Sugeng Rawuh Teng Blog Kula "Dinazad"

Minggu, 10 Mei 2015

Manajemen Kepemimpinan



MANAJEMEN KEPEMIMPINAN DI SMA

 

Dosen Pengampu :Hafied Hasan, M.M

Description: Description: 3--STIT black-RALAT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu Mata Kuliah
Manajemen Pendidikan Semester 3 di STIT Pemalang
Tahun Akademik 2013/2014

Disusun Oleh :

Nama         :  Dinazad
NIM           :  3120040
Semester    :  3 Reguler (B)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAHPEMALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
            Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin.Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya.Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama.
            Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-mimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya.
            Motivasi orang untuk berperilaku ada dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.Dalam hal motivasi ekstrinsik perlu ada faktor di luar diri orang tersebut yang mendorongnya untuk berperi-laku tertentu.Dalam hal semacam itu kepemimpinan adalah faktor luar.Sedang motivasi intrinsik daya dorong untuk berperilaku tertentu itu berasal dari dalam diri orang itu sendiri.Jadi semacam ada kesadaran kemauan sendiri untuk berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki mutu kerjanya.kepemimpinan harus diarahkan agar orang-orang mau berkerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi perilaku yang ditimbulkan oleh kepemimpinan itu berupa kesediaan orang-orang untuk saling bekerjasama mencapai tujuan organisasi yang disepakati bersama.
            Dalam implementasinya kepemimpinan yang berhasil adalah yang mampu menumbuhkan kesadaran orang-orang untuk melakukan peningkatanpeningkatan mutu kinerja dan terciptanya kerjasama dalam kelompok-kelompok untuk meningkatkan mutu kinerja masing-masing kelompok secara terpadu.Adanya kerjasama-kerjasama kelompok merupakan salah satu kunci keberhasilan.
            Dalam proses tersebut pimpinan membimbing, memberi pengarahan, mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diingini bersama. Semua yang dilakukan pimpinan harus bisa dipersepsikan oleh orang lain dalam organisasinya sebagai bantuan kepada orang-orang itu untuk dapat meningkatkan mutu kinerjanya.
            Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang sangat penting.Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus bermutu, atau memberi pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu adalah suatu keharusan yang mulia, dan lain sebagainya. Dengan nilai-nilai baru yang dimiliki itu orang akan tumbuh kesadarannya untuk berbuat yang lebih bermutu. Dalam ilmu pendidikan ini masuk dalam kawasan affective.
            Kepemimpinan yang merupakan faktor eksternal tadi, harus selalu dapat memotivasi anggota organisasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan mutu. Tetapi kalau setiap kali dan dalam setiap hal harus memberi perintah atau pengarahan, itu akan menimbulkan kesulitan. Kalau setiap melakukan pekerjaan dengan baik itu harus dengan perintah pimpinan, dan kalau tidak ada perintah pimpinan tidak dilakukan pekerjaan dengan baik, maka perbaikan mutu kinerja yang terus menerus akan sulit diwujudkan.
            Oleh karena itu agar kepemimpinan itu selain untuk memberi pengarahan atau perintah tentang hal-hal yang perlu ditingkatkan mutunya, juga perlu digunakan untuk menumbuhkan motivasi intrinsik, yaitu menumbuhkan kesadaran akan perlunya setiap orang dalam perguruan tinggi itu selalu berupaya meningkatkan mutu kinerjanya masing-masing secara individual maupun bersama-sama sebagai kelompok ataupun sebagai organisasi. 


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa arti dari manajemen kepemimpinan?
2.      Apa fungsi pemimpin dalam sebuah kelompok?
3.      Ada berapa tipe dan gaya kepemimpinan?
4.      Bagaimana kepemimpinan yang diterapkan di SMA Hasyim Asy’ari Bojongbata Pemalang ?

C.    Tujuan
1.      Memahami arti dari manajemen kepemimpinan
2.      Memahami fungsi pemimpin dalam kelompok
3.      Mengetahui tipe dan gaya kepemimpinan
4.      Mengetahui penerapan kepemimpinan dalam lingkungan SMA Hasyim Asy’ari Bojongbata Pemalang
  
D.    Manfaat
1.      Dengan makalah ini diharapkan dapat mengetahui bagaimana kepemimpinan di SMA Hasyim Asy’ari terhadap efektivitas pengembangan sekolah dan proses pembelajaran.
2.      Menambah pengetahuan tentang pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas pengembangan sekolah dan proses pembelajaran.








BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Pengertian Manajemen Kepemimpinan
Jika ditinjau dari segi bahasa, manajemen berasal dari kata, “to manage” yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola.[1] Sedangkan secara terminologi, beberapa ahli mendefinisikan manajemen dengan pengertian yang berbeda-beda, diantaranya :
1.      Prof. Dr. A. Sanusi, SH.,MPA
Mengartikan manajemen sebagai suatu sistem perilaku manusia yang koperatif, yang dipimpin secara teratur melalui usaha yang terus-menerus dan merupakan tindakan yang rasional.[2]
2.      Stoner dan Freeman
Mengemukakan bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.[3]
3.       Mary Parker Follet
Mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.[4]
Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat diartikan bahwa manajemen sebagai seni, ilmu, proses dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, sekaligus sebagai pengendalian terhadap orang-orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Mendefinisikan manajemen sebagai sebuah seni, mengandung arti bahwa hal itu adalah suatu kemampuan, keahlian, kemahiran, serta keterampilan pribadi dalam aplikasi ilmu pengetahuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Sedangkan manajemen yang diartikan sebagai suatu ilmu, merupakan akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasikan untuk mencapai kebenaran umum.[5]
Sedangkan manajemen yang diartikan sebagai suatu proses, adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan.
Manajer/Pemimpin adalah seorang yang karena pengalaman, pengetahuan, dan keterampilannya diakui oleh organisasi untuk memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan mengembangkan kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
Kepemimpinan adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen berusaha untuk mewujudkan agar arah tadi bisa tercapai Manajemen dan kepemimpinan, sebenarnya apa perbedaan mendasar kedua istilah itu? Dua kata itu, manajemen dan kepemimpinan sangat sering kita dengar.Kadang kata itu sering kita persamakan artinya.Ketika kita melihat sekolah yang sangat berkembang kita sering mengatakan, “manajemen di sana baik.”Kadang kita berkata, namun kata manajemen begitu melanda dalam kehidupan sehari-hari.
            Menurut Winardi[6]kepemimpinan adalah hubungan di mana satu orang yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk bekerja sama secara suka rela dalam usaha mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan untuk mencapai hal yang diinginkan oleh pemimpin. Sementara menurut[7], kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi efektivitas kerja seorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
            Pengertian tersebut di atas mengandung beberapa unsur pokok antara lain :
a.       Kepemimpinan harus melibatkan orang lain yaitu : pengikut atau bawahan karena kesediaan untuk menerima pengarahan dari pimpinan anggota kelompok membantu menegaskan status kepemimpinan dan memungkinkan proses kepemimpinan. Tanpa bawahan sama sifat-sifat kepemimpinan akan menjadi tidak relevan.
b.      Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan beberapa aktivitas anggota kelompok yang tidak dapat dengan cara yang sama mengarahkan aktivitas pemimpin.
c.       Pemimpin bisa mempengaruhi pengikut atau bawahannya dan bisa mengarahkan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.
            Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.Semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, maka makin besar potensi kepemimpinan yang efektif.[8]
            Komponen-komponen yang menjadi pegangan seorang pemimpin dalam penggerakan anggota-anggota adalah sebagai berikut :
1.      Drive/dorongan, akan menghasilkan inisiatif, dan menimbulkan energi yang tinggi dan hasrat untuk berprestasi;
2.      Motivation/motivasi, memiliki kekuatan dan hasrat untuk memimpin dan mendorong pelibatan anggota dalam mewujudkan visi; \
3.      Integrity/integritas/keutuhan/kejujuran, menimbulkan kepercayaan yang penuh dalam bekerjasama dengan yang lain, dan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan;
4.      Self Confidence/percaya diri, memperlihatkan nilai kepercayaan dalam melakukan transaksi dengan orang lain;
5.      Knowledge/pengetahuan, pemahaman yang penuh tentang organisasi.
           

B.     Teori Kepemimpinan
Teori tentang gaya kepemimpinan ada tiga, yaitu:
1.      Teori sifat (the trait theories)
Menurut Sutisna dalam Sudarmiani[9]teori sifat menunjuk pada sifat-sifat tertentu, seperti kekuatan fisik atau keramahan yang esensial pada kepemimpinan yang efektif. Teori ini menyarankan beberapa syarat yang harus dimiliki pemimpin yaitu: kekuatan fisik dan susunan syaraf, penghayatan terhadap arah dan tujuan, antusiasme, keramah tamahan, integritas, keahlian teknis, kemampuan mengambil keputusan, intelegensi, ketrampilan memimpin, dan kepercayaan[10].
2.      Teori perilaku (the behaviour theories)
Teori ini memfokuskan dan mengidentifikasikan perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi orang lain (pengikut). Berdasarkan teori perilaku, macam-macam gaya kepemimpinan yaitu:
a.       Studi kepemimpinan universitas IOWA yang dilakukan oleh Ronald Lippit dan K. White menghasilkan tiga gaya kepemimpinan yaitu:
1)      Otoriter: kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh pimpinan
2)      Demokratis: kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan dan bawahan secara bersama-sama
3)      Kebebasan: kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan diserahkan pada bawahan
b.      Studi OHIO
                        Ada empat gaya kepemimpinan berdasarkan pernyataan Hersey dan Blancard yaitu:
1)      Telling: banyak memberi perintah tetapi sedikit memberi semangat
2)      Selling: banyak memberi perintah dan semangat
3)      Participating: sedikit memberi perintah tetapi banyak memberi semangat
4)      Delegating: sedikit memberi perintah dan semangat
c.       Studi Michigan
Peneliti dari universitas Michigan menemukan dua macam gaya kepemimpinan yaitu:
1)      The job-centered: berpusat pada pekerjaan yang sangat memperhatikan produksi dan aspek-aspek teknik kerja
2)      The employee-centered: berpusat pada pegawai yang sangat menghargai pegawai, memperhatikan kesejahteraan, dan kesehatan pegawai.
d.      Manajerial grid (jaringan manajerial)
                        Penelitian ini dilakukan oleh Robert R. Blake dan James S. Mouton yang menyatakan ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu:
1)      Concern for production: perhatian pada produksi yang menekankan pada mutu keputusan, prosedur, kualitas pelayanan staff, efisiensi kerja, dan jumlah pengeluaran.
2)      Concern for people: perhatian pada orang yang menekankan perhatian untuk karyawannya.
e.       Sistem kepemimpinan Likert
                        Likert mengembangkan teori kepemimpinan dua dimensi yaitu berorientasi tugas dan berorientasi individu. Emapat sistem kepemimpinan menurut Likert adalah:
1)      Sistem 1: pemimpin sangat otokratis. Memiliki sedikit kepercayaan pada bawahannya dan suka mengeksploitasi bawahan. Pemimpin juga sering memberi hukuman.
2)      Sistem 2: pemimpin otokratis yang baik hati. Pemimpin mendengae pendapat dari bawahan, memotivasi dengan hadiah dan hukuman, tetapi bawahan masih merasa tidak bebas membicarakan pekerjaan dengan atasan.
3)      Sistem 3: pemimpin mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan. Pemimpin melakukan sedikit partisipasi sehingga bawahan merasa sedikit bebas membicarakan pekerjaan dengan atasan.
4)      Sistem 4: pemimpin bergaya kelompok partisipatif. Pemimpin mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahan, mempersilahkan bawahan untuk menyampaikan ide-ide inovasi sehingga bawahan merasa bebas membicarakan pekerjaan dengan atasan. [11]
3.      Teori Situasional
Teori ini menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam situasi tertentu. Gaya kepemimpinan berdasarkan teori situasional adalah:
a.       Teori kepemimpinan kontingensi
            Teori ini dikembangkan oleh Fiedler dan Chemers yang menyatakan bahwa seseorang yang menjadi pemimpin bukan hanya karena faktor kepribadian yang dimiliki, tetapi juga faktor situasi dan saling hubungan antara pemimpin dengan situasi. Ada dua gaya kepemimpinan menurut teori ini, yaitu:
1)      Gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas
2)      Gaya kepemimpinan yang mengutamakan hubungan kemanusiaan
            Tiga faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan yaitu:
1)      Hubungan antara pemimpin dengan anggota
2)      Variabel struktur tugas dalam situasi kerja. Tugas yang berstruktur adalah tugas yang memiliki prosedur berupa langkah-langkah untuk penyelesaian tugas itu telah tersedia.
3)      Variabel kekuasaan karena posisi pimpinan[12].
b.      Teori kepemimpinan tiga dimensi
            Teori ini dikemukakan oleh Reddin yang merumuskan empat kelompok gaya dasar kepemimpinan yaitu:
1)      Separated: pemisah
2)      Dedicated: pengabdi
3)      Related: penghubung
4)      Integrated: terpadu
c.       Teori kepemimpinan situasional
            Konsep kepemimpinan situasional pertama kali dirumuskan oleh Paul Hersey dan Kenneth Blancard yang merupakan pengembangan dari teori kepemimpinan tiga dimensi yang didasarkan pada hubungan antara tiga faktor yaitu peirlaku tugas, perilaku hubungan, dan kematangan. Gaya kepemimpinan berdasarkan teori ini yaitu:
1)      Gaya mendikte (telling): diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan rendah dan memerlukan petunjuk serta pengawasan yang jelas.
2)      Gaya menjual (selling): diterapkan jika anak buah memiliki kemauan untuk melakukan tugas tapi belum didukung oleh kemampuan yang memadai.
3)      Gaya melibatkan diri (participating): diterapkan jika anak buah memiliki kemampuan tetapi kurang percaya diri.
4)      Gaya kendali bebas (delegating): diterapkan jika anak buah memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan tugas sehingga dapat diberikan tanggung jawab secara penuh.

C.    Gaya Kepemimpinan
            Menurut Fremont E. Kast dan Janes E. Rosenzweig[13] ada 3 gaya kepemimpinan dalam kelompok yang relatif menonjol di mana 3 gaya ini berorientasi pada tugas, yaitu :
a.       Kepemimpinan gaya otoriter adalah suatu kepemimpinan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan kegiatan yang akan dilakukan, diputuskan oleh pemimpin. Dengan ciri tersebut berarti memberikan instruksi secara pasti, menuntut kerelaan, menekankan pelaksanaan tugas, melaksanakan pengawasan tertutup, bawahan tidak mempengaruhi keputusan, memakai paksaan, ancaman dan kekuasaan untuk melakukan disiplin serta menjamin pelaksanaannya.
b.      Kepemimpinan gaya demokratis adalah suatu gaya kepemimpinan di mana guru dilibatkan dalam penentuan sasaran strategi dalam pembagian tugas. Dengan ciri tersebut seperti memperhatikan pandangan bawahan, memberikan bimbingan pada masa-masa yang timbul dan melibatkan perasaan sendiri dalam membantu bawahan dalam mencapai tujuan organisasi.
c.       Kepemimpinan gaya liberal adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan pada bawahan. Ciri kepemimpinan ini yaitu bawahan menentukan tujuan dan mengambil keputusan sendiri, pemimpin hanya memberikan nasehat atau pengarahan sejauh yang diminta saja.
            Dari ketiga gaya kepemimpinan di atas pada prinsipnya semuanya baik tergantung pada situasi yang terjadi. Kepemimpinan demokratik adalah yang terbaik dalam keadaan normal. Sedangkan dalam keadaan darurat kepemimpinan otokratik akan lebih baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing gaya kepemimpinan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu kombinasi dari ketiganya disesuaikan dengan kondisi sekolah yang ada merupakan gaya kepemimpinan yang terbaik.
  
D.    Peran Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin dan Manajer Pendidikan yang Efektif
Kepala Sekolah adalah pemimpin dan pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan.Kepala sekolah harus mampu menjadi manajer yang efisien dan pimpinan yang efektif.
Pidarta dalam Sudarmiani[14] menyatakan bahwa kepala sekolah memiliki peran dan tanggung jawab sebagai:
1.      Manajer sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengadakan prediksi masa depan sekolah, melakukan inovasi untuk kemajuan sekolah, menciptakan kebijakan untuk mensukseskan pikiran-pikiran yang inovatif tersebut, menyusun perencanaan yang baik, menemukan sumber dan fasilitas pendidikan, dan melakukan kontrol terhadap pelaksanaan pendidikan
2.      Pemimpin sekolah. Kepala sekolah harus mampu menggerakkan orang lain agar secara sadar dan sukarela melaksanakan kewajibannya secara baik sesuai dengan apa yang diharapkan pimpinan dalam mencapai tujuan
3.      Administrator sekolah. Kepala sekolah harus mampu melakukan pengelolaan pengajaran, pengelolaan kepegawaian, pengelolaan kepeserta didikan, pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan keuangan, dan pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat
4.      Supervisor sekolah. Kepala sekolah harus mampu memberikan layanan kepada guru-guru baik secara individual ataupun berkelompok untuk memperbaiki pengajaran.
Pidarta dalam Malawi[15] mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk menyukseskan kepemimpinannya yaitu:
1)      Keterampilan konseptual adalah keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi
2)      Keterampilan manusiawi adalah keterampilan untuk bekerjasama, memotivasi dan memimpin.
3)      Keterampilan teknik adalah keterampilan dalam menggunakan pengetahuan metode, teknik, serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu
Selain itu kepala sekolah juga mengimplementasikan semboyan Ki Hajar Dewantoro yaitu ing ngarsa sung tuladha yang artinya didepan memberi contoh yang baik, ing madya mangun karsa yang artinya ditengah memberi semangat dan tut wuri handayani yang artinya dibelakang menciptakan prakarsa atau ide-ide kreatif.
Beberapa kunci sukses kepala sekolah untuk menjadi pemimpin dan manajer adalah:
a.       Mempercayai staf pengajar
b.      Mendelegasikan tugas dan wewenang. Kepala sekolah harus mendukung upaya pemecahan setiap masalah, tetapi tidak perlu memecahkan persoalan itu sendiri, karena dapat menyerahkan tugas itu kepada wakilnya.
c.       Adiraga. Kepala sekolah harus kuat secara fisik untuk dapat menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah.
d.      Membagi dan memanfaatkan waktu
e.       Tanpa toleransi atas ketidakmampuan. Kepala sekolah harus menetapkan standar-standar tertentu yang harus ditaati oleh Para stafnya.
f.       Peduli dengan staf pengajar
g.      Membangun visi
h.      Mengembangkan tujuan instittusi
i.        Cekatan dan tegas, sekaligus sabar
j.        Berani instrospeksi
k.      Memiliki konsistensi
l.        Bersikap terbuka
m.    Berjati diri tinggi[16]







BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN


A.    Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya.
Menurut Ibu Dra. Faridah seorang pemimpin harus selalu memanfaatkan kerja sama dengan bawahan untuk mencapai cita-cita organisasi. Dengan cara seperti itu beliau banyak mendapat bantuan pikiran, semangat, dan tenaga dari bawahan yang akan menimbulkan semangat bersama dan rasa persatuan, sehingga akan memudahkan proses pendelegasian dan pemecahan masalah yang semuanya memajukan perencanaan pendidikan.
Ibarat tubuh manusia, pemimpin adalah otaknya.Otak adalah bagian utama yang membuat seluruh organ tubuh berfungsi. Otak memungkinkan seluruh tubuh melakukan suatu pekerjaan, menghasilkan sesuatu atau mencapai suatu tujuan sesuai ide sang otak. Bahkan selagi otak berfungsi dengan baik, seseorang dapat bepergian ke mana saja meski tidak memiliki tangan dan kaki.Sebagaimana otak manusia yang dipilahkan ke dalam tipe genius, cerdas, normal dan bawah normal, kualitas pimpinan sebagai “otak sekolah” juga beragam.Ada pemimpin sekolah yang cerdas, kreatif, dan penuh tanggung jawab, tapi ada pula yang kurang kreatif, kurang cerdas dan kurang bertanggung jawab.
Pemimpin bertugas untuk membimbing dan mengarahkan bawahan agar bekerja sesuai tujuan sekolah.Oleh karena itu, pemimpin sekolah dituntut memiliki keberanian dan kemampuan menggerakkan bawahan, siswa dan wali murid agar arahan dan instruksinya didengar dan dilaksanakan.
Ketika setiap hari kepala sekolah dan guru terlibat dalam upaya ”mengelola hal-hal yang berantakan”, dan mengatasi krisis yang selalu muncul selama masa sekolah, mereka perlu memahami apa masalahnya dan apa yang sedang mereka coba bereskan. Tanpa pemahaman rasional, mereka akan hanyut dalam reaksi-reaksi instingtif terhadap aneka masalah yang dihadapi, sehingga justru menambah masalah dan beban stres mereka. Bersikap seimbang dan fokus harus selalu dimunculkan untuk memulihkan stabilitas ditengah-tengah simpang-siur aktivitas sehari-hari, sekaligus untuk memulihkan energi yang terus melemah Starratt mengingatkan para kepala sekolah, untuk menyadari beberapa unsur dalam landasannya sendiri, yakni bersikap adil membantu para guru, dan menyediakan guru-guru terbaik bagi para siswa.
Bagaimanapun ia harus berusaha menguntungkan semuanya: guru untung, siswa untung, kepala sekolah untung, dan dewan guru pun untung. Ia akan menghindari situasi dimana satu pihak diuntungkan dengan mengorbankan pihak lain. Sadar akan banyaknya hal yang dipertaruhkan, ia lebih mungkin mengarahkan situasi sehingga tidak merosot menjadi situasi untung rugi atau menang kalah. Ia akan menghormati nilai-nilai mereka dan tidak akan terpaksa untuk mengorbankan satu pihak demi menguntungkan yang lain.

B.     Pengambilan Keputusan
            Di dalam sebuah sekolah, Pengambilan keputusan mengambil andil yang sangat penting untuk menjaga keharmonisan dalam sekolah itu sendiri. Untuk dapat melakukan pengambilan keputusan dengan tepat, beliau mengatakan ada komponen-komponen yang harus diperhatikan.
            Yangpertama adalah profesioanlisme, tidak hanya kepala sekolah saja yang harus profesional, para guru selain mengajar harus profesional sebagai pemimpin di kelas, manager kelas, dan organisator. Sebagai pemimpin di kelas guru harus bisa menyuruh anak didiknya agar mengikuti kegiatan belajar mengajar, sebagai manager kelas harus memiliki kemampuan mengatur suasana yang nyaman di kelas, dan sebagai organisator harus bisa bekerjasama dengan sesama guru dan dengan kepala sekolah.
            Yang kedua adalah harus memiliki pertimbangan sebelum mengambil keputusan, apakah keputusannya sudah matang atau belum. Yang ketiga adalah harus melihat konteks situasional, yaitu mencari latar belakang permasalahan.
            Yang keempat adalah pengalaman, hal ini sangat penting karena seseorang yang tidak memiliki pengalaman mengenai kepemimpinan akan sangat sulit memperoleh jawaban yang tepat dalam pengambilan keputusan. Dan yang terkhir adalah bersikap terbuka dan selektif terhadap masukan-masukan dari orang lain  terutama para orang tua wali  peserta didik karena sangat berpengaruh terhadap kemajuan sekolah. 

C.    Gaya Kepemimipinan
            Gaya kepemimpinan dalam ruang lingkup pendidikan khususnya di SMA Hasyim Asy’ari Bojongbata Pemalang adalah gaya kepemimpinan Situasional. Maksud dari gaya kepemimpinan adalah menyesuaikan situasi atau konteks masalah dan orang yang dipimpin. Boleh jadi menggunakan gaya kepemimpinan demokratis dan juga menggunakan gaya kepemimpinan otoriter.
            Adapun gaya atau tipe kepemimpinan gaya Open Management atau Demokrasi menunjukkan bahwa hubungan antara pimpinan dan orang-orang dipimpin atau bawahannya diwujudkan dalam bentuk human relationship atas dasar prinsip saling harga menghargai dan hormat menghormati. Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin demokratis mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari bawahannya, juga kritik-kritik yang membangun dari anggota diterimanya sebagai umpan balik atau dijadikan bahan pertimbangan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.
            Mencermati uraian di atas bahwa pemimpin yang bertindak demokratis itu memiliki sifat kooperatif, suka bermusyawarah, dan senang bertanya kepada anggota tentang hambatan atau sarana yang diperlukan bagi kelancaran tugas yang telah diberikan kepada mereka.Lebih penting lagi bahwa tipe kepemimpinan yang demokratis ini lebih dekat dan terkait dengan sikap tidak keras dan kasar, tetapi justru senag bersikap lemah-lembut atau humanis dalam menegakkan aturan dan/atau di dalam memberikan perintah kepada bawahanya.
            Tipe kepemimpinan semacam ini memiliki pribadi yang terbuka.Dia mau menerima masukan dan kritik dari anggotanya. Sekaligus bersikap supportif dan mendukung apa yang menjadi ide atau usul anggota, selama ide itu ditujuan untuk kemajuan lembaga. Untuk menumbuhkan iklim yang harmonis, pemimpin ini juga memperhatikan kebutuhan bawahan atau kesejahteraannya. Dalam mengambil suatu keputusan, pemimpin yang demokratis akan mengedepankan prinsip musyawarah dengan orang-orang yang ada dalam tanggungjawabnya. Bahkan tidak akan mengambil suatu keputusan hanya didasarkan atas pendapat seorang saja.
            Gaya kepemimpinan otoriter diterapakan pada orang-orang yang diatur, namun dalam ruang lingkup pendidikan gaya kepemimpinan ini bukan ditujukan untuk menakut-nakuti atau membatasi kebebasan namun lebih diarahkan untuk tujuan mendidik ke arah yang baik. Misalkan peserta didikSMA Hasyim Asy’ari harus menaati semua peraturan dan tata tertib berlaku. Sehingga dalam konteks ini gaya kepemimpinan otoriter sangat dibutuhkan dan wajib dilakukan oleh pemimpin khususnya kepala sekolah dan para guru-guru di SMA Hasyim Asy’ari Bojongbata Pemalang.
             
D.    Pengembangan Sekolah
            Mengenai keadaan sekolah SMA Hasyim Asy’ari Bojongbata Pemalang, Ibu Kepala Sekolah menilai perkembangan sudah cukup lumayan bagus namun masih membutuhkan penambahan bangunan lagi. Beberapa bulan yang lalu telah dibangun ruangan-ruangan baru yang digunakan untuk laboratorium IPA, perpustakaan, ruang UKS, pembangunan ruangan baru untuk aula dan kedepannya pihak sekolah akan membangun sarana dan prasarana kembali, misalnya seperti membangun toilet karena toilet yang ada saat ini dinilai masih belum memenuhi standar kebersihan dan kenyamanan. Penambahan jumlah komputer untuk penunjang kegiatan belajar mengajar. Dan juga pembangunan ruang kelas baru untuk mendukung proses pembelajaran.      
            Untuk meningkatkan kualitas dan pengembangan kemampuan akademik dan non akademik peserta didikbeliau juga memberikan program tambahan. Progam tambahan tersebut meliputi ekstrakulikuler dan pemberian jam les. Hal ini ditujukan agar kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif peserta didikSMA Hasyim Asy’ari Bojongbata Pemalangdapat berkembang.
            Pemberian pendidikan agama  Islamdi SMA Hasyim Asy’ariyang lebih banyak dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain, kepala sekolah berkeinginan untuk menanamkan nila-nilai agama kepada peserta didik. Hal ini penting karena tidak akan ada gunanya orang-orang yang memiliki intelegensi tinggi kalau tidak memiliki akhlak yang baik, orang tersebut tidak akan mampu memberikan manfaat kepada orang lain.
            Mengingat dari kebijakan yang diambil oleh kepemimpinan kepala sekolah tidak lepas dari langkah-langkah yang di ambil dalam rangka meningkatkan proses belajar mengajar dan menghasilkan output lulusan yang berkualitas maka kepala sekolah SMA Hasyim Asy’ari mengambil langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Secara Akademik
      Kepala sekolah menilai dari sisi kriteria lulusan, secara akademik masing-masing siswa diharuskan maksimal nilai raport memperoleh nilai yang bagus, guna untuk mengejar hal tersebut kepala sekolah mengambil langkah, yaitu :
1)      Secara Lahiriah, menambah jam pelajaran (Remedial) khususnya bagi kelas XII yang mau mengadakan kelulusan, dan mengadakan kompetensi kesekolahan seperti dilaksanakannya ujian kompetensi menghafal surat pendek, dengan ini diharapkan lulusan atau output yang dihasilkan memiliki bekal dilingkungan masyarakat.
2)      Secara Batiniah, tidak cukup kiranya melakukan usaha tanpa adanya dorongan batin yaitu do’a, selaras dengan semboyan “Manusia Berusaha Tuhan Yang Menentukan” dengan semboyan inilah kepala sekolah mengadakan sebuah kegiatan yang tujuannya pembersihan jiwa dengan cara sholat dhuha, dan Istigosah bersama. Yang intinya meminta kepada tuhan diberi kelapangan dada, dan dimudahkan dalam melakukan segala pekerjaan.
b.      Non Akademik
      Secara non akademik langkah yang diambil oleh kepala sekolah terhadap peningkatan kualitas lulusan yaitu :
1)      Menyampaikan arahan dan himbauan kepada siswa (anak didik) agar selalu mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Baik yang berkaitan dengan kedisiplinan, kerajinan dan kegiatan-kegiatan yang telah diadakan di sekolah seperti kegiatan remedial dan ekstrakurikuler.
2)      Mengadakan pengawasan secara intensif terhadap tenaga pengajar yaitu guru. Upaya kepala sekolah juga melihat dari sisi proses dan hasil pendidikan, sehingga dalam rangka menghasilkan output lulusan yang berkualitas langkah yang diambil oleh kepala sekolah ialah proses input siswa.
            Upaya lain yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka peningkatan kualitas lulusan tidak lepas dari pengawasan kepala sekolah itu sendiri kepada para bawahan (guru dan staf), dalam tiap satu bulan sekali kepala sekolah mengadakan evaluasi kinerja oleh masing-masing guru pengajar, guna mendapat masukan dari masing-masing guru terkait dengan tingkat keefektifan dalam proses belajar mengajar. Selain itu kepala sekolah juga mengadakan semacam pemupukan terhadap anak didik dengan cara remidi.

E.     Tantangan dan Hambatan selama Menjadi Kepala Sekolah
            Sebagai Kepala Sekolah SMA Hasyim Asy’ari Bojongbata Pemalang beliau memiliki tanggung jawab yang besar dalam memimpin sekolah. Banyak tantangan dan hambatan yang harus dihadapi oleh beliau, yaitu dalam hal pembagian waktu yang sangat padat. Beliau adalah termasuk orang yang sangat sibuk, selain menjadi kepala sekolah SMA Hasyim Asy’ari Bojongbata Pemalang, beliau juga merupakan aktifis dalam organisasi. Karena sering bolak-balik dari memimpin sebagai kepala sekolah dan sering ke luar kota beliau sering kehilangan waktu banyak untuk beristirahat.    
            Meskipun beliau memiliki kesibukan yang berlebih namun beliau tidak melupakan tugasnya sebagai kepala SMA Hasyim Asy’ari Bojongbata Pemalang. Sehingga proses pengawasan dan proses pembelajaran di sekolah yang beliau pimpin masih dapat berjalan dengan baik dan lancar.
            Adapun faktor yang menghambat kepemimpinan kepala sekolah adalah sebagai berikut :
1.      Faktor Siswa
      Tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh setiap peserta didik menjadi arah kebijakan penentu tingkat keberhasilan kearah kualitas lulusan serta tujuan pembelajaran yang sudah menjadi visi dan misi lembaga. Sudah barang tentu kepemimpinan kepala sekolah sekaligus menjadi arah penentu keberhasilan sekolah memerlukan input siswa yang baik supaya proses dan out yang dihasilkan baik pula.
      Kepala sekolah juga menambahkan terkait hal ini, bahwa mayoritas siswa yang sekolah dilembaga SMA Hasyim Asy’ari Pemalang dilihat dari letak geografis anak didik berlatar belakang orang tua bekerja petani, di mana yang notabenenya berpendidikan rendah itupun kalau lulus pendidikan dasar. Dan dukungan dari orang tua sangat minim sekali untuk memberikan motivasi kepada anaknya untuk belajar, sehingga yang terjadi anak tersebut menjadi malas belajar dan menyebabkan anak itu membangkang terhadap orang tua.  Begitu juga siswa SMA Hasyim Asy’ari Pemalangtidak semuanya memiliki intelektual yang tinggi dibandingkan dengan siswa-siswa di sekolah lainnya.Kepala sekolah juga melihat dari sisi ekonominya, siswa yang sekolah di sini juga tidak mayoritas dari kalangan ekonomi menengah keatas, hal inilah kepala sekolah kesulitan untuk menentukan arah kebijakan sekolah menuju hasil yang berkualitas.
2.      Sarana dan prasarana
      Untuk kelancaran suatu proses, sudah barang tentu aspek sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat vital dan harus ada. Demikian juga dalam upaya untuk menciptakan kondisi proses pembelajaran yang kondusif. Agar proses pembelajaran dapat terlaksana sebagaimana tujuan yang telah ditetapkan, maka perlu didukung oleh sarana-prasarana yang sesuai dengan kebutuhan. Tanpa hal tersebut, proses yang dilakukan pasti akan mengalami hambatan yang besar.

F.     Strategi dalam Menghadapi Tantangan dan Hambatan selama Menjadi Kepala Sekolah
            Meskipun beliau sibuk menjalankan aktivitas sebagai Kepala Sekolah SMA Hasyim Asy’ari dan kesibukan lainnya, beliau juga termasuk orang yang sangat ulet dalam mengatur waktu dan itu semua sudah diterapkan semenjak beliau masih muda hingga saat ini. Hampir setiap hari atau setiap saat beliau tidak pernah terlihat menganggur, selalu ada waktu yang digunakan beliau untuk berktivitas. Padahal kebanyakan orang biasanya lebih suka menghabiskan waktu untuk beristirahat di rumah daripada sibuk melakukan aktivitas kerja namun semangat beliau tidak kalah dengan anak muda. Jarang ada waktu senggang yang digunakan beliau untuk beristirahat di rumah karena kesibukannya yang sangat padat.
            Meskipun hanya memiliki sedikit waktu istirahat, kesibukannya tersebut justru malah menjadi berkah. Aktivitas yang padat dijadikan suatu kebahagiaan batin.
            Adapun strategi dalam menghadapi tantangan dan hambatan sebagai kepala sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung yaitu faktor guru, faktor orang tua/wali murid, dan sarana prasarana.
1.      Faktor Guru
      Dalam rangka mendukung terwujudnya suasana proses belajar mengajar yang berkualitas di sekolah diperlukan adanya guru yang profesional. Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personality, dan sosial. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga harus memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik.
      Dari hasil observasi kami, guru-guru di SMA Hasyim Asy’ari setidaknya sudah memenuhi karakteristik menjadi guru profesional, karena melihat data yang diperoleh dilapangan tenaga pengajar mayoritas lulusan sarjana (S.1).
Hal ini sesuai dengan pernyataan kepala sekolah SMA Hasyim Asy’ari bahwa: “Persyaratan bagi calon guru yang mau mengajar di SMA Hasyim Asy’ari minimal lulusan strata satu (S.1).”
      Pernyataan ini sangat dipertahankan bagi kepemimpinan kepala sekolah karena dengan kreteria ini diharapkan hasil proses belajar mengajar memberikan suasana yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
2.      Faktor orang tua/wali murid
      Kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak merupakan upaya langsung untuk membantu anak termotivasi untuk belajar. Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama anak-anaknya di lingkungan keluarga, memiliki nilai signifikan dalam hubungannya dengan proses pendidikan. Dorongan dan dukungan orang tua merupakan hal yang terpenting bagi anak-anak yang duduk di bangku sekolah.Semakin orang tua memahami dengan baik, dan mendukung anak-anaknya, maka makin membantu mereka termotivasi dan mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar.
      Titipan orang tua kepada lembaga juga memotivasi terhadap kepemimpinan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan minat bakat serta kreatifitas anak didik di sekolah.
















BAB IV
PENUTUP


A.    Simpulan
Penulis dapat menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah di SMA Hasyim Asy’ari Bojongbata Pemalang  bersifat situasional dan demokrasi. Dimana gaya kepemimpinan tersebut sangat berpengaruh terhadap efektivitas dan efisien kerja guru yang sangatpenting. Tanpa adanya kepemimpinan kepala sekolah, efektivitas kerja guru tidak akan berjalan dengan lancar,ini dikarenakan seorang pemimpin adalah otak organisasi. Seorang pemimpin mengharapkan guru dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
Kepala sekolah sebagai manajer hendaknya dapat menerapkan pola kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan yang efektif dalam manajemen sekolah sangat dibutuhkan untuk memberdayakan segala sumber daya manusia, dana, serta fasilitas yang ada.
Untuk melaksanakan tugas kepala sekolah dibantu oleh wakil di bidang kurikulum, kesiswaan, sekretaris, bendahara dan tata usaha.Dan apabila fungsi manajemen sekolah dilihat dari aktivitas manajemennya meliputi kegiatan manajerial oleh kepala sekolah dan kegiatan operatif oleh para pembantu pelaksananya.
Kepala sekolah adalah pemimpin sekolah yang mengatur dan menetapkan fungsi administrasi termasuk didalamnya fungsi pengawasan (supervisi).Selain kepala sekolah, guru juga mempunyai peran yang sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan.
Kepala Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan arah jalannya suatu proses pembelajaran yang ada di sekolah dalam rangka pencapaian mutu pendidikan yang maksimal.



B.     Saran
            Setelah terselesainya tugas akhir ini penulis mencoba memberikan saran yang nantinya mungkin dapat berguna bagi semua pihak. Adapun sasarannya antara lain:
1.      Hendaknya kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan demokratik tidak hanyadengan orang tua peserta didik saja, tetapi juga kepada guru-guru pengajar karena gayakepemimpinan demokratik adalah yang terbaik dalam keadaan normal.
2.      Untuk menjadi seorang pemimpin dan manajer yang baik diperlukan pengetahuan tentang gaya kepemimpinan dan tugas-tugas sebagai pemimpin dan manajer. Seseorang dapat memilih gaya kepemimpinan yang sesuai dengan lingkungan organisasinya.
3.      Komunikasi yang baik dalam organisasi sekolah akan mendukung keberhasilan manajemen.
4.      Segala hambatan yang muncul harus dapat disikapi secara cermat oleh manajer sekolah.















DAFTAR PUSTAKA

Dharma, Agus.1994.Gaya Kepemimpinan yang Efektif bagi Para Manajer.Jakarta : CV. Sinar Baru.
Fattah,Nanang. 2011.Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
http://edukasi.kompasiana.com/kepemimpinan-dalam-sekolah/, diakses pada tanggal 20 Desember 2013 pukul 16.50 WIB.
Ibadullah, Malawi, dkk. 2010.Profesi Kependidikan. Madiun: IKIP PGRI Madiun.
Kast, Fremont E. dan Rosenzweig, James E. 1995.Organisasi dan Manajemen.Jakarta : Bumi Aksara.
Siswanto, Bedjo. 1990.Manajemen Modern. Bandung : Sinar Baru.
Sudarmiani. 2009. Diktat Manajemen Pendidikan. Madiun: IKIP PGRI Madiun.
Sudarwan, Danimdan Suparno. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ula, S. Shoimatul. 2013.Buku Pintar Teori-teori Manajemen Pendidian Efektif. Jogjakarta : Berlian.
Winardi. 2000. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Bandung  : Alumni.












Lampiran 1

Profil Sekolah dan Kepala Sekolah SMA Hasyim Asy’ari
Bojongbata Pemalang

I.            Profil Sekolah
1.      Nama Sekolah                   :   SMA HASYIM ASY’ARI PEMALANG
2.      Tanggal Berdiri                 :    13 Juli 1983
3.      Alamat                               :   Jl. Jalan Letjend. D.I. Panjaitan No. 32
                                               Bojongbata – Pemalang
4.      Status Sekolah                     Swasta
5.      Status Akreditasi                 B
6.      N.DS                                 :    -
7.      N.S.S.                                  -
8.      Luas Lahan/ Tanah              -
9.      Status Tanah / sertifikat      Milik Yayasan
10.  Jumlah Ruang Belajar         5 Ruang kelas
11.  Jumlah rombongan belajar :  5 rombongan belajar , terdiri dari :
-          1 Kelas                        =   Kelas X
-          2 Kelas                        =   Kelas XI
-          2 Kelas                        =   Kelas XII
12.  Visi dan Misi Sekolah
a.       Visi
Mewujudkan SMA Hasyim Asy’ari yang berilmu amaliyah, beramal ilmiah, berakhlakul karimah dan terampil dalam berkarya.
b.      Misi
1)      Memberikan kemampuan bagi lulusan untuk minimal melanjutkan pendidikan
2)      Membekali keterampilan kepada siswa sesuai dengan bakat / minat sehingga menjadi siswa yang terampil, cerdas, beriman, bertaqwa, dan mampu mengkomunikasikan dirinya dan kemampuannya.
3)      Membekali dan melatih ketrampilan kepada siswa yang berpotensi tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi agar menjadi siswa wirausaha yang mandiri dan berakhlakul karimah.
4)      Menyiapkan lulusan untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat memahami dan menginternalisasi gagasan dan nilai masyarakat yang beradab, cerdas dan agamis.


II.            Description: \\Operator\DataWarnet\DINA_FILE\FOTO\SCAN _0002.jpgProfil Kepala Sekolah TK


1.      Nama                                        :    Dra. Faridah
2.      Tempat, Tanggal Lahir             :    Brebes, 04 Juni 1964
3.      Jenis Kelamin                           :    Perempuan
4.      Pendidikan Terakhir                 :    S2
5.      Agama                                      :    Islam
6.      Mulai bekerja di sekolah ini      :    2007
7.      Alamat Rumah                         :    Jln. Tarakan III Perumnas Bojongbata
                                                      Pemalang












Lampiran 2

Daftar Guru dan Staf Karyawan
SMA Hasyim Asy’ari Pemalang
No
Nama
Tempat, Tanggal Lahir
Jabatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Dra. Faridah
Retno Setyaningsih, S.Pd.
Anik Kusprihatin, S.Pd.
M. Subhan Hakim, S.Ag.
Ukhrowiyah, S.Pd.
Imam Winarso, S.Pd.
Hadi Sucipto, SE.
Novita, S.Pd.
Syamsiyah Citrawati, A.Md.
Efa Nur Arifah, S.Pd.I
Umi Widiastuti, S.Kom
Dian Mayningsih, S.Pd.
M. Taufik Hidayat, S.Pd.
Ma’rifatul Mukaromah, S.HI.
Fifi Haryati, S.Pd.
Yudho Nugroho, S.Pd.
Nur Hikmah, S.Pd.
Suci Prikhatin, S.Pd.
Elly Purwintari, S.Pd.
Esmarawati, S.Pd.
Mulyoto
Isti Khalimah
Masruroh
Moh. Usman
Nur Efendi
Moh. Afifudin
Brebes, 04 Juni 1962
Pemalang, 15 Januari 1975
Pemalang, 31 Agustus 1977
Pemalang, 16 Februari 1969
Pemalang, 10 Mei 1977
Pemalang, 24 Januari 1981
Pemalang, 16 Januari 1979
Pemalang, 20 Juli 1986
Pemalang, 14 November 1985
Pemalang, 15 Desember 1980
Pemalang, 29 Januari 1976
Pemalang, 02 Mei 1984
Pemalang, 18 September 1982
Pemalang, 14 Desember 1985
Pemalang, 04 Agustus 1986
Pemalang, 28 September 1986
Pemalang, 02 Januari 1981
Pemalang, 10 Februari 1982
-
Surakarta, 08 Desember 1959
Pemalang, 12 Oktober 1964
Pemalang, 17 Agustus 1969
Pemalang, 15 Oktober 1976
Pemalang, 30 Desember 1961
Pemalang, 04 Februari 1967
Pemalang, 24 Februari 1988
Kepala Sekolah
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Ka. Tata Usaha
Tata Usaha I
Tata Usaha II
Pengaja Sekolah
Tukang Kebun
Security
Lampiran 3
Struktur Organisasi SMA Hasyim Asy’ari Pemalang
Tahun Pelajaran 2013/2014


 


























Lampiran 4

Jenis Sarana dan Prasarana yang Dimiliki Sekolah

No
Jenis
Keberadaan
Fungsi
Ada
Tidak Ada
Ya
Tidak
1
Ruang Kepala Sekolah


2
Ruang Kelas


3
Ruang Guru


4
Laboratorium IPA


5
Ruang BP / BK


6
Ruang TU


7
Laboratorium Bahasa


8.
Laboratorium Komputer


9.
Ruang UKS


10.
Perpustakaan


11.
Ruang Musik


12
Tempat Parkir


13
Mobil Sekolah


14.
Tempat Security


15
Kamar Mandi / WC


16
Dapur



                                               



Lampiran 5
Dokumentasi Hasil Observasi
di SMA Hasyim Asy’ari Bojongbata Pemalang
Description: \\Operator\DataWarnet\DINA_FILE\FOTO\SCAN _0001.jpgDescription: \\Operator\DataWarnet\DINA_FILE\FOTO\891910_153857801466932_300710132_o.jpg
Kepala SMA Hasyim Asy’ari Pemalang





Proses Pembelajaran di Kelas XII IPA
 
Description: \\Operator\DataWarnet\DINA_FILE\FOTO\304995_151264071628984_303244_n.jpg



Proses Pembelajaran di Lab. Komputer
 
Description: \\Operator\DataWarnet\DINA_FILE\FOTO\553764_351527501607160_386482265_n.jpg



[1]S. Shoimatul Ula, Buku Pintar Teori-teori Manajemen Pendidian Efektif, (Jogjakarta : Berlian, 2013), hlm. 7
[2] Bedjo Siswanto, Manajemen Modern, (Bandung : Sinar Baru, 1990), hlm. 3
[3]S. Shoimatul Ula, Op. Cit, hlm 9
[4]Ibid., hlm 10
[5]Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 3
[6] Winardi,Kepemimpinan Dalam Manajemen. (Bandung  : Alumni, 2000), hlm. 36.
[7] Agus Dharma. Gaya Kepemimpinan yang Efektif bagi Para Manajer.(Jakarta :CV. Sinar Baru, 1994), hlm. 42.
[8]Nanang Fattah, Op. Cit., hlm. 88
[9]Sudarmiani. Diktat Manajemen Pendidikan,(Madiun: IKIP PGRI Madiun, 2009), hlm. 42
[10]MalawiIbadullah (dkk), Profesi Kependidikan. (Madiun: IKIP PGRI Madiun, 2010), hlm. 56.
[11]http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/10/kepemimpinan-dalam-sekolah/, diakses pada tanggal 20 Desember 2013 pukul 16.50 WIB.
[12]Fattah, Nanang. Op. Cit., hlm.96.
[13] Fremont E.Kast, dan James E. Rosenzweig, Organisasi dan Manajemen(Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hlm.536.
[14]Sudarmiani. Op. Cit., hlm. 56.
[15]Malawi Ibadullah (dkk). Op. Cit., hlm.71.
[16]DanimSudarwan dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 87-94.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar