Sugeng Rawuh Teng Blog Kula "Dinazad"

Kamis, 14 Mei 2015

Cantik dan Air Wudhu


            Cantik, suatu hal yang pastinya ingin dimiliki oleh setiap wanita di seluruh dunia. Banyak produsen yang menawarkan cara agar wanita terlihat cantik. Mulai dari prodak make up, memakai krim kecantikan, krim pelindung dan lain sebagainya.
Kecantikan, tidaklah datang hanya dari fisik. Kecantikan yang sejati datangnya dari jiwa atau hati yang memancar berpendar-pendar. Cantik adalah perkara kenyamanan, ketenangan dan kematangan jiwa.
Dalam perspektif yang rutin, cantik dipahami secara fisik : putih, mengkilat, ramping, serba terbuka, dan menonjolkan kelebihan yang melekat pada raga. Perlombaan menjadi cantik pun menjadi ajang memoles segala hal fisik yang melekat pada badan atau raga. Cantik menjadi persoalan kecanggihan dan kemahiran membubuhkan kosmetika untuk membuat tampilan yang paling “modern”.
Namun penulis menolak perspektif itu. Cantik bukanlah semata-mata berurusan dengan bagaimana tubuh dipresentasikan, melainkan bagaimana jiwa ditata, perilaku di jaga, dan aura kebaikan dipresentasikan. Pembentukan kecantikan pun tidak memerlukan hal-hal yang bersifat fisik dan kosmetik. Pembentukan kecantikan, menurut saya berkaitan dengan air wudhu, kebersihan hati, senyum, kecerdasannya, berdoa mendekatkan kepada Sang Pencipta, sholat lima waktu yang dilengkapi dengan dhuha dan tahajud, serta kebajikan yang ditanam dan dipupuk untuk menyuburkan kehidupan.
Saya memiliki beberapa sahabat yang menurutku mereka cantik dengan cara mereka masing-masing, tanpa make up atau tanpa adanya penghias wajah yang berlebihan. Ada satu temanku yang terlihat cantik karena senyum dan kebaikan hatinya yang sangat terpancar dari wajahnya yang selalu sumringah, lugu dan apa adanya. Dilengkapi juga dengan wajah aslinya yang memang sudah sangat cantik, semakin menambah kecantikannya.
Lalu ada temanku yang cantik dengan kesabaran, kalem, kadang pendiem kadang nggak, yang pastinya dibarengi dengan kebaikan akhlaknya. Wow, dua temanku ini selalu sejuk bila dipandang, sehingga membuat dua temanku ini sangat di sukai oleh hampir semua laki-laki di kampusku. Hehe
Selain dua temanku di atas ada juga 4 temanku yang sudah menikah, yang menuruku mereka tetap terlihat cantik meski sudah memiliki putra / putri. Ada yang cantik karena kedewasaannya, karena kepandapainnya, keuletannya, kebijaksanaannya, yang semuanya menggambarkan kebaikan hati mereka masing-masing.
Yang pastinya mereka semua selalu menghiasi wajah mereka dengan tetesan air wudhu, yang dibarengi dengan kebaikan dan penataan jiwa / hati secara baik.
Wanita mana, sih, yang tidak ingin memiliki wajah mulus, segar, lembap, cantik dan putih seperti yang ditawarkan oleh iklan-iklan pembersih dan pemutih wajah di televisi? Pasti banyak termasuk saya. Hehe
Padahal jika kita amati, apapun jenis pembersih yang digunakan baik itu dengan susu pembersih, ataupun sabun wajah, akan selalu diakhiri / dibasuh dengan air. Ya, air tanah atau air pa, dingin atau hangat. Wajah yang terasa lebih segar, tampak lebih berseri dan terang bukan hanya dirasakan setelah menggunakan pembersih, melainkan setiap kali aku membasuh wajah dengan baik, menggosok, mengusap, dan membasuh berulang sekitar tiga kali, bukan sekedar mengusapnya atau membasahi dengan air.
Saat-saat itu adalah saat aku berwudhu dengan khusyuk dan tuma’ninah (tenang). Tentu saja semua gerakan wudhu tidak dilakukan dengan asal-asalan atau asal basah, tetapi dengan sepenuh perasaan dan keyakinan bahwa usapan demi usapan, gerakan demi gerakan yang dilakukan dapat melunturkan kotoran.
Wudhu, selain merupakan kewajiban, juga memberikan manfaat yang banyak secara fisik. Hal ini dapat dipahami dengan ilmu dan logika. Seorang muslim dan muslimah rata-rata berwudhu lima kali sehari. Efek logisnya, wudhu akan membersihkan minimal anggota tubuh yang banyak/lebih mudah kotor karena tidak tertutup baju atau banyak digunakan beraktivitas, seperti wajah, tangan, kaki, mulut, dan hidung.
Ketika membasuh anggota wudhu, basuhan tersebut akan memberikan rangsangan terhadap saraf-saraf pada anggota wudhu yang dibasuh. Ketika kita membasuh wajah menggosoknya, pada saat itu, kita meluruhkan kotoran-kotoran di muka kita sekaligus merangsang saraf pada wajah. Hal ii akan berakibat wajah bersih, segar, berseri, dan juga kencang.
Ketika kita berkumur saat berwudhu, hal ini akan membersihkan gigi dan mulut hingga gigi kita tidak gampang sakit dan mengurangi bau mulut. Ketika kita menghirup air ke hidung, tentu saja air tersebut akan meluruhkan kotoran, merangsang saraf hidung dan menjaga kesehatannya.
Membasuh kaki dan menggosoknya akan merangsang saraf di telapak kaki. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa telapak kaki merupakan pusat saraf. Rangsangan di daerah ini bisa memberikan perbaikan dan menyehatkan organ tubuh lainnya. Di telapak kaki juga terdapat saraf yang berhubungan dengan wajah. Dengan demikian, merangsang saraf kaki, insya Allah akan ikut menjaga wajah yang segar, tidak cepat tua dan tentu saja cantik.
Itulah wudhu, yang dengannya, Allah menyatakan bahwa air wudhu yang mengalir dari sela-sela jari akan menggugurkan dosa-dosa. Lebih dari itu, bahkan Allah mengatakan bahwa bekas wudhu itu akan memancarkan sinar di wajah pemiliknya. Oleh karena itu, selain berpahala, wudhu menjadikan wajah kita semakin berseri, bukan saja karena secara fisik wudhu dapat mengangkat semua kotoran, melainkan karena wudhu juga menjadi penyebab terpancarnya inner beauty : jiwa yang tenang dalam ketaatan dan jiwa yang terbersihkan dari dosa-dosa.
Bukankah Allah telah menyediakan pembersih yang paling sempurna, yang mampu menghapus kotoran dan noda yang ada dalam jiwa dan raga?
Jadi cantik itu sejatinya tidak punya standar fisik, apalagi yang bersifat universal. Secara fisik, seorang perempuan sesungguhnya tidak bisa dipilah menjadi yang cantik dan tidak cantik atau buruk rupa. Secara fisik, satu-satunya pemilihan yang bisa dilakukan adalah “setiap perempuan secara fisik berbeda”. Selebihnya, kecantikan adalah sesuatu yang memancar dari dalam, berpendar-pendar keluar lewat jendela hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar