Cantik, suatu hal yang pastinya ingin dimiliki oleh setiap wanita di seluruh dunia. Banyak produsen yang menawarkan cara agar wanita terlihat cantik. Mulai dari prodak make up, memakai krim kecantikan, krim pelindung dan lain sebagainya.
Kecantikan, tidaklah datang hanya
dari fisik. Kecantikan yang sejati datangnya dari jiwa atau hati yang memancar
berpendar-pendar. Cantik adalah perkara kenyamanan, ketenangan dan kematangan
jiwa.
Dalam perspektif yang rutin,
cantik dipahami secara fisik : putih, mengkilat, ramping, serba terbuka, dan
menonjolkan kelebihan yang melekat pada raga. Perlombaan menjadi cantik pun
menjadi ajang memoles segala hal fisik yang melekat pada badan atau raga. Cantik
menjadi persoalan kecanggihan dan kemahiran membubuhkan kosmetika untuk membuat
tampilan yang paling “modern”.
Namun penulis menolak perspektif
itu. Cantik bukanlah semata-mata berurusan dengan bagaimana tubuh
dipresentasikan, melainkan bagaimana jiwa ditata, perilaku di jaga, dan aura
kebaikan dipresentasikan. Pembentukan kecantikan pun tidak memerlukan hal-hal
yang bersifat fisik dan kosmetik. Pembentukan kecantikan, menurut saya
berkaitan dengan air wudhu, kebersihan hati, senyum, kecerdasannya, berdoa
mendekatkan kepada Sang Pencipta, sholat lima waktu yang dilengkapi dengan
dhuha dan tahajud, serta kebajikan yang ditanam dan dipupuk untuk menyuburkan
kehidupan.
Saya memiliki beberapa sahabat
yang menurutku mereka cantik dengan cara mereka masing-masing, tanpa make up
atau tanpa adanya penghias wajah yang berlebihan. Ada satu temanku yang
terlihat cantik karena senyum dan kebaikan hatinya yang sangat terpancar dari
wajahnya yang selalu sumringah, lugu dan apa adanya. Dilengkapi juga dengan
wajah aslinya yang memang sudah sangat cantik, semakin menambah kecantikannya.
Lalu ada temanku yang cantik
dengan kesabaran, kalem, kadang pendiem kadang nggak, yang pastinya dibarengi
dengan kebaikan akhlaknya. Wow, dua temanku ini selalu sejuk bila dipandang,
sehingga membuat dua temanku ini sangat di sukai oleh hampir semua laki-laki di
kampusku. Hehe
Selain dua temanku di atas ada
juga 4 temanku yang sudah menikah, yang menuruku mereka tetap terlihat cantik
meski sudah memiliki putra / putri. Ada yang cantik karena kedewasaannya,
karena kepandapainnya, keuletannya, kebijaksanaannya, yang semuanya
menggambarkan kebaikan hati mereka masing-masing.
Yang pastinya mereka semua selalu
menghiasi wajah mereka dengan tetesan air wudhu, yang dibarengi dengan kebaikan
dan penataan jiwa / hati secara baik.
Wanita mana, sih, yang tidak ingin
memiliki wajah mulus, segar, lembap, cantik dan putih seperti yang ditawarkan
oleh iklan-iklan pembersih dan pemutih wajah di televisi? Pasti banyak termasuk
saya. Hehe
Padahal jika kita amati, apapun
jenis pembersih yang digunakan baik itu dengan susu pembersih, ataupun sabun
wajah, akan selalu diakhiri / dibasuh dengan air. Ya, air tanah atau air pa,
dingin atau hangat. Wajah yang terasa lebih segar, tampak lebih berseri dan
terang bukan hanya dirasakan setelah menggunakan pembersih, melainkan setiap
kali aku membasuh wajah dengan baik, menggosok, mengusap, dan membasuh berulang
sekitar tiga kali, bukan sekedar mengusapnya atau membasahi dengan air.
Saat-saat itu adalah saat aku
berwudhu dengan khusyuk dan tuma’ninah (tenang). Tentu saja semua
gerakan wudhu tidak dilakukan dengan asal-asalan atau asal basah, tetapi dengan
sepenuh perasaan dan keyakinan bahwa usapan demi usapan, gerakan demi gerakan
yang dilakukan dapat melunturkan kotoran.
Wudhu, selain merupakan kewajiban,
juga memberikan manfaat yang banyak secara fisik. Hal ini dapat dipahami dengan
ilmu dan logika. Seorang muslim dan muslimah rata-rata berwudhu lima kali
sehari. Efek logisnya, wudhu akan membersihkan minimal anggota tubuh yang
banyak/lebih mudah kotor karena tidak tertutup baju atau banyak digunakan
beraktivitas, seperti wajah, tangan, kaki, mulut, dan hidung.
Ketika membasuh anggota wudhu,
basuhan tersebut akan memberikan rangsangan terhadap saraf-saraf pada anggota
wudhu yang dibasuh. Ketika kita membasuh wajah menggosoknya, pada saat itu,
kita meluruhkan kotoran-kotoran di muka kita sekaligus merangsang saraf pada
wajah. Hal ii akan berakibat wajah bersih, segar, berseri, dan juga kencang.
Ketika kita berkumur saat
berwudhu, hal ini akan membersihkan gigi dan mulut hingga gigi kita tidak
gampang sakit dan mengurangi bau mulut. Ketika kita menghirup air ke hidung,
tentu saja air tersebut akan meluruhkan kotoran, merangsang saraf hidung dan
menjaga kesehatannya.
Membasuh kaki dan menggosoknya
akan merangsang saraf di telapak kaki. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
telapak kaki merupakan pusat saraf. Rangsangan di daerah ini bisa memberikan
perbaikan dan menyehatkan organ tubuh lainnya. Di telapak kaki juga terdapat
saraf yang berhubungan dengan wajah. Dengan demikian, merangsang saraf kaki,
insya Allah akan ikut menjaga wajah yang segar, tidak cepat tua dan tentu saja
cantik.
Itulah wudhu, yang dengannya,
Allah menyatakan bahwa air wudhu yang mengalir dari sela-sela jari akan
menggugurkan dosa-dosa. Lebih dari itu, bahkan Allah mengatakan bahwa bekas
wudhu itu akan memancarkan sinar di wajah pemiliknya. Oleh karena itu, selain
berpahala, wudhu menjadikan wajah kita semakin berseri, bukan saja karena
secara fisik wudhu dapat mengangkat semua kotoran, melainkan karena wudhu juga
menjadi penyebab terpancarnya inner beauty : jiwa yang tenang dalam
ketaatan dan jiwa yang terbersihkan dari dosa-dosa.
Bukankah Allah telah menyediakan
pembersih yang paling sempurna, yang mampu menghapus kotoran dan noda yang ada
dalam jiwa dan raga?
Jadi cantik itu sejatinya tidak
punya standar fisik, apalagi yang bersifat universal. Secara fisik, seorang
perempuan sesungguhnya tidak bisa dipilah menjadi yang cantik dan tidak cantik
atau buruk rupa. Secara fisik, satu-satunya pemilihan yang bisa dilakukan
adalah “setiap perempuan secara fisik berbeda”. Selebihnya, kecantikan adalah
sesuatu yang memancar dari dalam, berpendar-pendar keluar lewat jendela hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar