Sugeng Rawuh Teng Blog Kula "Dinazad"

Sabtu, 09 Mei 2015

IPI (ILMU PENDIDIKAN ISLAM)



METODE DAN EVALUASI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Wahyudi, M.Pd.


Description: Description: 3--STIT black-RALAT

Makalah ini disusun umtuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam Semester 3 di STIT Pemalang
Tahun Akademik 2013/2014


DISUSUN OLEH :

1.     SITI THOHIROH       3120025
2.     DINAZAD                     3120040



SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
(STIT) PEMALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Pendidikan Islam, dalam pelaksanannya membutuhkan metode atau cara yang tepat untuk menghantarkan kegiatannya atau proses pembelajaran ke arah tujuan yang dicita-citakan. Metode dan evaluasi dalam pendidikan merupakan dua komponen yang sangat penting dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat dan tidak dilakukan evaluasi, tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik.
Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak.Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan.
Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat menyampaikan wahyu Allah kepada para sahabatnya bisa kita teladani,  karena Rasul SAW. sejak awal sudah mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul SAW. sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah SAW. juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari’at-Nya.
Demikian pula untuk mengetahui tercapaianya suatu tujuan pendidikan  diperlukan evaluasi. Evaluasi pendidikan merupakan sarana untuk mengetahui kegiatan pendidikan dan sampai dimana tarap kemajuannya. Berhasil atau tidaknya pendidikan dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap output yang dihasilkannya. Dengan kata lain penilaian atau evaluasi digunakan sebagai alat untuk menentukan suatu tujuan pendidikan dicapai atau tidak. Atau untuk melihat sejauhmana hasil belajar siswa sudah mencapai tujuannya.
Dalam pendidikan Islam evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pendidikan Islam dan proses pembelajaran.

B.     Rumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang masalah di atas maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah pengertian dari Metode dan Evaluasi Pendidikan Islam?
2.      Apa tujuan dan fungsi dari metode dan evaluasi ?
3.      Apa sajakah Klasifikasi dari Metode dan Evaluasi Pendidikan Islam?

C.    Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.      Pengertian Metode dan Evaluasi Pendidikan Islam
2.      Tujuan dan Fungsi Metode dan Evaluasi Pendidikan Islam
3.      Klasifikasi Metode dan Evaluasi Pendidikan Islam












BAB II
PEMBAHASAN


A.    Metode Pendidikan Islam
1.      Pengertian Metode
Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode berasal dari kata meta dan hodos.Meta berarti “melalui dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah[1] yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Dalam bahasa Inggris metode disebut method yang berarti cara.Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia “metode” adalah cara yang teratur dan berpikir baik untuk mencapai maksud.[2]
Menurut Runes yang dikutip oleh Mohammad Noor Syam menjelaskan bahwa metode adalah:
a.       Sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan
b.      Sesuatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu
c.       Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.
Dari pendapat tersebut, bila dikaitkan dengan proses kependidikan Islam, maka metode berarti suatu proses yang dipergunakan pendidik dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan oleh pendidik.[3]
Sementara itu Al-Syaibani menjelaskan bahwa metode pendidikan adalah segala segi kegiatan terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.[4]
Mahmud Yunus mengatakan bahwa metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan atau perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya. Dari definisi tersebut  dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana, sistematis, dan merupakan hasil eksperimen ilmiyah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Pendidikan Islam merupakan usaha yang sistematis dalam membentuk manusia-manusia yang bersikap, berfikir, dan bertindak sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan oleh agama Islam untuk keselamatan dan kebahagiaan hidupnya di dunia maupun di akhirat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Metode Pendidikan Islam adalah jalan atau cara yang ditempuh untuk memudahkan pendidik dalam membentuk pribadi muslim yang berkepribadian Islam dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh al-Qur’an dan al-Hadits. [5]
Beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah :
1)      Adanya tujuan yang hendak dicapai
2)      Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan
3)      Aktivitas itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung
4)      Adanya perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.

2.      Dalil yang Berkaitan dengan Metode Pendidikan Islam
a.       Metode Keteladanan ((Q.S. Al-Ahzab: 21)
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا ﴿٢١﴾
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.[6]
b.      Metode Diskusi (An-Nahl: 125 & Ali Imron: 159)
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿١٢٥﴾
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.[7]

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ ﴿١٥٩﴾
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.[8]

c.       Metode Explorasi (Q.S. Ali Imron:137)
قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ﴿١٣٧﴾
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah ; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).[9]




B.     Urgensi Metode dalam Pembelajaran Agama Islam
Pembelajaran agama Islam di lembaga pendidikan formal tidak hanya sekedar mengajarkan ilmu agama kepada peserta didik, tetapi juga menanamkan komitmen terhadap ajaran agama yang dipelajarinya. Hal ini berarti bahwa pendidikan agama memerlukan pendekatan pengajaran agama yang berbeda dari pendekatan subjek pelajaran yang lain. Sebab disamping mencapai penguasaan terhadap seperangkat ilmu agama, pendidikan agama juga menanamkan komitmen kepada anak didik untuk mau mengamalkannya.
Pembelajaran agama Islam bukan sekedar mengajarkan pengetahuan tentang ke-Tuhanan, tetapi meliputi penanaman nilai dan prinsip perilaku, transfer pengetahuan dan nilai, keterampilan ritual dan doktrin kehidupan sosial politik. Wilayah pembelajaran agama Islam bukan sekedar afektif, kognisi, dan psikomotor, tetapi meliputi dimensi spiritual metafisika tentang peran manusia sebagai khalifah Allah bagi kemakmuran.
Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam pengajaran PAI harus mendapatkan perhatian yang serius dari pendidik agama. Sebab tanpa metode yang baik, guru dapat mengalami kesulitan untuk melakukan dua hal sekaligus, yakni mentransfer pengetahuan agama sekaligus menumbuhkan komitmen kepada siswa untuk mau mengamalkannya.[10]

C.    Fungsi Metode Pendidikan Islam
Metode Pendidikan Islam memiliki nilai manfaat bagi setiap guru atau pendidik yang bergelut di dunia pendidikan. Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany menjelaskan tentang beberapa hal yang menjadi fungsi Metode Pendidikan Islam yaitu: untuk menolong siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan berfikir yang logis dan sistematis, membiasakan pelajar berfikir sehat, rajin, sabar, dan teliti dalam menuntut ilmu, untuk memudahkan pencapaian tujuan proses pembelajaran belajar mengajar sebagaimana yang telah ditentukan sebelumnya, dan untuk menciptakan suasana proses belajar yang kondusif, komunikatif dan terciptanya hubungan yang harmonsi antara guru dan anak didik sehingga bermuara kepada pencapaian tujuan pendidikan.
Lebih lanjut lagi ditambahkan bahwa fungsi metode Pendidikan Islam yaitu untuk menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas Pendidikan Islam tercapai dan berjalan dengan lancar atau dengan kata lain adalah untuk mempermudah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran Agama Islam sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.[11]
M. Arifin menyebutkan bahwa Metode Pendidikan Islam mempunyai fungsi ganda yaitu: pertama, polipragmatis. Polipragmatis yaitu metode itu mengandung kegunaan yang serba ganda (multi purpose). Misalnya metode tertentu pada suatu situasi dan kondisi tertentu dapat dipergunakan untuk merusak, dan pada situasi dan kondisi yang lain dapat digunakan untuk membangun atau memperbaiki. Kedua, monopragmatis, yaitu alat yang hanya dipergunakan untuk mencapai satu macam tujuan saja. Seperti metode dramatisasi untuk memeragakan cara wudhu atau shalat dalam mata pelajaran fiqh. Perlu digarisbawahi bahwa penggunaan metode dalam Pendidikan Islam pada prinsipnya adalah untuk bersikap hati-hati dalam melaksanakan pengajaran atau mengarahkan proses pembelajaran.[12]
Beberapa fungsi yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi dari Metode Pendidikan Islam ialah untuk memberikan sikap kehati-hatian dalam menyampaikan materi Pendidikan Islam, selain itu juga untuk memudahkan peserta didik dalam menyerap dan memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan cara yang menyenangkan.

D.    Macam-macam Metode
Sebagai umat yang telah dianugerahi Allah Kitab Al-Qur’an yang lengkap dengan petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal sebaiknya menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Al-Qur’an dan Hadits. Diantara metode-metode tersebut adalah:
1)      Metode Ceramah
Metode ceramah atau metode mauidzah khasanah adalah cara penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik.[13]
2)      Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara penyampaian materi oleh guru dengan jalan mengajukan beberapa pertanyaan dan peserta didik memberikan jawaban atas pelajaran yang telah dipelajari.[14]
3)      Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun   berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah. Dalam hal ini menekankan pada kegiatan tukar menukar informasi, pendapat dan unsure-unsur pengalaman secara teratur.[15]
4)      Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan peserta didik memperhatikannya. Metode ini menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada peserta didik.[16]
5)      Metode Eksperimen
Suatu cara mengajar dengan menyuruh peserta didik melakukan suatu percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap peserta didik, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan oleh peserta didik sambil memberikan arahan.[17]
6)      Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada peserta didik, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan peserta didik harus mempertanggung jawabkannya.[18]
7)      Metode Kerja Kelompok 
Merupakan metode pembelajaran yang mengkondisikan kelas yang terdiri dari beberapa peserta didik yang memiliki potensi beragam untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok untuk memecahkan suatu masalah.[19]
8)      Metode Bermain Peran
Bermain peran adalah suatu alat belajar yang mengembangkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antara manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya.[20]
9)      Metode Latihan (Drill)
Metode ini merupakan metode pembelajaran yang digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.[21]

B.     Evaluasi Pendidikan Islam
1.      Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation, yang berarti penilaian dan penaksiran.[22]  Dalam bahasa Arab, dijumpai istilah imtihân, yang berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan.[23]
Yang dimaksud dengan Evaluasi Pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan Pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan itu sendiri. [24]
Menurut Suharsimi Arikunto[25] bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Dalam bidang pendidikan, evaluasi merupakan proses yang sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan sejauh mana sebuah tujuan telah dicapai.
Secara sederhana, Evaluasi Pendidikan Islam dapat diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk menetukan taraf kemajuan suatu pekerjaan dalam proses Pendidikan Islam. Dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakukan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keberhasilan Pendidikan Islam kepada peserta didik. Sedangkan dalam lingkup luas, evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses Pendidikan Islam dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan.[26]

2.      Dalil tentang Evaluasi Pendidikan Islam
a.       Q.S. Al-Baqoroh:155
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.[27]
b.      An-Naml: 40
قَالَ الَّذِي عِندَهُ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُ قَالَ هَـٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ ﴿٤٠﴾
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni'mat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".[28]

3.      Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
Pendidikan Islam secara rasional filosofis adalah bertujuan untuk membentuk insanul kamil. Beranjak dari konsep ini Pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada dua dimensi yaitu dimensi dialektikal horizontal dan dimensi ketundukan vertikal. Dimensi dialektikal horizontal yaitu pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan konkrit yang terkait dengan diri, sesama manusia dan alam semesta. Sedangkan dimensi kedua yaitu lebih mengarah kepada pendidikan sains dan teknologi, selain untuk menjadi alat untuk memanfaatkan, memelihara, dan melestarikan sumber daya alami juga hendaknya menjadi jembatan dan mencapai hubungan yang abadi dengan Sang Pencipta.
Secara umum tujuan dan fungsi Evaluasi Pendidikan Islam diarahkan pada dua dimensi di atas. Apakah Pendidikan Islam telah berhasil menggarap secara integral kedua dimensi tersebut dalam prakteknya di lapangan atau tidak? Sejauh mana pencapaian yang telah diperolah Pendidikan Islam dalam kaitannya dengan pembentukan Insanul Kamil? Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses Kependidikan Islam untuk mencapai tujuannya?.
Sedangkan secara khusus fungsi dan tujuan pelaksanaan evaluasi dalam Pendidikan Islam adalah untuk mengetahui kadar pemilikan dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif.[29]
Ramayulis menyatakan setidaknya ada 5 fungsi evaluasi Pendidikan Islam, yaitu: untuk mengetahui murid yang pandai dan kurang pandai di kelasnya, untuk mengetahui bahan yang diajarkan sudah ditangkap oleh murid atau belum, untuk mendorong kompetisi yang sehat antar sisiwa, untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan anak didik setelah mengikuti proses belajar mengajar, dan untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru dalam memiliki bahan, metode, dan berbagai penyesuaian dalam kelas.[30]
Berdasarkan uraian menurut para tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi evaluasi adalah sebagai berikut:
a.       Untuk mengetahui sejauh mana Pendidikan Islam mengarahkan manusia untuk menjadi Insanul kamil.
b.      Untuk mengetahui seberapa besar dan dalam peserta didik dalam menyerap ilmu pengetahuan atau materi-materi Pendidikan Islam.
c.       Untuk mengetahui keefektifan proses pembelajaran baik itu dari segi penyampaian guru, materi pembelajaran, metode pembelajaran dan media pembelajaran serta yang terkait dalam proses pembelajaran.

4.      Prinsip Evaluasi
Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan evaluasi adalah sebagai berikut : [31]
1)      Prinsip Menyeluruh (Komprehensif)
Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama, tanggung jawab, dan sebagainya, atau dalam taksonomi lebih dikenal dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
2)      Berkelanjutan/Berkesinambungan (Kontinuitas)
Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui penilaian.Dalam ajaran Islam sangatlah diperhatikan kontinuitas, karena dengan berpegang prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil serta menghasilkan suatu tindakan yang menguntungkan.
3)      Prinsip Objektif
Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan objektif berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Jangan karena kebencian menjadikan ketidakobjektifan evaluasi.
4)      Prinsip Keterpaduan
Evaluasi dilakukan secara terpadu antara tujuan intruksional pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengajaran.
5)      Prinisp keterlibatan peserta didik secara aktif

5.      Jenis-jenis Evaluasi
Jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam adalah:[32]
1)      Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan satuan program pembelajaran (kompetensi dasar) pada mata pelajaran tertentu.
2)      Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester dan akhir tahun untuk menentukan jenjang berikutnya.
3)      Evaluasi Penempatan (placement), yaitu evaluasi tentang peserta didik untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
4)      Evaluasi Diagnostik, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik, baik merupakan kesulitan-kesulitan maupun hambatan-hambatan yang ditemui dalam situasi belajar mengajar.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Metode Pendidikan Islam adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Metode Pendidikan Islam adalah jalan atau cara yang ditempuh untuk memudahkan pendidik dalam membentuk pribadi muslim yang berkepribadian Islam dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh al-Qur’an dan al-Hadits.
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau social peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam.
Evaluasi Pendidikan Islam dapat diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk menetukan taraf kemajuan suatu pekerjaan dalam proses Pendidikan Islam. Dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakukan untuk dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan pendidik dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan Pendidikan Islam kepada peserta didik. Sedangkan dalam lingkup luas, evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses Pendidikan Islam dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Fungsi dari Metode Pendidikan Islam ialah untuk memberikan sikap kehati-hatian dalam menyampaikan materi Pendidikan Islam, selain itu juga untuk memudahkan peserta didik dalam menyerap dan memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan cara yang menyenangkan.
Evaluasi sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan. Pelaksanaan evaluasi agar akurat dan bermanfaat baik bagi peserta didik, pendidik ataupun pihak yang berkepentingan, maka harus memperhatikan prinsip berkelanjutan/berkesinambungan (kontinuitas), menyeluruh (Komprehensif), adil dan objektif, dan prinsip keterpaduan.

DAFTAR PUSTAKA


Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat Pers.
Arikunto, Suharsimi. 1990. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung : Diponegoro.
Echols, John M. dan Shadily, Hassan. 1995. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Nasih, Ahmad, Munjin dan Kholidah, Lilik, Nur. 2009. Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung : PT. Refika Aditama.
Nata, Abudin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.



[1] Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2009), hlm. 29.
[2]Ibid, hlm. 29.
[3]Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 66

[4]Ibid,. hlm. 66.
[5]ArmaiArief,Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 88.
[6] Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Bandung : Diponegoro, 2005), hlm. 420.
[7]Ibid, hlm. 281.
[8]Ibid, hlm. 71.
[9]Ibid, hlm.67.
[10] Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Op.Cit, hlm.47
[11]Armai Arief, Op. Cit. hlm. 97.
[12]Samsul Nizar, Op. Cit. hlm. 67
[13]Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Op. Cit. hlm. 49
[14]Ibid, hlm. 53.
[15]Ibid, hlm. 57
[16]Ibid,  hlm. 63
[17]Ibid, hlm. 66
[18]Ibid, hlm. 71
[19]Ibid,  hlm. 73
[20]Ibid, hlm. 77
[21]Ibid,  hlm. 91
[22]John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia,(Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 220.
[23]Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 183.
[24]Armai Arif, Op. Cit. hlm. 54.
[25]Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta : Bumi Aksara, 1990), hlm. 3.
[26]Samsul Nizar, Op. Cit, hlm. 77.
[27] Departemen Agama RI, Op. Cit,. hlm. 24.
[28] Ibid,.hlm. 380.
[29] Samsul Nizar, Op. Cit,. hlm. 80.
[30] Armai Arif, Op. Cit,. hlm. 58.
[31] Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Op. Cit,. hlm 163-164
[32] Ibid,. hlm. 168

Tidak ada komentar:

Posting Komentar