METODE DAN EVALUASI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu : Wahyudi, M.Pd.

Makalah ini disusun umtuk
memenuhi tugas
Mata Kuliah Ilmu
Pendidikan Islam Semester 3 di STIT Pemalang
Tahun Akademik 2013/2014
DISUSUN OLEH :
1.
SITI THOHIROH 3120025
2.
DINAZAD 3120040
SEKOLAH TINGGI
ILMU TARBIYAH
(STIT) PEMALANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
Islam, dalam pelaksanannya membutuhkan metode atau cara yang tepat untuk
menghantarkan kegiatannya atau proses pembelajaran ke arah tujuan yang
dicita-citakan. Metode dan evaluasi dalam pendidikan
merupakan dua komponen yang sangat penting dalam proses untuk mencapai tujuan
pendidikan. Karena sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh
metode yang tepat dan tidak dilakukan evaluasi, tujuan tersebut sangat sulit
untuk dapat tercapai dengan baik.
Sebuah metode akan mempengaruhi sampai
tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak.Oleh sebab itu pemilihan
metode pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai
faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan.
Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat menyampaikan
wahyu Allah kepada para sahabatnya bisa kita teladani, karena Rasul SAW.
sejak awal sudah mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para
sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam
menyampaikan ajaran Islam. Rasul SAW. sangat memperhatikan situasi, kondisi dan
karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik.
Rasulullah SAW. juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga
beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual,
beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari’at-Nya.
Demikian pula untuk mengetahui tercapaianya
suatu tujuan pendidikan diperlukan evaluasi. Evaluasi pendidikan
merupakan sarana untuk mengetahui kegiatan pendidikan dan sampai dimana tarap
kemajuannya. Berhasil atau tidaknya pendidikan dalam mencapai tujuannya dapat
dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap output
yang dihasilkannya. Dengan kata lain penilaian atau evaluasi digunakan sebagai
alat untuk menentukan suatu tujuan pendidikan dicapai atau tidak. Atau untuk
melihat sejauhmana hasil belajar siswa sudah mencapai tujuannya.
Dalam pendidikan Islam evaluasi merupakan
salah satu komponen dari sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara
sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target
yang akan dicapai dalam proses pendidikan Islam dan proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang masalah di atas
maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah pengertian dari Metode dan Evaluasi Pendidikan Islam?
2.
Apa tujuan dan fungsi dari metode dan evaluasi ?
3.
Apa sajakah Klasifikasi dari Metode dan Evaluasi Pendidikan Islam?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk mengetahui:
1.
Pengertian Metode dan Evaluasi Pendidikan Islam
2.
Tujuan dan Fungsi Metode dan Evaluasi Pendidikan Islam
3.
Klasifikasi Metode dan Evaluasi Pendidikan Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Metode Pendidikan Islam
1. Pengertian Metode
Kata metode berasal dari bahasa Yunani.
Secara etimologi, kata metode berasal dari kata meta dan hodos.Meta
berarti “melalui dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Dalam Bahasa
Arab metode dikenal dengan istilah thariqah[1]
yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan
suatu pekerjaan. Dalam bahasa Inggris metode disebut method yang berarti cara.Sedangkan dalam
kamus besar bahasa Indonesia “metode”
adalah cara yang teratur dan berpikir baik untuk mencapai maksud.[2]
Menurut Runes yang dikutip oleh Mohammad Noor
Syam menjelaskan bahwa metode adalah:
a.
Sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan
b.
Sesuatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu
pengetahuan dari suatu materi tertentu
c.
Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.
Dari pendapat tersebut, bila dikaitkan dengan
proses kependidikan Islam, maka metode berarti suatu proses yang dipergunakan
pendidik dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan untuk mencapai suatu
tujuan yang telah ditetapkan oleh pendidik.[3]
Sementara itu Al-Syaibani menjelaskan bahwa
metode pendidikan adalah segala segi kegiatan terarah yang dikerjakan oleh guru
dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri
perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan
membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan
perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.[4]
Mahmud Yunus mengatakan bahwa metode adalah
jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu,
baik dalam lingkungan perusahaan atau perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu
pengetahuan dan lainnya. Dari definisi tersebut
dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti adanya urutan kerja yang
terencana, sistematis, dan merupakan hasil eksperimen ilmiyah guna mencapai
tujuan yang telah direncanakan.
Pendidikan Islam merupakan usaha yang
sistematis dalam membentuk manusia-manusia yang bersikap, berfikir, dan
bertindak sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan oleh agama Islam untuk keselamatan
dan kebahagiaan hidupnya di dunia maupun di akhirat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Metode Pendidikan Islam adalah jalan atau cara yang ditempuh untuk memudahkan
pendidik dalam membentuk pribadi muslim yang berkepribadian Islam dan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh al-Qur’an dan al-Hadits. [5]
Beberapa hal yang harus ada dalam metode
adalah :
1)
Adanya tujuan yang hendak dicapai
2)
Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan
3)
Aktivitas itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung
4)
Adanya perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.
2. Dalil yang Berkaitan dengan Metode Pendidikan Islam
a.
Metode Keteladanan ((Q.S. Al-Ahzab: 21)
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ
كَثِيرًا ﴿٢١﴾
|
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.[6]
|
b.
Metode Diskusi (An-Nahl: 125 & Ali Imron: 159)
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ
رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِينَ ﴿١٢٥﴾
|
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.[7]
|
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ
كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ
وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ
فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ ﴿١٥٩﴾
|
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah
dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.[8]
|
c.
Metode Explorasi (Q.S. Ali Imron:137)
قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي
الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ﴿١٣٧﴾
|
||
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu
sunnah-sunnah Allah ; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).[9]
|
||
B. Urgensi Metode dalam Pembelajaran Agama Islam
Pembelajaran agama Islam di lembaga
pendidikan formal tidak hanya sekedar mengajarkan ilmu agama kepada peserta
didik, tetapi juga menanamkan komitmen terhadap ajaran agama yang
dipelajarinya. Hal ini berarti bahwa pendidikan agama memerlukan pendekatan
pengajaran agama yang berbeda dari pendekatan subjek pelajaran yang lain. Sebab
disamping mencapai penguasaan terhadap seperangkat ilmu agama, pendidikan agama
juga menanamkan komitmen kepada anak didik untuk mau mengamalkannya.
Pembelajaran agama Islam bukan sekedar
mengajarkan pengetahuan tentang ke-Tuhanan, tetapi meliputi penanaman nilai dan
prinsip perilaku, transfer pengetahuan dan nilai, keterampilan ritual dan
doktrin kehidupan sosial politik. Wilayah pembelajaran agama Islam bukan
sekedar afektif, kognisi, dan psikomotor, tetapi meliputi dimensi spiritual
metafisika tentang peran manusia sebagai khalifah Allah bagi kemakmuran.
Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam
pengajaran PAI harus mendapatkan perhatian yang serius dari pendidik agama.
Sebab tanpa metode yang baik, guru dapat mengalami kesulitan untuk melakukan
dua hal sekaligus, yakni mentransfer pengetahuan agama sekaligus menumbuhkan komitmen
kepada siswa untuk mau mengamalkannya.[10]
C.
Fungsi
Metode Pendidikan Islam
Metode
Pendidikan Islam memiliki nilai manfaat bagi setiap guru atau pendidik yang
bergelut di dunia pendidikan. Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany menjelaskan
tentang beberapa hal yang menjadi fungsi Metode Pendidikan Islam yaitu: untuk
menolong siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan berfikir yang logis dan sistematis, membiasakan pelajar berfikir
sehat, rajin, sabar, dan teliti dalam menuntut ilmu, untuk memudahkan
pencapaian tujuan proses pembelajaran belajar mengajar sebagaimana yang telah
ditentukan sebelumnya, dan untuk menciptakan suasana proses belajar yang
kondusif, komunikatif dan terciptanya hubungan yang harmonsi antara guru dan
anak didik sehingga bermuara kepada pencapaian tujuan pendidikan.
Lebih
lanjut lagi ditambahkan bahwa fungsi metode Pendidikan Islam yaitu untuk
menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas Pendidikan Islam
tercapai dan berjalan dengan lancar atau dengan kata lain adalah untuk
mempermudah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran Agama Islam sehingga tercapai
tujuan yang diharapkan.[11]
M.
Arifin menyebutkan bahwa Metode Pendidikan Islam mempunyai fungsi ganda yaitu:
pertama, polipragmatis. Polipragmatis yaitu metode itu
mengandung kegunaan yang serba ganda (multi
purpose). Misalnya metode tertentu pada suatu situasi dan kondisi tertentu
dapat dipergunakan untuk merusak, dan pada situasi dan kondisi yang lain dapat
digunakan untuk membangun atau memperbaiki. Kedua, monopragmatis, yaitu alat yang hanya dipergunakan untuk mencapai
satu macam tujuan saja. Seperti metode dramatisasi untuk memeragakan cara wudhu
atau shalat dalam mata pelajaran fiqh. Perlu digarisbawahi bahwa penggunaan
metode dalam Pendidikan Islam pada prinsipnya adalah untuk bersikap hati-hati
dalam melaksanakan pengajaran atau mengarahkan proses pembelajaran.[12]
Beberapa
fungsi yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi
dari Metode Pendidikan Islam ialah untuk memberikan sikap kehati-hatian dalam
menyampaikan materi Pendidikan Islam, selain itu juga untuk memudahkan peserta
didik dalam menyerap dan memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan cara
yang menyenangkan.
D. Macam-macam Metode
Sebagai umat yang telah dianugerahi Allah
Kitab Al-Qur’an yang lengkap dengan petunjuk yang meliputi seluruh aspek
kehidupan dan bersifat universal sebaiknya menggunakan metode mengajar dalam
pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Al-Qur’an dan Hadits. Diantara metode-metode
tersebut adalah:
1)
Metode Ceramah
Metode ceramah atau metode mauidzah khasanah adalah cara
penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik kepada
peserta didik.[13]
2)
Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara
penyampaian materi oleh guru dengan jalan mengajukan beberapa pertanyaan dan
peserta didik memberikan jawaban atas pelajaran yang telah dipelajari.[14]
3)
Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/
penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada
peserta didik membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan
atas sesuatu masalah. Dalam hal ini menekankan pada kegiatan tukar menukar
informasi, pendapat dan unsure-unsur pengalaman secara teratur.[15]
4)
Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar
dimana guru mempertunjukan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu
sedangkan peserta didik memperhatikannya. Metode ini menggunakan peragaan untuk
memperjelas suatu pengertian atau memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu
kepada peserta didik.[16]
5)
Metode Eksperimen
Suatu cara mengajar dengan menyuruh peserta
didik melakukan suatu percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan itu
diamati oleh setiap peserta didik, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan
oleh peserta didik sambil memberikan arahan.[17]
6)
Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara
mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada peserta
didik, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan peserta didik harus
mempertanggung jawabkannya.[18]
7)
Metode Kerja Kelompok
Merupakan metode pembelajaran yang
mengkondisikan kelas yang terdiri dari beberapa peserta didik yang memiliki
potensi beragam untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok untuk memecahkan
suatu masalah.[19]
8)
Metode Bermain Peran
Bermain peran adalah suatu
alat belajar yang mengembangkan keterampilan-keterampilan dan
pengertian-pengertian mengenai hubungan antara manusia dengan jalan memerankan
situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang
sebenarnya.[20]
9)
Metode Latihan (Drill)
Metode ini merupakan metode
pembelajaran yang digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau
keterampilan dari apa yang telah dipelajari.[21]
B. Evaluasi Pendidikan Islam
1. Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa
Inggris, evaluation, yang berarti penilaian dan penaksiran.[22]
Dalam bahasa Arab, dijumpai istilah imtihân, yang berarti ujian,
dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan.[23]
Yang
dimaksud dengan Evaluasi Pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan
yang berkaitan dengan Pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan
pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan
itu sendiri. [24]
Menurut
Suharsimi Arikunto[25]
bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya
sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Dalam bidang pendidikan,
evaluasi merupakan proses yang sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis
dan menafsirkan informasi untuk menentukan sejauh mana sebuah tujuan telah
dicapai.
Secara
sederhana, Evaluasi Pendidikan Islam dapat diberi batasan sebagai suatu
kegiatan untuk menetukan taraf kemajuan suatu pekerjaan dalam proses Pendidikan
Islam. Dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakukan dalam rangka untuk mengetahui
tingkat keberhasilan Pendidikan Islam kepada peserta didik. Sedangkan dalam
lingkup luas, evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan
kelemahan suatu proses Pendidikan Islam dalam mencapai tujuan yang
dicita-citakan.[26]
2. Dalil tentang Evaluasi Pendidikan Islam
a.
Q.S. Al-Baqoroh:155
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ
وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾
|
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.[27]
|
b.
An-Naml: 40
قَالَ الَّذِي عِندَهُ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتَابِ أَنَا
آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ
مُسْتَقِرًّا عِندَهُ قَالَ هَـٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ
أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ
فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ ﴿٤٠﴾
|
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab:
"Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip".
Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun
berkata: "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku
bersyukur atau mengingkari (akan ni'mat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur
maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia".[28]
|
3.
Fungsi
Evaluasi Pendidikan Islam
Pendidikan
Islam secara rasional filosofis adalah bertujuan untuk membentuk insanul kamil. Beranjak dari konsep ini
Pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada dua dimensi yaitu dimensi dialektikal
horizontal dan dimensi ketundukan vertikal. Dimensi dialektikal horizontal
yaitu pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan
konkrit yang terkait dengan diri, sesama manusia dan alam semesta. Sedangkan
dimensi kedua yaitu lebih mengarah kepada pendidikan sains dan teknologi,
selain untuk menjadi alat untuk memanfaatkan, memelihara, dan melestarikan
sumber daya alami juga hendaknya menjadi jembatan dan mencapai hubungan yang
abadi dengan Sang Pencipta.
Secara
umum tujuan dan fungsi Evaluasi Pendidikan Islam diarahkan pada dua dimensi di
atas. Apakah Pendidikan Islam telah berhasil menggarap secara integral kedua
dimensi tersebut dalam prakteknya di lapangan atau tidak? Sejauh mana
pencapaian yang telah diperolah Pendidikan Islam dalam kaitannya dengan
pembentukan Insanul Kamil? Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses
Kependidikan Islam untuk mencapai tujuannya?.
Sedangkan
secara khusus fungsi dan tujuan pelaksanaan evaluasi dalam Pendidikan Islam
adalah untuk mengetahui kadar pemilikan dan pemahaman peserta didik terhadap
materi pelajaran, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif.[29]
Ramayulis
menyatakan setidaknya ada 5 fungsi evaluasi Pendidikan Islam, yaitu: untuk
mengetahui murid yang pandai dan kurang pandai di kelasnya, untuk mengetahui
bahan yang diajarkan sudah ditangkap oleh murid atau belum, untuk mendorong
kompetisi yang sehat antar sisiwa, untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan
anak didik setelah mengikuti proses belajar mengajar, dan untuk mengetahui
tepat atau tidaknya guru dalam memiliki bahan, metode, dan berbagai penyesuaian
dalam kelas.[30]
Berdasarkan
uraian menurut para tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi evaluasi
adalah sebagai berikut:
a.
Untuk mengetahui sejauh mana
Pendidikan Islam mengarahkan manusia untuk menjadi Insanul kamil.
b.
Untuk mengetahui seberapa
besar dan dalam peserta didik dalam menyerap ilmu pengetahuan atau
materi-materi Pendidikan Islam.
c.
Untuk mengetahui keefektifan
proses pembelajaran baik itu dari segi penyampaian guru, materi pembelajaran,
metode pembelajaran dan media pembelajaran serta yang terkait dalam proses
pembelajaran.
4. Prinsip Evaluasi
Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan evaluasi
adalah sebagai berikut : [31]
1)
Prinsip Menyeluruh (Komprehensif)
Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh,
meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap
kerja sama, tanggung jawab, dan sebagainya, atau dalam taksonomi lebih dikenal
dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
2)
Berkelanjutan/Berkesinambungan (Kontinuitas)
Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus
dari waktu ke waktu untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta
didik, sehingga kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui
penilaian.Dalam ajaran Islam sangatlah diperhatikan kontinuitas, karena dengan
berpegang prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan
stabil serta menghasilkan suatu tindakan yang menguntungkan.
3)
Prinsip Objektif
Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan
objektif berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi oleh
hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Jangan karena kebencian
menjadikan ketidakobjektifan evaluasi.
4)
Prinsip Keterpaduan
Evaluasi dilakukan secara terpadu antara tujuan intruksional pengajaran,
materi pembelajaran dan metode pengajaran.
5)
Prinisp keterlibatan peserta didik secara aktif
5. Jenis-jenis Evaluasi
Jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan
dalam pendidikan Islam adalah:[32]
1)
Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh para peserta
didik setelah menyelesaikan satuan program pembelajaran (kompetensi dasar) pada
mata pelajaran tertentu.
2)
Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik
setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester dan akhir tahun untuk
menentukan jenjang berikutnya.
3)
Evaluasi Penempatan (placement), yaitu evaluasi tentang peserta didik untuk kepentingan
penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
4)
Evaluasi Diagnostik, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang
keadaan belajar peserta didik, baik merupakan kesulitan-kesulitan maupun
hambatan-hambatan yang ditemui dalam situasi belajar mengajar.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Metode Pendidikan Islam adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau
instruktur. Metode
Pendidikan Islam adalah jalan atau cara yang ditempuh untuk memudahkan pendidik
dalam membentuk pribadi muslim yang berkepribadian Islam dan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh al-Qur’an dan al-Hadits.
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam
menyangkut permasalahan individual atau social peserta didik dan pendidik itu
sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus
memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam.
Evaluasi
Pendidikan Islam dapat diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk menetukan
taraf kemajuan suatu pekerjaan dalam proses Pendidikan Islam. Dalam ruang
lingkup terbatas, evaluasi dilakukan untuk dalam rangka mengetahui tingkat
keberhasilan pendidik dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan Pendidikan
Islam kepada peserta didik. Sedangkan dalam lingkup luas, evaluasi dilakukan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses Pendidikan Islam
dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Fungsi
dari Metode Pendidikan Islam ialah untuk memberikan sikap kehati-hatian dalam
menyampaikan materi Pendidikan Islam, selain itu juga untuk memudahkan peserta
didik dalam menyerap dan memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan cara
yang menyenangkan.
Evaluasi sebagai suatu proses penaksiran
terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan
pendidikan. Pelaksanaan evaluasi agar akurat dan bermanfaat baik bagi peserta
didik, pendidik ataupun pihak yang berkepentingan, maka harus memperhatikan
prinsip berkelanjutan/berkesinambungan (kontinuitas), menyeluruh
(Komprehensif), adil dan objektif, dan prinsip keterpaduan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief,
Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat Pers.
Arikunto, Suharsimi.
1990. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung
: Diponegoro.
Echols, John M. dan
Shadily, Hassan. 1995. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Nasih, Ahmad, Munjin dan Kholidah, Lilik, Nur. 2009. Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Bandung : PT. Refika Aditama.
Nata, Abudin. 2005.
Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Nizar,
Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Pers.
[1] Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung :
PT. Refika Aditama, 2009), hlm. 29.
[3]Samsul
Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), hlm. 66
[5]ArmaiArief,Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 88.
[6] Departemen Agama RI, Al-Hikmah
Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Bandung : Diponegoro, 2005), hlm. 420.
[10] Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Op.Cit, hlm.47
[11]Armai Arief, Op. Cit. hlm. 97.
[12]Samsul Nizar, Op. Cit. hlm. 67
[13]Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Op. Cit. hlm. 49
[22]John M. Echols dan
Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia,(Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 220.
[23]Abudin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 183.
[24]Armai Arif, Op. Cit. hlm. 54.
[25]Suharsimi
Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta : Bumi Aksara, 1990), hlm. 3.
[26]Samsul Nizar, Op. Cit, hlm. 77.
[27] Departemen Agama RI, Op. Cit,.
hlm. 24.
[28] Ibid,.hlm. 380.
[31] Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Op. Cit,. hlm 163-164
[32] Ibid,. hlm. 168
Tidak ada komentar:
Posting Komentar