sehingga Islam menjadi
kuat, dan orang-orang yang membenci Islam menjadi gentar. Demikianlah, ibu
memiliki peranan yang dominan dalam membangun pondasi dan mencetak generasi,
karena dialah yang mendidik anak-anak dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah
‘Azza wa Jalla.
Perhatian lainnya yang Islam
tunjukkan terkait dengan pendidikan anak yaitu Rasulullah menganjurkan agar
orang tua memberi nama yang baik terhadap anak-anaknya. Suatu nama akan turut
memberi pengaruh terhadap anak. Sehingga banyak riwayat yang menjelaskan
Rasulullah merubah beberapa nama yang tidak sesuai dengan Islam.
Kedatangan Islam dalam mendidik ini,
juga bisa dikaji dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika
anak menginjak usia tujuh tahun, hendaklah kedua orang tua mengajarkan dan
memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan shalat. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ
وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ
عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan
shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila pada usia
sepuluh tahun tidak mengerjakan shalat, serta pisahkanlah mereka di tempat
tidurnya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Perintah mengerjakan shalat berarti
juga mencakup hal-hal yang berkaitan dengan shalat. Misalnya, tata cara shalat,
tata cara wudhu, dan hukum shalat berjamaah di masjid bagi anak laki-laki,
hasilnya pun anak-anak akan mengenal dan dekat dengan sesama kaum muslimin.
Adapun pukulan pada anak, Islam
memperbolehkan para orang tua untuk memukul jika anaknya enggan melaksanakan
shalat. Tetapi yang harus diperhatikan, pukulan tersebut adalah pukulan dalam
batasan-batasan mendidik, bukan pukulan yang membahayakan lagi emosinal, bukan
juga pukulan permainan sehingga tidak menimbulkan efek jera pada anak.
Namun kita lihat pada masa ini,
pukulan sebagai salah satu metode mendidik, banyak ditinggalkan orang tua.
Dalih yang disampaikan, karena rasa sayang kepada anak. Padahal rasa sayang
yang sebenernya adalah diwujudkan dengan pendidikan. Dan salah satu metode
pendidikan adalah dengan memukul sesuai dengan kadar dan ketentuannya saat anak
melakukan pelanggaran syariat yang layak diberi hukuman dengan pukulan.
Rasulullah juga memerintah para
orang tua supaya memisahkan tempat tidur anak-anak yang telah memasuki usia
sepuluh tahun. Maksud pemisahan ini, menjaga norma-norma hubungan antara
saudara laki-laki dan perempuan karena dalam hal tertentu ada
kebiasaan-kebiasaan alamiah dan tingkah laku perempuan yang dia enggan apabila
dilihat oleh laki-laki, demikian juga sebaliknya.
Oleh karena itu, dalam Islam, orang
tua bertanggung jawab terhadap anak-anak mereka saat mereka tidur, apalagi saat
mereka terjaga, mereka keluar rumah, bergaul dengan lingkungannya. Orang tua
harus memperhatikan anaknya, menjauhkannya dari pergaulan buruk dan tidak
benar. Pendidikan tidak hanya terjadi pada saat mereka berada di rumah, namun
juga ada perhatian lainnya yang bisa diberikan orang tua tatkala anak-anaknya
berada di luar rumah. Hendaknya orang tua mengetahui kemana dan dengan siapa
anak-anaknya bergaul. Orang tua adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ
مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah orang yang memiliki tanggung
jawab. Setiap kalian akan dimintai pertanggung-jawabannya.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Kebaikan anak menjadi penyebab kebaikan khususnya bagi
orang tua dan keluarganya, dan secara umum untuk kaum muslimin. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berabda,
إِذَا مَاتَ إِبْنُ آدَمَ إِنْقَطَعَ
عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ, أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِه,
أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala
amalannya, kecuali dari tiga perkara; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat
atau anak shaleh yang mendo’akannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, keberhasilan
pendidikan seorang anak dengan kebaikan dan ketaatannya, memiliki manfaat dan
pengaruh yang besar bagi para orang tua, baik ketika masih hidup maupun sudah
meninggal dunia. Ketika orang tua masih hidup, sang anak akan menjadi hiburan,
kebahagiaan dan penyejuk hati. Dan ketika orang tua sudah meninggal dunia, maka
anak-anak yang shalih senantiasa akan mendoakan, beristighfar dan bershadaqah
untuk orang tua mereka.
Sebaliknya, betapa malang orang tua
yang anaknya tidak shalih dan durhaka. Anak yang durhaka tidak bisa memberi
manfaat kepada orang tuanya, baik ketika masih hidup maupun saat sudah
meninggal. Orang tua tidak akan bisa memetik buahnya, kecuali hanya kerugian
dan keburukan. Keadaan seperti ini bisa terjadi jika para orang tua yang tidak
memperhatikan pendidikan anak-anaknya.
Salah satu contoh dalam pendidikan
yang benar, yaitu hendaklah para orang tua bersikap adil terhadap semua
anak-anaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan
kita,
فَاتَّقُوْا اللهَ وَاعْدِلُوْا
بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ
“Maka bertakwalah kalian semua kepada Allah dan
berbuat adillah kepada anak-anak kalian.” (HR. Bukhari)
Pernah terjadi, ketika salah seorang
sahabat memberi kepada sebagian anak-anaknya, kemudian ia menghadap kepada
Rasulullah supaya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersedia menjadi
saksi. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah semua
anakmu engkau beri seperti itu?”
Dia menjawab, “Tidak.” Kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Carilah saksi selain diriku,
karena aku tidak mau menjadi saksi dalam keburukan. Bukankah engkau hagiakan,
apabila memberikan sesuatu yang sama?”
Dia menjawab, “Iya.” Lalu beliau menanggapi, “Jika
demikian, lakukanlah!”
Kaum muslimin yang berbahagia
Anehnya, ada sebagian orang tua
manakala dinasehati tentang pendidikan anak, justru mereka malah menyanggah.
Orang tua ini mengatakan, bahwa kebaikan adalah di tangan Allah, atau hidayah
terletak di tangan Allah. Memang benar hidayah berada di tangan Allah,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
إِنَّكَ لَا
تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk
kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk.” (QS. Al-Qashash: 56)
Namun yang perlu diperhatikan,
faktor yang menjadi penyebab adanya kebaikan dan hidayah, ialah karena peran
orang tua. Apabila para orang tua telah berperan secara maksimal dan telah
menunaikan kewajiban dalam mendidik, maka hidayah berada di tangan Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Sedangkan jika orang tua lalai dan mengabaikan tarbiyah, maka
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan balasan dengan kedurhakaan dan
keburukan kepada anak. Ingatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى
الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يَهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci),
lalu kedua orang tuanya menjadikannya sebagai seorang Yahudi, Nasrani atau
Majusi.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Di sinilah kita harus memahami
secara benar, betapa besar peranan orang tua terhadap anak. Orang tua memiliki
tanggung jawab membentuk keimanan dan karakter anak. Dari orang tua itulah akan
terwujud kepribadian seorang anak.
Akhirnya, marilah kita menjaga
fitrah anak-anak kita. Yaitu fitrah di atas kebenaran dan kebaikan. Karena yang
kita lakukan atas diri anak, akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى
وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ
الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
أَجْمَعِيْنَ. أَمَّابَعْد
Ma’syiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Perhatian terhadap anak merupakan
perkara yang sangat penting dan pertanggungjawaban yang besar di sisi Allah.
Oleh karena itu, para manusia terbaik, yaitu para nabi dan rasul senantiasa
mendoakan kebaikan untuk anak keturunan mereka.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berdoa,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak)
yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ash-Shaffat: 100)
رَبَّنَا
وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ
وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ
التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Ya Tuhan
kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan
(jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan
tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan
terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang.” (QS.
Al-Baqarah: 128)
Nabi Zakariya ‘alaihissalam berdoa,
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ ۖ قَالَ رَبِّ
هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ
الدُّعَاءِ
“Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya
berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik.
Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. (QS. Ali Imran: 38)
Begitu juga dengan orang-orang shalih yang Allah
sebutkan dalam Alquran, mereka berdoa,
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ
لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.
Al-Furqon: 74)
Demikianlah para nabi dan rasul,
meskipun kedudukan mereka dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka
tetap saja senantiasa berdoa penuh harap, memohon kepada Allah agar dianugerahi
keturunan yang shalih dan shalihah. Jika demikian, bagaimana dengan kita?
Tentunya kita harus lebih semangat lagi.
Oleh karena itu, marilah kita berdoa
dan selalu berusaha memberikan pendidikan kepada anak-anak kita dengan
berlandaskan agama yang lurus.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وبارك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن
لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ
عَلَىمُحَمَّدٍ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا وَ آخِرُ دَعْوَانَا الْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
KETAQWAAN
(SEBUAH
LANGKAH MENUJU PERBAIKAN HIDUP)
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِيْ النَّارِ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِيْ النَّارِ.
Hadirin
... Jama'ah Jum'ah yang dimuliakan Allah
Allah Subhannahu wa Ta'ala Maha Pencipta, Maha Pengasih, Maha
Penyayang, Maha Kuasa, Maha Pengatur semesta, Maha Pemberi rizqi bagi setiap
manusia, binatang dan makhluk lainnya. Oleh sebab itu Allahlah satu-satunya
sembahan yang benar yang harus diibadahi oleh hambaNya. Manusia diciptakan oleh
Allah Subhannahu wa Ta'ala tidak lain agar manusia itu beribadah hanya kepada
Allah semata.
Artinya: “Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”.
Tetapi manfaat ibadah itu justru untuk kepentingan mereka
yang beribadah itu sendiri dalam membentuk pribadinya menjadi orang yang bertaqwa.
Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa”. (QS.
Al-Baqarah: 21)
Hadirin
... Jama'ah Jum'ah yang dimuliakan Allah
Para sahabat dan salafus shalih yang memahami betul tuntunan Al-Qur’an
dan mengikuti jejak sunnah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, mereka
mempunyai perhatian yang besar terhadap TAQWA ini, mereka terus mencari
hakikatnya, saling bertanya satu sama lain, serta mereka berusaha keras untuk
mencapai derajat TAQWA ini.
Imam
Ibnu Katsir menyebutkan dalam Tafsirnya bahwa: Umar Ibnul Khathab Radhiallaahu
anhu. Bertanya kepada Ubai Ibnu Ka’ab Radhiallaahu anhu, tentang TAQWA ini, maka
berkatalah Ubai kepada Umar:
“Pernahkah
engkau melewati jalan yang penuh duri?”
“Ya,
Pernah”. Jawab Umar.
Ubai
bertanya lagi: “Apa yang anda lakukan saat itu?”.
Umar
menjawab: “Saya akan berjalan dengan sungguh-sungguh dan berhati-hati sekali
agar tak terkena dengan duri itu”. Lalu Ubai berkata: “Itulah TAQWA”.
Dari riwayat ini bisa kita ambil ibrahnya, bahwa TAQWA itu
adalah kepekaan batin, kelembutan perasaan, rasa khauf kepada Allah terus
menerus, hingga ia selalu waspada dan hati-hati agar tidak terkena duri syahwat
dan duri syubhat di jalanan. Ia menghindari perbuatan syirik sejauh-jauhnya,
juga menghindari perbuatan syirik sejauh-jauhnya, juga menghindari semua
maksiat dan dosa, yang kecil maupun yang besar. Serta ia juga berusaha keras
sekuat tenaga mentaati dan melaksanakan perintah-perintah Allah Subhannahu wa
Ta'ala, lahir dan batin dengan hati yang khudlu’ dan merendahkan diri di
hadapan Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Hadirin
... jama’ah Jum’ah yang dimuliakan Allah
Di
antara ciri-ciri orang yang bertaqwa kepada Allah itu adalah:
1.
Gemar menginfaqkan harta bendanya
di jalan Allah, baik dalam waktu sempit maupun lapang.
2.
Mampu menahan diri dari sifat
marah.
3.
Selalu memaafkan orang lain yang
telah membuat salah kepadanya (tidak pendendam).
4.
Tatkala terjerumus pada perbuatan
keji dan dosa atau mendzalimi diri sendiri, ia segera ingat kepada Allah, lalu
bertaubat dan beristighfar, memohon ampun kepadaNya atas dosa yang telah
dilakukan.
5.
Tidak meneruskan perbuatan keji
itu lagi, dengan kesadaran dan sepengetahuan dirinya.
Ciri-ciri
orang yang bertaqwa ini, bisa kita lihat pada firman Allah:
Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada Surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu)
orang-orang yang menginfaqkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Hadirin
... jamaah Jum’ah yang dimuliakan Allah
Betapa pentingnya nilai TAQWA, hingga merupakan bekal yang
terbaik dalam menjalani kehidupan di dunia dan betapa tinggi derajat TAQWA,
hingga manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa
di antara mereka. Dan banyak sekali buah yang akan dipetik, hasil yang akan
diperoleh dan nikmat yang akan diraih oleh orang yang bertaqwa di antaranya
adalah:
1.
Ia akan memperoleh Al-Furqon,
yaitu kemampuan uantuk membedakan antara yang hak dan yang batil, halal dan
haram, antara yang sunnah dengan bid’ah. Serta kesalahan-kesalahannya dihapus
dan dosa-dosanya diampuni.
Hai orang-orang yang
beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan kepadamu
furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni
(dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Anfal: 29)
2.
Ia akan memperoleh jalan keluar
dari segala macam problema yang dihadapinya, diberi rizki tanpa diduga dan
dimudahkan semua urusannya. Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia
akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. (QS. At-Thalaq: 2-3)
Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS. At-Thalaq: 4)
Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS. At-Thalaq: 4)
3.
Amalan-amalan baiknya diterima
oleh Allah hingga menjadi berat timbangannya di hari kiamat kelak, mudah
peng-hisabannya dan ia menerima kitab catatan amalnya dengan tangan kanan.
Berkatalah Habil
(kepada saudaranya Qobil): “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari
orang-orang yang taqwa”. (QS. Al-Maidah: 27)
4.
Serta Allah akan memasukkan ke
dalam Surga, kekal di dalamnya serta hidup dalam keridloanNya.
Untuk orang-orang
yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada Surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai)
istri-istri yang disucikan serta keridloan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan
hamba-hambaNya. (QS. Ali Imran: 15)
Jadi dengan TAQWA kepada Allah kemuliaan hidup dapat dicapai,
kebaikan dunia dapat diperoleh dan kebaikan akhirat dengan segala kenikmatannya
dapat dirasakan.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِيِمْنَ مِنْ
كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah
Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ
فَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عَنْهُ وَحَذَّرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ، اَلْوَاحِدُ الْقَهَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. قَالَ اللهُ تَعَالَى ِفْي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar