MANAJEMEN KEPEMIMPINAN DI SMA
Dosen Pengampu :Hafied Hasan, M.M

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu Mata Kuliah
Manajemen
Pendidikan Semester 3 di STIT Pemalang
Tahun Akademik 2013/2014
Disusun Oleh :
Nama : Dinazad
NIM : 3120040
Semester : 3 Reguler (B)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAHPEMALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa
manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat
dilaksanakan oleh seorang pemimpin.Seorang pemimpin adalah seseorang yang
mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi
pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan
alasan-alasannya.Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat
rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan
untuk mencapai tujuan bersama-sama.
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku
orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi
itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan,
yaitu mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-mimpinan dalam organisasi
diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat
seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya.
Motivasi orang untuk berperilaku ada dua macam, yaitu
motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.Dalam hal motivasi ekstrinsik perlu
ada faktor di luar diri orang tersebut yang mendorongnya untuk berperi-laku
tertentu.Dalam hal semacam itu kepemimpinan adalah faktor luar.Sedang motivasi
intrinsik daya dorong untuk berperilaku tertentu itu berasal dari dalam diri
orang itu sendiri.Jadi semacam ada kesadaran kemauan sendiri untuk berbuat
sesuatu, misalnya memperbaiki mutu kerjanya.kepemimpinan harus diarahkan agar
orang-orang mau berkerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi perilaku yang
ditimbulkan oleh kepemimpinan itu berupa kesediaan orang-orang untuk saling
bekerjasama mencapai tujuan organisasi yang disepakati bersama.
Dalam implementasinya kepemimpinan yang berhasil adalah
yang mampu menumbuhkan kesadaran orang-orang untuk melakukan
peningkatanpeningkatan mutu kinerja dan terciptanya kerjasama dalam
kelompok-kelompok untuk meningkatkan mutu kinerja masing-masing kelompok secara
terpadu.Adanya kerjasama-kerjasama kelompok merupakan salah satu kunci
keberhasilan.
Dalam proses tersebut pimpinan membimbing, memberi
pengarahan, mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta
menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diingini bersama.
Semua yang dilakukan pimpinan harus bisa dipersepsikan oleh orang lain dalam
organisasinya sebagai bantuan kepada orang-orang itu untuk dapat meningkatkan
mutu kinerjanya.
Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran
yang sangat penting.Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk
menumbuhkan nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus bermutu, atau memberi
pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu adalah suatu keharusan yang
mulia, dan lain sebagainya. Dengan nilai-nilai baru yang dimiliki itu orang
akan tumbuh kesadarannya untuk berbuat yang lebih bermutu. Dalam ilmu
pendidikan ini masuk dalam kawasan affective.
Kepemimpinan yang merupakan faktor eksternal tadi, harus
selalu dapat memotivasi anggota organisasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan
mutu. Tetapi kalau setiap kali dan dalam setiap hal harus memberi perintah atau
pengarahan, itu akan menimbulkan kesulitan. Kalau setiap melakukan pekerjaan
dengan baik itu harus dengan perintah pimpinan, dan kalau tidak ada perintah
pimpinan tidak dilakukan pekerjaan dengan baik, maka perbaikan mutu kinerja
yang terus menerus akan sulit diwujudkan.
Oleh karena itu agar kepemimpinan itu selain untuk
memberi pengarahan atau perintah tentang hal-hal yang perlu ditingkatkan
mutunya, juga perlu digunakan untuk menumbuhkan motivasi intrinsik, yaitu
menumbuhkan kesadaran akan perlunya setiap orang dalam perguruan tinggi itu
selalu berupaya meningkatkan mutu kinerjanya masing-masing secara individual
maupun bersama-sama sebagai kelompok ataupun sebagai organisasi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa arti dari manajemen kepemimpinan?
2.
Apa fungsi pemimpin dalam sebuah kelompok?
3.
Ada berapa tipe dan gaya kepemimpinan?
4.
Bagaimana kepemimpinan yang diterapkan di SMA Hasyim Asy’ari Bojongbata Pemalang ?
C.
Tujuan
1.
Memahami arti dari manajemen kepemimpinan
2.
Memahami fungsi pemimpin dalam kelompok
3.
Mengetahui tipe dan gaya kepemimpinan
4.
Mengetahui penerapan kepemimpinan dalam lingkungan SMA Hasyim Asy’ari
Bojongbata Pemalang
D.
Manfaat
1.
Dengan
makalah ini diharapkan
dapat mengetahui bagaimana kepemimpinan di SMA Hasyim Asy’ari terhadap
efektivitas pengembangan
sekolah dan proses pembelajaran.
2.
Menambah pengetahuan tentang pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas pengembangan sekolah dan proses pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Pengertian
Manajemen Kepemimpinan
Jika
ditinjau dari segi bahasa, manajemen berasal dari kata, “to manage” yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, dan
mengelola.[1]
Sedangkan secara terminologi, beberapa ahli mendefinisikan manajemen dengan
pengertian yang berbeda-beda, diantaranya :
1.
Prof. Dr.
A. Sanusi, SH.,MPA
Mengartikan
manajemen sebagai suatu sistem perilaku manusia yang koperatif, yang dipimpin
secara teratur melalui usaha yang terus-menerus dan merupakan tindakan yang
rasional.[2]
2.
Stoner dan
Freeman
Mengemukakan
bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan
dan pengendalian semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.[3]
3.
Mary Parker Follet
Mendefinisikan
manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.[4]
Dari
beberapa definisi para ahli di atas dapat diartikan bahwa manajemen sebagai
seni, ilmu, proses dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pemotivasian, sekaligus sebagai pengendalian terhadap orang-orang dan mekanisme
kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah seni, mengandung arti bahwa hal itu adalah suatu
kemampuan, keahlian, kemahiran, serta keterampilan pribadi dalam aplikasi ilmu
pengetahuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Sedangkan manajemen yang
diartikan sebagai suatu ilmu, merupakan akumulasi pengetahuan yang telah
disistematisasi dan diorganisasikan untuk mencapai kebenaran umum.[5]
Sedangkan
manajemen yang diartikan sebagai suatu proses, adalah cara sistematis untuk
melakukan pekerjaan.
Manajer/Pemimpin
adalah seorang yang karena pengalaman, pengetahuan, dan keterampilannya diakui
oleh organisasi untuk memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan
mengembangkan kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
Kepemimpinan
adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen berusaha untuk mewujudkan agar
arah tadi bisa tercapai Manajemen dan kepemimpinan, sebenarnya apa perbedaan
mendasar kedua istilah itu? Dua kata itu, manajemen dan kepemimpinan sangat
sering kita dengar.Kadang kata itu sering kita persamakan artinya.Ketika kita
melihat sekolah yang sangat berkembang kita sering mengatakan, “manajemen di
sana baik.”Kadang kita berkata, namun kata manajemen begitu melanda dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Winardi[6]kepemimpinan
adalah hubungan di mana satu orang yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk
bekerja sama secara suka rela dalam usaha mengerjakan tugas-tugas yang
berhubungan untuk mencapai hal yang diinginkan oleh pemimpin. Sementara menurut[7],
kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi efektivitas kerja seorang atau
kelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
Pengertian
tersebut di atas mengandung beberapa unsur pokok antara lain :
a.
Kepemimpinan harus melibatkan orang lain yaitu : pengikut atau bawahan
karena kesediaan untuk menerima pengarahan dari pimpinan anggota kelompok
membantu menegaskan status kepemimpinan dan memungkinkan proses kepemimpinan.
Tanpa bawahan sama sifat-sifat kepemimpinan akan menjadi tidak relevan.
b.
Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang
tidak sama di antara pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang
untuk mengarahkan beberapa aktivitas anggota kelompok yang tidak dapat dengan
cara yang sama mengarahkan aktivitas pemimpin.
c.
Pemimpin bisa mempengaruhi pengikut atau bawahannya
dan bisa mengarahkan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dari uraian di
atas maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang
atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.
Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan. Kekuasaaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan
mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus
dilaksanakannya.Semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi
pemimpin, maka makin besar potensi kepemimpinan yang efektif.[8]
Komponen-komponen yang menjadi
pegangan seorang pemimpin dalam penggerakan anggota-anggota adalah sebagai
berikut :
1.
Drive/dorongan, akan menghasilkan inisiatif, dan menimbulkan energi yang tinggi
dan hasrat untuk berprestasi;
2.
Motivation/motivasi, memiliki kekuatan dan hasrat untuk memimpin dan mendorong
pelibatan anggota dalam mewujudkan visi; \
3.
Integrity/integritas/keutuhan/kejujuran, menimbulkan kepercayaan yang penuh dalam
bekerjasama dengan yang lain, dan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan;
4.
Self Confidence/percaya diri, memperlihatkan nilai kepercayaan dalam melakukan transaksi
dengan orang lain;
5.
Knowledge/pengetahuan, pemahaman yang penuh tentang organisasi.
B.
Teori Kepemimpinan
Teori
tentang gaya kepemimpinan ada tiga, yaitu:
1.
Teori
sifat (the trait theories)
Menurut
Sutisna dalam Sudarmiani[9]teori
sifat menunjuk pada sifat-sifat tertentu, seperti kekuatan fisik atau keramahan
yang esensial pada kepemimpinan yang efektif. Teori ini menyarankan beberapa
syarat yang harus dimiliki pemimpin yaitu: kekuatan fisik dan susunan syaraf,
penghayatan terhadap arah dan tujuan, antusiasme, keramah tamahan, integritas,
keahlian teknis, kemampuan mengambil keputusan, intelegensi, ketrampilan
memimpin, dan kepercayaan[10].
2.
Teori
perilaku (the behaviour theories)
Teori ini
memfokuskan dan mengidentifikasikan perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya
mempengaruhi orang lain (pengikut). Berdasarkan teori perilaku, macam-macam
gaya kepemimpinan yaitu:
a.
Studi
kepemimpinan universitas IOWA yang dilakukan oleh Ronald
Lippit dan K. White menghasilkan tiga
gaya kepemimpinan yaitu:
1)
Otoriter:
kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan oleh pimpinan
2)
Demokratis:
kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan dan bawahan secara bersama-sama
3)
Kebebasan:
kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan dan diserahkan pada bawahan
b.
Studi
OHIO
Ada empat gaya
kepemimpinan berdasarkan pernyataan Hersey dan Blancard yaitu:
1)
Telling:
banyak memberi perintah tetapi sedikit memberi semangat
2)
Selling:
banyak memberi perintah dan semangat
3)
Participating:
sedikit memberi perintah tetapi banyak memberi semangat
4)
Delegating:
sedikit memberi perintah dan semangat
c.
Studi
Michigan
Peneliti
dari universitas Michigan menemukan dua macam gaya kepemimpinan yaitu:
1)
The
job-centered: berpusat pada pekerjaan yang sangat memperhatikan produksi dan
aspek-aspek teknik kerja
2)
The
employee-centered: berpusat pada pegawai yang sangat menghargai pegawai,
memperhatikan kesejahteraan, dan kesehatan pegawai.
d.
Manajerial grid (jaringan manajerial)
Penelitian ini dilakukan
oleh Robert R. Blake dan James S. Mouton yang menyatakan ada dua macam gaya
kepemimpinan yaitu:
1)
Concern for production: perhatian pada produksi yang menekankan pada mutu
keputusan, prosedur, kualitas pelayanan staff, efisiensi kerja, dan jumlah
pengeluaran.
2)
Concern for people: perhatian pada orang yang menekankan perhatian untuk
karyawannya.
e.
Sistem
kepemimpinan Likert
Likert mengembangkan
teori kepemimpinan dua dimensi yaitu berorientasi tugas dan berorientasi
individu. Emapat sistem kepemimpinan menurut Likert adalah:
1)
Sistem
1: pemimpin sangat otokratis. Memiliki sedikit kepercayaan pada bawahannya dan
suka mengeksploitasi bawahan. Pemimpin juga sering memberi hukuman.
2)
Sistem
2: pemimpin otokratis yang baik hati. Pemimpin mendengae pendapat dari bawahan,
memotivasi dengan hadiah dan hukuman, tetapi bawahan masih merasa tidak bebas
membicarakan pekerjaan dengan atasan.
3)
Sistem
3: pemimpin mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan. Pemimpin melakukan
sedikit partisipasi sehingga bawahan merasa sedikit bebas membicarakan
pekerjaan dengan atasan.
4)
Sistem
4: pemimpin bergaya kelompok partisipatif. Pemimpin mempunyai kepercayaan yang
sempurna terhadap bawahan, mempersilahkan bawahan untuk menyampaikan ide-ide
inovasi sehingga bawahan merasa bebas membicarakan pekerjaan dengan atasan. [11]
3.
Teori
Situasional
Teori
ini menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling efektif
diterapkan dalam situasi tertentu. Gaya kepemimpinan berdasarkan teori
situasional adalah:
a.
Teori
kepemimpinan kontingensi
Teori ini dikembangkan oleh Fiedler dan Chemers yang
menyatakan bahwa seseorang yang menjadi pemimpin bukan hanya karena faktor
kepribadian yang dimiliki, tetapi juga faktor situasi dan saling hubungan
antara pemimpin dengan situasi. Ada dua gaya kepemimpinan menurut teori ini,
yaitu:
1)
Gaya
kepemimpinan yang mengutamakan tugas
2)
Gaya
kepemimpinan yang mengutamakan hubungan kemanusiaan
Tiga faktor yang mempengaruhi gaya
kepemimpinan yaitu:
1)
Hubungan
antara pemimpin dengan anggota
2)
Variabel
struktur tugas dalam situasi kerja. Tugas yang berstruktur adalah tugas yang
memiliki prosedur berupa langkah-langkah untuk penyelesaian tugas itu telah
tersedia.
3)
Variabel
kekuasaan karena posisi pimpinan[12].
b.
Teori
kepemimpinan tiga dimensi
Teori ini dikemukakan oleh Reddin
yang merumuskan empat kelompok gaya dasar kepemimpinan yaitu:
1)
Separated:
pemisah
2)
Dedicated:
pengabdi
3)
Related:
penghubung
4)
Integrated:
terpadu
c.
Teori
kepemimpinan situasional
Konsep kepemimpinan situasional
pertama kali dirumuskan oleh Paul Hersey dan Kenneth Blancard yang merupakan
pengembangan dari teori kepemimpinan tiga dimensi yang didasarkan pada hubungan
antara tiga faktor yaitu peirlaku tugas, perilaku hubungan, dan kematangan.
Gaya kepemimpinan berdasarkan teori ini yaitu:
1)
Gaya
mendikte (telling): diterapkan jika
anak buah dalam tingkat kematangan rendah dan memerlukan petunjuk serta
pengawasan yang jelas.
2)
Gaya
menjual (selling): diterapkan jika
anak buah memiliki kemauan untuk melakukan tugas tapi belum didukung oleh
kemampuan yang memadai.
3)
Gaya
melibatkan diri (participating): diterapkan jika anak buah memiliki kemampuan
tetapi kurang percaya diri.
4)
Gaya
kendali bebas (delegating):
diterapkan jika anak buah memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan
tugas sehingga dapat diberikan tanggung jawab secara penuh.
C.
Gaya Kepemimpinan
Menurut
Fremont E. Kast dan Janes E. Rosenzweig[13] ada
3 gaya kepemimpinan dalam kelompok yang relatif menonjol di mana 3 gaya ini
berorientasi pada tugas, yaitu :
a.
Kepemimpinan gaya otoriter adalah suatu
kepemimpinan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan dan kegiatan yang akan dilakukan, diputuskan oleh
pemimpin. Dengan ciri tersebut berarti memberikan instruksi secara pasti,
menuntut kerelaan, menekankan pelaksanaan tugas, melaksanakan pengawasan
tertutup, bawahan tidak mempengaruhi keputusan, memakai paksaan, ancaman dan
kekuasaan untuk melakukan disiplin serta menjamin pelaksanaannya.
b.
Kepemimpinan gaya demokratis adalah suatu gaya
kepemimpinan di mana guru dilibatkan dalam penentuan sasaran strategi dalam
pembagian tugas. Dengan ciri tersebut seperti memperhatikan pandangan bawahan,
memberikan bimbingan pada masa-masa yang timbul dan melibatkan perasaan sendiri
dalam membantu bawahan dalam mencapai tujuan organisasi.
c.
Kepemimpinan gaya liberal adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak
diserahkan pada bawahan. Ciri kepemimpinan ini yaitu bawahan menentukan tujuan
dan mengambil keputusan sendiri, pemimpin hanya memberikan nasehat atau
pengarahan sejauh yang diminta saja.
Dari ketiga gaya
kepemimpinan di atas pada prinsipnya semuanya baik tergantung pada situasi yang
terjadi. Kepemimpinan demokratik adalah yang terbaik dalam keadaan normal.
Sedangkan dalam keadaan darurat kepemimpinan otokratik akan lebih baik. Jadi
dapat disimpulkan bahwa masing-masing gaya kepemimpinan mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Oleh karena itu kombinasi dari ketiganya disesuaikan dengan kondisi
sekolah yang ada merupakan gaya kepemimpinan yang terbaik.
D.
Peran Kepala Sekolah Sebagai
Pemimpin dan Manajer Pendidikan yang Efektif
Kepala Sekolah adalah pemimpin dan pengelola
pendidikan di sekolah secara keseluruhan.Kepala sekolah harus mampu menjadi
manajer yang efisien dan pimpinan yang efektif.
Pidarta dalam Sudarmiani[14]
menyatakan bahwa kepala sekolah memiliki peran dan tanggung jawab sebagai:
1.
Manajer sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengadakan
prediksi masa depan sekolah, melakukan inovasi untuk kemajuan sekolah,
menciptakan kebijakan untuk mensukseskan pikiran-pikiran yang inovatif
tersebut, menyusun perencanaan yang baik, menemukan sumber dan fasilitas
pendidikan, dan melakukan kontrol terhadap pelaksanaan pendidikan
2.
Pemimpin sekolah. Kepala sekolah harus mampu
menggerakkan orang lain agar secara sadar dan sukarela melaksanakan
kewajibannya secara baik sesuai dengan apa yang diharapkan pimpinan dalam
mencapai tujuan
3.
Administrator sekolah. Kepala sekolah harus mampu
melakukan pengelolaan pengajaran, pengelolaan kepegawaian, pengelolaan kepeserta
didikan, pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan keuangan, dan
pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat
4.
Supervisor sekolah. Kepala sekolah harus mampu
memberikan layanan kepada guru-guru baik secara individual ataupun berkelompok
untuk memperbaiki pengajaran.
Pidarta dalam Malawi[15]
mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah
untuk menyukseskan kepemimpinannya yaitu:
1)
Keterampilan
konseptual adalah keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi
2)
Keterampilan
manusiawi adalah keterampilan untuk bekerjasama, memotivasi dan memimpin.
3)
Keterampilan
teknik adalah keterampilan dalam menggunakan pengetahuan metode, teknik, serta
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu
Selain
itu kepala sekolah juga mengimplementasikan semboyan Ki Hajar Dewantoro yaitu
ing ngarsa sung tuladha yang artinya didepan memberi contoh yang baik, ing
madya mangun karsa yang artinya ditengah memberi semangat dan tut wuri
handayani yang artinya dibelakang menciptakan prakarsa atau ide-ide kreatif.
Beberapa
kunci sukses kepala sekolah untuk menjadi pemimpin dan manajer adalah:
a.
Mempercayai
staf pengajar
b.
Mendelegasikan
tugas dan wewenang. Kepala sekolah harus mendukung upaya pemecahan setiap
masalah, tetapi tidak perlu memecahkan persoalan itu sendiri, karena dapat
menyerahkan tugas itu kepada wakilnya.
c.
Adiraga.
Kepala sekolah harus kuat secara fisik untuk dapat menyelesaikan tanggung
jawabnya sebagai kepala sekolah.
d.
Membagi
dan memanfaatkan waktu
e.
Tanpa
toleransi atas ketidakmampuan. Kepala sekolah harus menetapkan standar-standar
tertentu yang harus ditaati oleh Para stafnya.
f.
Peduli
dengan staf pengajar
g.
Membangun
visi
h.
Mengembangkan
tujuan instittusi
i.
Cekatan
dan tegas, sekaligus sabar
j.
Berani
instrospeksi
k.
Memiliki
konsistensi
l.
Bersikap
terbuka
m.
Berjati
diri tinggi[16]
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Upaya untuk menilai sukses
tidaknya pemimpin itu dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat
sifat-sifat dan kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria
untuk menilai kepemimpinannya.
Menurut Ibu Dra. Faridah
seorang pemimpin harus selalu memanfaatkan kerja sama dengan bawahan untuk
mencapai cita-cita organisasi. Dengan cara seperti itu beliau banyak mendapat
bantuan pikiran, semangat, dan tenaga dari bawahan yang akan menimbulkan
semangat bersama dan rasa persatuan, sehingga akan memudahkan proses
pendelegasian dan pemecahan masalah yang semuanya memajukan perencanaan
pendidikan.
Ibarat tubuh manusia, pemimpin
adalah otaknya.Otak adalah bagian utama yang membuat seluruh organ tubuh
berfungsi. Otak memungkinkan seluruh tubuh melakukan suatu pekerjaan,
menghasilkan sesuatu atau mencapai suatu tujuan sesuai ide sang otak. Bahkan
selagi otak berfungsi dengan baik, seseorang dapat bepergian ke mana saja
meski tidak memiliki tangan dan kaki.Sebagaimana otak manusia yang dipilahkan
ke dalam tipe genius, cerdas, normal dan bawah normal, kualitas pimpinan sebagai
“otak sekolah” juga beragam.Ada pemimpin sekolah yang cerdas, kreatif, dan
penuh tanggung jawab, tapi ada pula yang kurang kreatif, kurang cerdas dan
kurang bertanggung jawab.
Pemimpin bertugas untuk
membimbing dan mengarahkan bawahan agar bekerja sesuai tujuan sekolah.Oleh
karena itu, pemimpin sekolah dituntut memiliki keberanian dan kemampuan
menggerakkan bawahan, siswa dan wali murid agar arahan dan instruksinya
didengar dan dilaksanakan.
Ketika setiap hari kepala
sekolah dan guru terlibat dalam upaya ”mengelola hal-hal yang berantakan”, dan
mengatasi krisis yang selalu muncul selama masa sekolah, mereka perlu memahami
apa masalahnya dan apa yang sedang mereka coba bereskan. Tanpa pemahaman
rasional, mereka akan hanyut dalam reaksi-reaksi instingtif terhadap aneka
masalah yang dihadapi, sehingga justru menambah masalah dan beban stres mereka.
Bersikap seimbang dan fokus harus selalu dimunculkan untuk memulihkan
stabilitas ditengah-tengah simpang-siur aktivitas sehari-hari, sekaligus untuk
memulihkan energi yang terus melemah Starratt mengingatkan para kepala sekolah,
untuk menyadari beberapa unsur dalam landasannya sendiri, yakni bersikap adil
membantu para guru, dan menyediakan guru-guru terbaik bagi para siswa.
Bagaimanapun ia harus berusaha
menguntungkan semuanya: guru untung, siswa untung, kepala sekolah untung, dan
dewan guru pun untung. Ia akan menghindari situasi dimana satu pihak
diuntungkan dengan mengorbankan pihak lain. Sadar akan banyaknya hal yang
dipertaruhkan, ia lebih mungkin mengarahkan situasi sehingga tidak merosot
menjadi situasi untung rugi atau menang kalah. Ia akan menghormati nilai-nilai
mereka dan tidak akan terpaksa untuk mengorbankan satu pihak demi menguntungkan
yang lain.
B.
Pengambilan
Keputusan
Di dalam sebuah sekolah, Pengambilan
keputusan mengambil andil yang sangat penting untuk menjaga keharmonisan dalam
sekolah itu sendiri. Untuk dapat melakukan pengambilan keputusan dengan tepat,
beliau mengatakan ada komponen-komponen yang harus diperhatikan.
Yangpertama
adalah profesioanlisme, tidak hanya kepala sekolah saja yang harus profesional,
para guru selain mengajar harus profesional sebagai pemimpin di kelas, manager
kelas, dan organisator. Sebagai pemimpin di kelas guru harus bisa menyuruh anak
didiknya agar mengikuti kegiatan belajar mengajar, sebagai manager kelas harus
memiliki kemampuan mengatur suasana yang nyaman di kelas, dan sebagai
organisator harus bisa bekerjasama dengan sesama guru dan dengan kepala
sekolah.
Yang kedua adalah harus memiliki pertimbangan
sebelum mengambil keputusan, apakah keputusannya sudah matang atau belum. Yang
ketiga adalah harus melihat konteks situasional, yaitu mencari latar belakang
permasalahan.
Yang
keempat adalah pengalaman, hal ini sangat penting karena seseorang yang tidak
memiliki pengalaman mengenai kepemimpinan akan sangat sulit memperoleh jawaban
yang tepat dalam pengambilan keputusan. Dan yang terkhir adalah bersikap
terbuka dan selektif terhadap masukan-masukan dari orang lain terutama para orang tua wali peserta didik karena sangat berpengaruh
terhadap kemajuan sekolah.
C.
Gaya
Kepemimipinan
Gaya kepemimpinan dalam ruang
lingkup pendidikan khususnya di SMA Hasyim Asy’ari Bojongbata Pemalang adalah
gaya kepemimpinan Situasional. Maksud dari gaya kepemimpinan adalah
menyesuaikan situasi atau konteks masalah dan orang yang dipimpin. Boleh jadi
menggunakan gaya kepemimpinan demokratis dan juga menggunakan gaya kepemimpinan
otoriter.
Adapun gaya atau tipe
kepemimpinan gaya Open Management
atau Demokrasi menunjukkan bahwa hubungan antara pimpinan dan orang-orang
dipimpin atau bawahannya diwujudkan dalam bentuk human relationship atas dasar prinsip saling harga menghargai dan
hormat menghormati. Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin demokratis mau
menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari bawahannya, juga
kritik-kritik yang membangun dari anggota diterimanya sebagai umpan balik atau
dijadikan bahan pertimbangan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.
Mencermati uraian di atas bahwa
pemimpin yang bertindak demokratis itu memiliki sifat kooperatif, suka
bermusyawarah, dan senang bertanya kepada anggota tentang hambatan atau sarana
yang diperlukan bagi kelancaran tugas yang telah diberikan kepada mereka.Lebih
penting lagi bahwa tipe kepemimpinan yang demokratis ini lebih dekat dan
terkait dengan sikap tidak keras dan kasar, tetapi justru senag bersikap
lemah-lembut atau humanis dalam menegakkan aturan dan/atau di dalam memberikan
perintah kepada bawahanya.
Tipe
kepemimpinan semacam ini memiliki pribadi yang terbuka.Dia mau menerima masukan
dan kritik dari anggotanya. Sekaligus bersikap supportif dan mendukung apa yang
menjadi ide atau usul anggota, selama ide itu ditujuan untuk kemajuan lembaga.
Untuk menumbuhkan iklim yang harmonis, pemimpin ini juga memperhatikan
kebutuhan bawahan atau kesejahteraannya. Dalam mengambil suatu
keputusan, pemimpin yang demokratis akan mengedepankan prinsip musyawarah
dengan orang-orang yang ada dalam tanggungjawabnya. Bahkan tidak akan mengambil
suatu keputusan hanya didasarkan atas pendapat seorang saja.
Gaya kepemimpinan otoriter diterapakan pada orang-orang
yang diatur, namun dalam ruang lingkup pendidikan gaya kepemimpinan ini bukan
ditujukan untuk menakut-nakuti atau membatasi kebebasan namun lebih diarahkan
untuk tujuan mendidik ke arah yang baik. Misalkan peserta didikSMA Hasyim
Asy’ari harus menaati semua peraturan
dan tata tertib berlaku. Sehingga dalam konteks ini gaya kepemimpinan otoriter sangat dibutuhkan
dan wajib dilakukan oleh pemimpin khususnya kepala sekolah dan para guru-guru
di SMA Hasyim Asy’ari Bojongbata Pemalang.
D.
Pengembangan
Sekolah
Mengenai keadaan sekolah SMA Hasyim
Asy’ari Bojongbata Pemalang, Ibu Kepala Sekolah menilai perkembangan sudah
cukup lumayan bagus namun masih membutuhkan penambahan bangunan lagi. Beberapa
bulan yang lalu telah dibangun ruangan-ruangan baru yang digunakan untuk
laboratorium IPA, perpustakaan, ruang UKS, pembangunan ruangan baru untuk aula
dan kedepannya pihak sekolah akan membangun sarana dan prasarana kembali,
misalnya seperti membangun toilet karena toilet yang ada saat ini dinilai masih
belum memenuhi standar kebersihan dan kenyamanan. Penambahan
jumlah komputer untuk penunjang kegiatan belajar mengajar. Dan juga pembangunan
ruang kelas baru untuk mendukung proses pembelajaran.
Untuk
meningkatkan kualitas dan pengembangan kemampuan akademik dan non akademik peserta
didikbeliau juga memberikan program tambahan. Progam tambahan tersebut meliputi
ekstrakulikuler dan pemberian jam les. Hal ini ditujukan agar kemampuan
kognitif, psikomotor, dan afektif peserta didikSMA Hasyim Asy’ari Bojongbata
Pemalangdapat berkembang.
Pemberian pendidikan agama Islamdi SMA Hasyim Asy’ariyang lebih banyak
dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain, kepala sekolah berkeinginan untuk
menanamkan nila-nilai agama kepada peserta didik. Hal ini penting karena tidak
akan ada gunanya orang-orang yang memiliki intelegensi tinggi kalau tidak
memiliki akhlak yang baik, orang tersebut tidak akan mampu memberikan manfaat
kepada orang lain.
Mengingat
dari kebijakan yang diambil oleh kepemimpinan kepala sekolah tidak lepas dari
langkah-langkah yang di ambil dalam rangka meningkatkan proses belajar mengajar
dan menghasilkan output lulusan yang
berkualitas maka kepala sekolah SMA Hasyim Asy’ari mengambil langkah-langkah
sebagai berikut :
a.
Secara
Akademik
Kepala sekolah menilai dari sisi kriteria
lulusan, secara akademik masing-masing siswa diharuskan maksimal nilai raport
memperoleh nilai yang bagus, guna untuk mengejar hal tersebut kepala sekolah
mengambil langkah, yaitu :
1)
Secara
Lahiriah, menambah jam pelajaran (Remedial) khususnya bagi kelas XII yang mau
mengadakan kelulusan, dan mengadakan kompetensi kesekolahan seperti
dilaksanakannya ujian kompetensi menghafal surat pendek, dengan ini diharapkan
lulusan atau output yang dihasilkan
memiliki bekal dilingkungan masyarakat.
2)
Secara
Batiniah, tidak cukup kiranya melakukan usaha tanpa adanya dorongan batin yaitu
do’a, selaras dengan semboyan “Manusia Berusaha Tuhan Yang Menentukan” dengan
semboyan inilah kepala sekolah mengadakan sebuah kegiatan yang tujuannya
pembersihan jiwa dengan cara sholat dhuha, dan Istigosah bersama. Yang intinya
meminta kepada tuhan diberi kelapangan dada, dan dimudahkan dalam melakukan
segala pekerjaan.
b.
Non
Akademik
Secara non akademik langkah yang diambil
oleh kepala sekolah terhadap peningkatan kualitas lulusan yaitu :
1)
Menyampaikan
arahan dan himbauan kepada siswa (anak didik) agar selalu mengikuti aturan yang
sudah ditetapkan oleh sekolah. Baik yang berkaitan dengan kedisiplinan,
kerajinan dan kegiatan-kegiatan yang telah diadakan di sekolah seperti kegiatan
remedial dan ekstrakurikuler.
2)
Mengadakan
pengawasan secara intensif terhadap tenaga pengajar yaitu guru. Upaya kepala
sekolah juga melihat dari sisi proses dan hasil pendidikan, sehingga dalam
rangka menghasilkan output lulusan
yang berkualitas langkah yang diambil oleh kepala sekolah ialah proses input siswa.
Upaya
lain yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka peningkatan kualitas
lulusan tidak lepas dari pengawasan kepala sekolah itu sendiri kepada para
bawahan (guru dan staf), dalam tiap satu bulan sekali kepala sekolah mengadakan
evaluasi kinerja oleh masing-masing guru pengajar, guna mendapat masukan dari
masing-masing guru terkait dengan tingkat keefektifan dalam proses belajar mengajar.
Selain itu kepala sekolah juga mengadakan semacam pemupukan terhadap anak didik
dengan cara remidi.
E.
Tantangan
dan Hambatan selama Menjadi Kepala Sekolah
Sebagai Kepala Sekolah SMA Hasyim
Asy’ari Bojongbata Pemalang beliau memiliki tanggung jawab yang besar dalam
memimpin sekolah. Banyak tantangan dan hambatan yang harus dihadapi oleh
beliau, yaitu dalam hal pembagian waktu yang sangat padat. Beliau adalah
termasuk orang yang sangat sibuk, selain menjadi kepala sekolah SMA Hasyim
Asy’ari Bojongbata Pemalang, beliau juga
merupakan aktifis dalam
organisasi. Karena sering bolak-balik dari memimpin sebagai kepala
sekolah dan sering ke luar kota beliau sering kehilangan waktu banyak untuk
beristirahat.
Meskipun beliau memiliki kesibukan yang berlebih namun
beliau tidak melupakan tugasnya sebagai kepala SMA Hasyim Asy’ari Bojongbata
Pemalang. Sehingga proses pengawasan dan proses pembelajaran di sekolah yang
beliau pimpin masih dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Adapun faktor yang menghambat kepemimpinan
kepala sekolah adalah sebagai berikut :
1.
Faktor
Siswa
Tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh
setiap peserta didik menjadi arah kebijakan penentu tingkat keberhasilan kearah
kualitas lulusan serta tujuan pembelajaran yang sudah menjadi visi dan misi
lembaga. Sudah barang tentu kepemimpinan kepala sekolah sekaligus menjadi arah
penentu keberhasilan sekolah memerlukan input siswa yang baik supaya proses dan
out yang dihasilkan baik pula.
Kepala sekolah juga menambahkan terkait
hal ini, bahwa mayoritas siswa yang sekolah dilembaga SMA Hasyim Asy’ari
Pemalang dilihat dari letak geografis anak didik berlatar belakang orang tua
bekerja petani, di mana yang notabenenya berpendidikan rendah itupun kalau
lulus pendidikan dasar. Dan dukungan dari orang tua sangat minim sekali untuk
memberikan motivasi kepada anaknya untuk belajar, sehingga yang terjadi anak
tersebut menjadi malas belajar dan menyebabkan anak itu membangkang terhadap
orang tua. Begitu juga siswa SMA Hasyim
Asy’ari Pemalangtidak semuanya memiliki intelektual yang tinggi dibandingkan
dengan siswa-siswa di sekolah lainnya.Kepala sekolah juga melihat dari sisi
ekonominya, siswa yang sekolah di sini juga tidak mayoritas dari kalangan
ekonomi menengah keatas, hal inilah kepala sekolah kesulitan untuk menentukan
arah kebijakan sekolah menuju hasil yang berkualitas.
2.
Sarana dan
prasarana
Untuk kelancaran suatu proses, sudah
barang tentu aspek sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat vital dan
harus ada. Demikian juga dalam upaya untuk menciptakan kondisi proses
pembelajaran yang kondusif. Agar proses pembelajaran dapat terlaksana
sebagaimana tujuan yang telah ditetapkan, maka perlu didukung oleh
sarana-prasarana yang sesuai dengan kebutuhan. Tanpa hal tersebut, proses yang
dilakukan pasti akan mengalami hambatan yang besar.
F.
Strategi
dalam Menghadapi Tantangan dan Hambatan selama Menjadi Kepala Sekolah
Meskipun beliau sibuk menjalankan
aktivitas sebagai Kepala Sekolah SMA Hasyim Asy’ari dan kesibukan lainnya,
beliau juga termasuk orang yang sangat ulet dalam mengatur waktu dan itu semua
sudah diterapkan semenjak beliau masih muda hingga saat ini. Hampir setiap hari
atau setiap saat beliau tidak pernah terlihat menganggur, selalu ada waktu yang
digunakan beliau untuk berktivitas. Padahal kebanyakan orang biasanya lebih suka
menghabiskan waktu untuk beristirahat di rumah daripada sibuk melakukan
aktivitas kerja namun semangat beliau tidak kalah dengan anak muda. Jarang ada
waktu senggang yang digunakan beliau untuk beristirahat di rumah karena kesibukannya
yang sangat padat.
Meskipun hanya memiliki sedikit
waktu istirahat, kesibukannya tersebut justru malah menjadi berkah. Aktivitas
yang padat dijadikan suatu kebahagiaan batin.
Adapun strategi dalam menghadapi tantangan dan hambatan sebagai kepala
sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung yaitu faktor guru, faktor
orang tua/wali murid, dan sarana prasarana.
1.
Faktor
Guru
Dalam rangka mendukung terwujudnya suasana
proses belajar mengajar yang berkualitas di sekolah diperlukan adanya guru yang
profesional. Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu
kompetensi pedagogis, kognitif, personality, dan sosial. Oleh karena itu,
selain terampil mengajar, seorang guru juga harus memiliki pengetahuan yang
luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik.
Dari hasil observasi kami, guru-guru di SMA
Hasyim Asy’ari setidaknya sudah memenuhi karakteristik menjadi guru
profesional, karena melihat data yang diperoleh dilapangan tenaga pengajar mayoritas
lulusan sarjana (S.1).
Hal ini sesuai dengan pernyataan kepala sekolah SMA Hasyim Asy’ari bahwa: “Persyaratan bagi calon guru yang mau mengajar di SMA Hasyim Asy’ari minimal lulusan strata satu (S.1).”
Hal ini sesuai dengan pernyataan kepala sekolah SMA Hasyim Asy’ari bahwa: “Persyaratan bagi calon guru yang mau mengajar di SMA Hasyim Asy’ari minimal lulusan strata satu (S.1).”
Pernyataan ini sangat dipertahankan bagi
kepemimpinan kepala sekolah karena dengan kreteria ini diharapkan hasil proses
belajar mengajar memberikan suasana yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
2.
Faktor
orang tua/wali murid
Kepedulian orang tua terhadap pendidikan
anak merupakan upaya langsung untuk membantu anak termotivasi untuk belajar.
Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama anak-anaknya di lingkungan
keluarga, memiliki nilai signifikan dalam hubungannya dengan proses pendidikan.
Dorongan dan dukungan orang tua merupakan hal yang terpenting bagi anak-anak
yang duduk di bangku sekolah.Semakin orang tua memahami dengan baik, dan
mendukung anak-anaknya, maka makin membantu mereka termotivasi dan mempunyai
motivasi yang tinggi dalam belajar.
Titipan orang tua kepada lembaga juga
memotivasi terhadap kepemimpinan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan minat
bakat serta kreatifitas anak didik di sekolah.
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Penulis dapat
menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah di SMA
Hasyim Asy’ari Bojongbata Pemalang
bersifat situasional dan demokrasi. Dimana gaya kepemimpinan tersebut
sangat berpengaruh terhadap
efektivitas dan efisien kerja guru yang sangatpenting. Tanpa adanya kepemimpinan kepala sekolah, efektivitas kerja guru tidak akan berjalan dengan lancar,ini dikarenakan
seorang pemimpin adalah otak organisasi. Seorang pemimpin mengharapkan guru
dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
Kepala sekolah
sebagai manajer hendaknya dapat menerapkan pola kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan yang efektif dalam manajemen sekolah sangat
dibutuhkan untuk memberdayakan segala sumber daya manusia, dana, serta
fasilitas yang ada.
Untuk melaksanakan tugas kepala
sekolah dibantu oleh wakil di bidang kurikulum, kesiswaan, sekretaris,
bendahara dan tata usaha.Dan apabila fungsi manajemen sekolah dilihat dari
aktivitas manajemennya meliputi kegiatan manajerial oleh kepala sekolah dan
kegiatan operatif oleh para pembantu pelaksananya.
Kepala sekolah adalah pemimpin
sekolah yang mengatur dan menetapkan fungsi administrasi termasuk didalamnya
fungsi pengawasan (supervisi).Selain kepala sekolah, guru juga mempunyai peran
yang sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan.
Kepala Sekolah mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam menentukan arah jalannya suatu proses
pembelajaran yang ada di sekolah dalam rangka pencapaian mutu pendidikan yang
maksimal.
B.
Saran
Setelah terselesainya tugas akhir ini penulis mencoba
memberikan saran yang nantinya mungkin dapat berguna bagi semua pihak. Adapun
sasarannya antara lain:
1.
Hendaknya kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan demokratik tidak
hanyadengan orang tua peserta didik saja, tetapi juga kepada guru-guru pengajar
karena gayakepemimpinan demokratik adalah yang terbaik dalam keadaan normal.
2.
Untuk
menjadi seorang pemimpin dan manajer yang baik diperlukan pengetahuan tentang
gaya kepemimpinan dan tugas-tugas sebagai pemimpin dan manajer. Seseorang dapat
memilih gaya kepemimpinan yang sesuai dengan lingkungan organisasinya.
3.
Komunikasi
yang baik dalam organisasi sekolah akan mendukung keberhasilan manajemen.
4.
Segala
hambatan yang muncul harus dapat disikapi secara cermat oleh manajer sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, Agus.1994.Gaya
Kepemimpinan yang Efektif bagi Para Manajer.Jakarta : CV. Sinar Baru.
Fattah,Nanang. 2011.Landasan
Manajemen Pendidikan. Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya.
http://edukasi.kompasiana.com/kepemimpinan-dalam-sekolah/, diakses pada tanggal 20 Desember
2013 pukul 16.50 WIB.
Ibadullah,
Malawi, dkk. 2010.Profesi Kependidikan. Madiun:
IKIP PGRI Madiun.
Kast, Fremont E. dan
Rosenzweig, James E. 1995.Organisasi dan
Manajemen.Jakarta
: Bumi Aksara.
Siswanto, Bedjo. 1990.Manajemen
Modern. Bandung : Sinar Baru.
Sudarmiani.
2009. Diktat Manajemen Pendidikan. Madiun:
IKIP PGRI Madiun.
Sudarwan,
Danimdan Suparno. 2008. Manajemen dan
Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ula, S. Shoimatul. 2013.Buku
Pintar Teori-teori Manajemen Pendidian Efektif. Jogjakarta : Berlian.
Winardi. 2000. Kepemimpinan
Dalam Manajemen. Bandung : Alumni.
Lampiran 1
Profil Sekolah dan Kepala Sekolah SMA Hasyim Asy’ari
Bojongbata Pemalang
I.
Profil Sekolah
1. Nama
Sekolah
: SMA HASYIM ASY’ARI PEMALANG
2. Tanggal Berdiri : 13 Juli 1983
3. Alamat
: Jl. Jalan Letjend. D.I. Panjaitan No. 32
Bojongbata
– Pemalang
4. Status
Sekolah : Swasta
5. Status
Akreditasi : B
6. N.DS
: -
7. N.S.S.
: -
8. Luas Lahan/
Tanah :
-
9. Status Tanah /
sertifikat : Milik Yayasan
10. Jumlah Ruang Belajar : 5
Ruang kelas
11. Jumlah
rombongan belajar : 5 rombongan belajar , terdiri dari :
-
1 Kelas = Kelas X
-
2 Kelas = Kelas XI
-
2 Kelas = Kelas XII
12. Visi dan Misi Sekolah
a.
Visi
Mewujudkan
SMA Hasyim Asy’ari yang berilmu amaliyah, beramal ilmiah, berakhlakul karimah
dan terampil dalam berkarya.
b.
Misi
1)
Memberikan
kemampuan bagi lulusan untuk minimal melanjutkan pendidikan
2)
Membekali
keterampilan kepada siswa sesuai dengan bakat / minat sehingga menjadi siswa
yang terampil, cerdas, beriman, bertaqwa, dan mampu mengkomunikasikan dirinya
dan kemampuannya.
3)
Membekali
dan melatih ketrampilan kepada siswa yang berpotensi tidak melanjutkan ke
Perguruan Tinggi agar menjadi siswa wirausaha yang mandiri dan berakhlakul
karimah.
4)
Menyiapkan
lulusan untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat memahami dan
menginternalisasi gagasan dan nilai masyarakat yang beradab, cerdas dan agamis.
II.
Profil Kepala Sekolah TK

1.
Nama
: Dra. Faridah
2.
Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 04 Juni 1964
3.
Jenis
Kelamin : Perempuan
4.
Pendidikan
Terakhir : S2
5.
Agama
: Islam
6.
Mulai
bekerja di sekolah ini : 2007
7. Alamat Rumah : Jln.
Tarakan III Perumnas Bojongbata
Pemalang
Lampiran 2
Daftar Guru dan Staf Karyawan
SMA Hasyim Asy’ari Pemalang
No
|
Nama
|
Tempat,
Tanggal Lahir
|
Jabatan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
|
Dra. Faridah
Retno
Setyaningsih, S.Pd.
Anik Kusprihatin,
S.Pd.
M. Subhan Hakim,
S.Ag.
Ukhrowiyah, S.Pd.
Imam Winarso,
S.Pd.
Hadi Sucipto, SE.
Novita, S.Pd.
Syamsiyah
Citrawati, A.Md.
Efa Nur Arifah,
S.Pd.I
Umi Widiastuti,
S.Kom
Dian Mayningsih,
S.Pd.
M. Taufik
Hidayat, S.Pd.
Ma’rifatul
Mukaromah, S.HI.
Fifi Haryati,
S.Pd.
Yudho Nugroho,
S.Pd.
Nur Hikmah, S.Pd.
Suci Prikhatin,
S.Pd.
Elly Purwintari,
S.Pd.
Esmarawati, S.Pd.
Mulyoto
Isti Khalimah
Masruroh
Moh. Usman
Nur Efendi
Moh. Afifudin
|
Brebes, 04 Juni
1962
Pemalang, 15
Januari 1975
Pemalang, 31
Agustus 1977
Pemalang, 16
Februari 1969
Pemalang, 10 Mei
1977
Pemalang, 24
Januari 1981
Pemalang, 16
Januari 1979
Pemalang, 20 Juli
1986
Pemalang, 14
November 1985
Pemalang, 15
Desember 1980
Pemalang, 29
Januari 1976
Pemalang, 02 Mei
1984
Pemalang, 18
September 1982
Pemalang, 14
Desember 1985
Pemalang, 04
Agustus 1986
Pemalang, 28
September 1986
Pemalang, 02
Januari 1981
Pemalang, 10
Februari 1982
-
Surakarta, 08
Desember 1959
Pemalang, 12
Oktober 1964
Pemalang, 17
Agustus 1969
Pemalang, 15
Oktober 1976
Pemalang, 30
Desember 1961
Pemalang, 04
Februari 1967
Pemalang, 24
Februari 1988
|
Kepala
Sekolah
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Ka. Tata
Usaha
Tata Usaha
I
Tata Usaha
II
Pengaja
Sekolah
Tukang
Kebun
Security
|
Lampiran 3
Struktur Organisasi SMA Hasyim
Asy’ari Pemalang
Tahun Pelajaran 2013/2014

Lampiran 4
Jenis Sarana dan Prasarana yang Dimiliki Sekolah
No
|
Jenis
|
Keberadaan
|
Fungsi
|
||
Ada
|
Tidak Ada
|
Ya
|
Tidak
|
||
1
|
Ruang
Kepala Sekolah
|
√
|
√
|
||
2
|
Ruang
Kelas
|
√
|
√
|
||
3
|
Ruang
Guru
|
√
|
√
|
||
4
|
Laboratorium
IPA
|
√
|
|
√
|
|
5
|
Ruang
BP / BK
|
√
|
|
√
|
|
6
|
Ruang
TU
|
√
|
|
√
|
|
7
|
Laboratorium
Bahasa
|
√
|
|
√
|
|
8.
|
Laboratorium
Komputer
|
√
|
√
|
||
9.
|
Ruang
UKS
|
√
|
|
√
|
|
10.
|
Perpustakaan
|
√
|
|
√
|
|
11.
|
Ruang
Musik
|
√
|
|
√
|
|
12
|
Tempat
Parkir
|
√
|
|
√
|
|
13
|
Mobil
Sekolah
|
√
|
|
√
|
|
14.
|
Tempat
Security
|
√
|
|
√
|
|
15
|
Kamar
Mandi / WC
|
√
|
|
√
|
|
16
|
Dapur
|
√
|
|
√
|
|
Lampiran
5
Dokumentasi Hasil Observasi
di SMA Hasyim Asy’ari Bojongbata
Pemalang


Kepala SMA Hasyim Asy’ari Pemalang
|

|

[1]S. Shoimatul Ula, Buku Pintar Teori-teori Manajemen Pendidian
Efektif, (Jogjakarta : Berlian, 2013), hlm. 7
[2] Bedjo Siswanto, Manajemen Modern, (Bandung : Sinar Baru,
1990), hlm. 3
[3]S. Shoimatul Ula, Op. Cit, hlm 9
[5]Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 3
[6] Winardi,Kepemimpinan Dalam Manajemen.
(Bandung : Alumni, 2000), hlm. 36.
[7] Agus Dharma. Gaya Kepemimpinan yang Efektif bagi Para
Manajer.(Jakarta :CV. Sinar Baru, 1994), hlm. 42.
[8]Nanang Fattah, Op.
Cit., hlm. 88
[11]http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/10/kepemimpinan-dalam-sekolah/,
diakses pada tanggal 20 Desember 2013 pukul 16.50 WIB.
[13] Fremont E.Kast, dan
James E. Rosenzweig, Organisasi dan
Manajemen(Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hlm.536.
[16]DanimSudarwan
dan Suparno,
Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan,
(Jakarta:
Rineka Cipta,
2008),
hlm. 87-94.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar