Sugeng Rawuh Teng Blog Kula "Dinazad"

Minggu, 17 Mei 2015

Kapan Katakan Saya Cinta kepadamu


 
Sayang, apa kabar hari ini?
Honey, I Love U
Aku kangen sama kamu
dll....
Kata-kata semacam itu mudah sekali terucap apabila untuk pasangan kita. Namun, terkadang kita justru sulit mengucapkannya pada orang-orang terdekat seperti orang tua, kakak, adik dan lain sebagainya. Termasuk salah satunya adalah saya. Hehe J
Padahal, ternyata banyak hadits dan riwayat Nabi SAW yang memberikan betapa mengucapkan cinta adalah sunnah-Nya.
Saat bangun pagi, tidak pernah rasanya saya mengatakan cinta untuk orang-orang terdekat seperti ibu, bapak, adik, kakak dan kerabat yang lain?
Kenapa tidak pernah?. Jawabnya karena di keluargaku tidak ada budaya mengatakan “cinta” sehingga kagok dan malu terasa jika harus mengungkapkannya. Sejak pagi sudah disibukkan dengan kesibukan masing-masing pula.
Padahal dalam hati rasanya ingiiiin sekali setiap waktu saya mengucapkan “Aku Cinta kepadamu mama, Aku cinta kepadamu bapak, Aku cinta kepadamu kakak, aku cinta kepadamu adik. Ingin sekali selalu menyapa dan mengucapkan terima kasih untuk setiap perhatian dan kasih sayang yang telah kalian berikan.
Mungkin ada pula yang menjawab “Boro-boro!” Pagi hari, semua harus ke tempat kerja atau ke sekolah, berpacu dengan waktu. Mana sempat bilang I Love U?
Kawan, saat bertemu dengan sahabat hari ini, sudahkah kamu sampaikan cinta kepada mereka? Sudahkan kamu sampaikan cinta kepada semua orang dekat, baik di mata maupun di hati, semua orang dekat, baik karena hubungan darah maupun pertalian akidah?
“Tidak!” Mungkin begitu jawabnya. Kebersamaanmu dengan mereka lebih karena tuntutan kerja dan aktivitas, itu alasannya.
“Tidak biasa!” Barangkali demikian kamu bilang. Toh, obrolan dan jalan bersama sudah menunjukkan cinta sehingga ia tidak harus diuntai dalam kata. Sementara itu, sikap dan perhatian lebih menunjukkan rasa yang engkau miliki untuk mereka.
Bisa jadi demikian halnya. Akan tetapi, alangkah indah jika engkau coba sabda Rasulullah saw., berikut ini.
Dari Abu Karimah Al Miqdad bin Ma’dikariba r.a.m dari Rasulullah saw, beliau bersabda, Apabila seseorang mencintai saudaranya, beri tahukanlah kepadanya bahwa ia mencintainya. (H.R. Abu Daud)
Dari Anas r.a., ia berkata, “Ada seorang laki-laki duduk di hadapan Rasulullah saw. Kemudian, ada seorang yang lewat di situ. Lalu, orang yang duduk di hadapan Rasulullah berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai orang itu’.
Rasulullah saw. bertanya, ‘Apakah kamu sudah memberitahukan kepadanya?’
Dia menjawab, ‘Belum’.
Beliau bersabda, ‘Beritahukanlah kepadanya!’
Kemudian, dia menemui orang itu dan berkata, ‘Sesungguhnya, saya mencintaimu karena Allah’.
Orang itu menjawab, “Semoga kamu dicintai oleh Dzat yang menjadikanmu mencintaiku karena-Nya’. (H.R. Abu Daud)
Kawan, pernahkah kamu mengunjungi kerabat, saudara dan sahabat hanya karena kamu ingin mengunjunginya? Semata karena ingin menjalin tali cinta?
“Tidak sempat”. Bisa jadi seperti itu alasanmu. Terlalu banyak pekerjaan dan urusan lain yang tidak mungkin ditinggalkan.
Kawan, pernahkah kamu menelepon untuk sekedar bersilaturahmi, menyapa, mendengar suara di seberang sana, dan menanyakan kabarnya?
“Ah, tidak terpikirkan”. Dapat pula itu ungkapmu. Sementara itu, masih banyak nomor terkait kewajiban menunggu untuk dihubungi.
Ingin rasanya saya belajar dari sabda Rasulullah saw., berikut ini.
Dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah saw., beliau bersabda : Sesungguhnya, ada seseorang akan berkunjung ke tempat saudaranya yang berada di desa lain, kemudian Allah swt. mengutus malaikat untuk mengujinya. Setelah malaikat itu berjumpa dengannya, ia bertanya, ‘Hendak ke manakah kamu?’
Ia menjawab, ‘Aku akan berkunjung ke tempat saudaraku yang berada di desa itu’.
Malaikat bertanya lagi, ‘Apakah kamu merasa berhutang budi kepadanya sehingga merasa perlu mengunjunginya?’
Laki-laki itu menjawab, ‘Tidak. Aku mengunjunginya semata karena aku mencintainya karena Allah Swt.’
Malaikat kemudian berkata, ‘Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah untuk menjumpaimu dan Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah’. (H.R. Muslim)
Kawan, sudahkah kamu menjabat tangan saudaramu ketika bertemu? Sudahkan kamu peluk keluargamu hari ini?
“Pasti”. Seperti itu barangkali yang kamu sampaikan karena itu telah menjadi kebiasaan di masyarakat.
Bukan, Sahabat! Karena hal itu adalah sesuatu yang disunahkan, menjadi penggugur dosa para pelakunya, mewujudkan cinta para penjunjungnya. Semoga berita yang dibawa sahabat dari sang pembawa risalah meneguhkanmu.
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. mencium Hasan bin Ali r.a. Kemudian, Aqra’ bin Habis berkata, “Sesungguhnya, saya memiliki sepuluh anak, tetapi saya tidak pernah mencium seorang pun dari mereka”.
Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa tidak mengasihi, ia tidak akan dikasihi”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Aisyah r.a. berkata, “Zaid bin Haritsah datang ke Madinah dan Rasulullah saw. sedang berada di rumahku. Kemudian, ia datang dan mengetuk pintu. Lantas, Rasulullah saw. bangkit dan menarik kainnya, serta memeluk dan menciumnya”. (H.R. Turmudzi)
Al Barra r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Dua orang Islam yang bertemu, kemudian mereka berjabat tangan maka dosa kedua orang tersebut diampuni sebelum keduanya berpisah. (H.R. Abu Daud)
Kawan, mengatakan cinta bukanlah tabu, bahkan ia disunahkan Al Musthafa. Kamu tidak perlu romantis untuk melakukannya. Kamu tidak usah malu dan merasa sudah bukan masanya karena cinta tidak mengenal usia. Bolehlah ia diungkapkan oleh anak kepada bapak dan ibunya, ayah bunda kepada sang putra, keponakan kepada kerabatnya, seseorang kepada sahabatnya. Terlebih bagi, istri atau suami kepada pasangan hidupnya karena cinta adalah bahasa dunia.
Oleh karena itu, apa yang menghalangimu mengatakan, “Saya cinta kepadamu” hari ini dan menunjukkan kasih sayang kepada keluarga, saudara, kaum kerabat, dan sahabat?
# Selalu berusaha untuk berubah menjadi lebih baik#
Selalu dan selalu J

Sabtu, 16 Mei 2015

Wanita Perkasaku


 
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintangan demi aku anakmu
Ibuku sayang, masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah
Seperti udara kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas Ibu...ibu...

Ingin kudekap dan menangis di pangkuanmu
Sampai ku tertidur bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa ku membalas, Ibu...ibu...
(by : Iwan Fals “Ibu”)

22 Desember adalah hari Mama. Hari di mana setiap orang memberikan sesuatu yang lebih spesial dari hari-hari biasanya. Dari hal yang mungkin paling kecil sampai dengan hal yang besar, misalkan dari hanya mengucapkan selamat hari Mama kepada Mama masing-masing, memberikan kado, memberi bunga, memberi perhatian yang lebih, mengambil alih semua tugas Mama pada hari itu sampai dengan hal yang lebih spesial lainnya.
Sejak aku tak bekerja dan hanya fokus pada kuliahku saja, dan Mama sudah semakin renta di usia yang lewat setengah abad, aku berjanji kepada diri sendiri untuk menggantikan Mama melaksanakan tugas-tugas kerumahtanggaan.
Namun, ternyata aku kalah kepada janji saya dan kalah dari semangat Mama. Saya tidak dapat memenuhi janji saya untuk menggantikan Mama menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga. Di sisi lain, aku menyaksikan diri Mama masih perkasa, bahkan lebih perkasa dibandingkan dengan yang dulu. Keluhan-keluhan sakit yang beliau rasakan tidak beliau tampakkan di hadapanku dan tetap beraktivias seperti biasanya.
Bulan ramadhan tahun lalu tepatnya tahun 2014, aku berjanji kepada diriku sendiri untuk menggantikan Mama menyediakan makan sahur untuk seluruh keluarga. Akan tetapi, ternyata aku selalu bangun saat makanan telah terhidang di meja pukul tiga dini hari. Mama telah lebih dahulu bangun saat aku masih terlelap dan berselimut. Mama langsung menyiapkan sahur bagi kami semua. Mama selalu menunggu agar semua keluarga makan terlebih dahulu, baru setelah semua selesai baru Mama bergegas untuk makan sahur. Di saat menunggu setiap anggota keluarga makan, Mama menyMamakkan diri dengan menyiapkan bahan dagangan yang akan beliau bawa ke pasar. Selepas sahur, biasanya Mama langsung membenahi peralatan bekas memasak dan makan, lalu mencucinya sekaligus dan di sinilah kesempatan ku untuk dapat sedikit membantu Mama. Setelah itu Mama, mengambil wudhu dan bergegas ke mushola untuk sholat subuh berjama’ah. Aku pun mengikuti Mama meski dengan rasa kantuk yang kadang masih menggelayuti. Setelah sholat subuh, aku biasanya kuliah subuh di Mushola Al-Khaeriyah. Terkadang jika terlalu mengantuk aku tidur kembali. Akan tetapi, Mama kembali menyingsingkan lengan baju, bersiap pergi ke pasar untuk berdagang tahu. Saat saya kembali, hanya tersisa pekerjaan membenahi dan membersihkan rumah serta halaman rumah, mencuci piring dan pakaian.
Mama, engkau wanita perkasaku!
Ketika pukul 09.00, Mama baru pulang dari pasar.  Setelah pulang dari pasar Mama hanya berhenti  dalam sedikit jeda, untuk membersihkan diri, sholat dhuha dan istirahat sejenak. Kemudian Mama kembali sMamak untuk mempersiapkan tahu yang akan digoreng untuk dijual esok harinya. Kemudian, setelah sore Mama mempersiapkan makanan untuk berbuka. Setelah selesai beliau berkutat lagi dengan baran dagangannya (menata dan memasukkan tahu-tahu yang telah digoreng ke dalam rak tahu agar tidak di makan tikus atau hewan lainnya), sampai maghrib menjelang.
Sedangkan aku?
Aktivitas rutin ku di pagi hari adalah membenahi rumah, menyapu halaman, mencuci piring, perkakas memasak dan mencuci pakaian. Aku memasak jika Mama tidak sempat melakukannya.
Selesai dengan pekerjaan rumah, saya mengisi waktu dengan berbagai kegiatan. Kadang aku juga ingin turun membatu Mama mengerjakan pekerjaannya. Namun aku tetap tak bisa seperti Mama.
Mama, engkau memang wanita perkasaku!
Sehabis berbuka, Mama langsung membenahi peralatan makan dengan atau tanpa bantuanku. Setelah semua beres, Mama kemudian berangkat ke mushola untuk sholat maghrib yang dilanjut dengan sholat isya dan tarawih.
Sepulang dari tarawih, barulah Mama beristirahat, terkadang juga mengisi waktu luang untuk membaca al-Qur’an. Jika Mama masih memiliki tenaga berlebih, kami sekeluarga bercengkrama, ngobrol tentang banyak hal atau bahkan berdiskusi kecil. Mama baru beristirahat saat malam mulai beranjak.
Mama, engkau sungguh wanita perkasaku!
Mama, masih banyak lagi hal lain yang dikerjakannya. Aktivitas-aktivitas tersebut masih ditambah lagi jika ada tetangga kita yang sedang hajatan ataupun terkena musibah. Mama pasti dengan ringan tangan ikut membantu. Mama rajin menghadiri acara yasinan, istighosah, takziah ataupun rewang.
Tahukah, apa yang aku pikirkan saat ini? Aku berharap, Mama layak mendapatkan semua kebaikan yang nilainya tak terhingga dari Allah. Aku berdoa semoga Allah menerima setiap sholat, senandung tasbih, takbir dan tahlil ibu yang menggema diantara pagi, siang, sore dan malam. Aku berharap Allah memberikan harga berlipat atas semua pengorbananmu. Aku meminta Allah mencatat dan menggandakan balasan untuk langkah-langkah ibu menuju mushola setiap waktunya meski dalam lelah dan letih.
Saya sungguh memohon, Allah memasukkan ibu dalam barisan orang-orang yang mendapatkan surga. Amiin.... Ibu, hanya doa ini yang dapat aku persembahkan untuk ibu.

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN


MASA DEWASA AKHIR

Dosen : Hj. Nurleli, M.Pd

Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Pemalang Tahun 2013


Oleh :
Kelompok 6
Komarudin                (3120019)
Rina Fatimah             (3120015)
Dinazad                      (3120040)
Yudho aji setiawan   (3120016)
Khalid                        (31300    )


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH PEMALANG
2013
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia kemunduran´ yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Seiring dengan pertumbuhan seseorang, usia merekapun juga bertambah. Dari anak-anak, remaja awal, remaja akhir, dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa akhir.Perubahn ini juga diikuti dengan perubahan lainnya, yaitu perubahan fisik dan perubahan intelektual.
Perubahan Fisik yang semakin menua akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkunganya. Dengan semakin lanjut usia seseorang secara berangsur-angsur ia mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan  menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan peran ditengah masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya komitmen.
Perubahan intelektual, pada umumnya orang percaya bahwa proses belajar, memori, dan intelegensi mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia.
Kecepatan dalam memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir.Selain itu, orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir.
Dengan adanya perubahan ini, maka terkadang membuat orang-orang yang telah masuk dalam fase ini menjadi menarik diri dari lingkungannya.
B.       Tujuan penulisan
Dalam penyusunan makalah terkait materi masa dewasa akhir penyusun memiliki tujuan agar dapat mengetahui perkembangan apa saja yang terjadi saat kita telah memasuki masa dewasa akhir
c.       Rumusan masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
- Apa pengertian dewasa akhir?
- Perkembangan apa saja yang dilalui pada masa dewasa akhir?








PEMBAHASAN
MASA DEWASA AKHIR

A.      Pengertian Masa Dewasa Akhir Atau Masa Lansia
Menurut Erikson tahap dewasa akhir memasuki tahap integrity vs despair yaitu kemampuan perkembangan lansia mengatasi krisis psikososialnya. Banyak stereotip positif dan negatif yang mampu mempengaruhi kepribadian lansia.Integritas ego penting dalam menghadapi kehidupan dengan puas dan bahagia.Hal ini berdampak pada hub.sosial dan produktivitasnya yang puas.Lawannya adalah despair yaitu rasa takut mati dan hidup terlalu singkat, rasa kekecewaan. Beberapa cara hadapi krisis dimasa lansia adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup sehat, dan kesehatan fisik.[1]
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.[2]
Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda.[3]
Sama seperti periode lainnya dalam rentang kehidupan seseorang, usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan apakah pria atau wanita usia lanjut akan melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk.[4] Adapun ciri-ciri yang nampak pada usia lanjut atau usia dewasa akhir dapat diamati sebagai berikut:
1)        Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Periode selama usia lanjut ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dapat dilakukan, ini biasa dikenal sebagai “senescense” yaitu masa proses menjadi tua .
Pemunduran pada usia lanjut dating drai factor fisik dan sebagian lagi dari factor psikologis. Penyebab fisik kemunduran ini merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh  bukan karena penyakit khusus tapi karena proses menua. Kemunduran juga dapat mempunyai penyebab psikologis, sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan kehidupan pada umumnya.
2)        Perbedaan individu pada efek menua
Ditekanakan oleh Cicero dalam bukunya De Snectuten menua membuat orang sulit hidup.Menurutnya “usia tua itu tidakseperti anggur, karena tidak setiap bagian dapat timbul rasa asam sesuai dengan usianya”. Orang menjadi tua secara berbeda karena mereka mempunyai sifat bawaan yang berbeda  dan pola hidup yang berbeda. Perbedaan kelihatan di antara orang-orang yang mempunyai jenis kelamin yang sama dan semakin nyata bila pria dibandingkan dengan wanita karena menua terjadi dengan laju yang berbeda pada masing-masing jenis kelamin.
3)        Usia tua dinilai dengan criteria yang berbeda
Pendapat yang dikenal masyarakat adalah pria dan wanita yan keadaan fisik dan mentalnya loyo, using, sering pikun, jalannya membungkuk dan sulit hidup bersama dengan siapapun karena hari-harinya yang penuh dengan manfaat telah lewat, sehingga perlu dijauhkan dari orng-orang yang lebih muda.
Sama pentingnya bahwa konsep diri tentang usia lanjut yang dipunyai orang, yang dibentuk pada awal kehidupannya dan yang lebih banyak dilandasi oleh budayadari pada pengalaman pribadi seseorang pada usia lanjut, mempengaruhi sikap mereka sendiri baik yang berusia lanjut maupun yang sedang dalam masa usia tua. Karena efek seperti ini bersifat negative, sehingga menambah ketakutan mereka terhadap usia lahjut dan menimbulkan konsep diri yang negative.
4)        Sikap social pada usia lanjut
Arti oenting tentang sikap social terhadap usia lanjut yang tidak menyenangkan memepengaruhi cara orang memperlakukan orang usia lanjut. Sebagai pengganti penghormatan dan penghargaan terhadap orang usia lanjut , dan sebagai cirri-ciri banyak kebudayaan, sikap social mengakibatkan orang usia lanjut merasa bahwa mereka tidak lagi bermanfaat bagi kelompok social dan dengan demikian maka lebih banyak menyusahkan dari pada sikap yang menyenangkan
5)        orang usia lanjut mempunyai stataus kelompok-minoritas
Walaupun ada fakta bahwa jumlah orang usia lanjut dewasa ini bertambah banyak, tetapi status mereka dalam kelompok-minoritas, yaitu suatu status yang dalam beberapa hal mengecualikan mereka untuk tidak berinteraksi dengan kelompok lainnya, dan memberinya sedikit kekuasaan atau bahkan tidak memperoleh kekuasaan apapun. Status kelompok-minoritas ini terutama terjadi sebagai akibat dari sikap social yang tidak menyenangkan terhadap orang usia lanjut dan diperkuat oleh pendapat yang tidak menyenangkan tentang mereka.
6)        Menua menumbuhkan perubahan peran
Karena sikap social yang tidak menyenangkan bagi kaum usia lanjut, pujian yang mereka hasilkan dihubungkan dengan peran usia tua bukan dengan keberhasilan mereka. Perasaan tidak berguna dan tidak diperlukan lagi bagi orang usia lanjut menumbuhkan rasa rendah diri dan kemarahan, yaitu suatu perasaan yang tidak menunjang proses penyesuaian social sesorang.
7)        Penyesuaian yang buruk merupakan cirri-ciri usia lanjutkeinginan menjadi muda kembali sangat kuat pada usia lanjut
Orang usia lanjut cenderung, sebagai kelompok lebih banyak untuk menyesuaikan diri secara buruk ketimbang orang yang lebih muda.
Status kelompok –minoritas yang dikenakan pada orang berusia lanjut secara alami telah membangkitkan keinginan untuk tetap muda selama mungkin dan ingin dipermuda apabila tanda-tanda menua tampak.
8)        Keinginan untuk menjadi muda lagi
Status kelompok-minoritas yang dikenakan pada orang yang berusia lanjut secara alami telah membangkitkan keinginan untuk tetap muda  dan ingin dipermuda apabila tanda-tanda menua tampak.

B.       Tugas Perkembangan Usia Dewasa Akhir
Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut lebih banyakberkaitan dengan kehidupan pribadi seseoarang daripada kehuidupan pribadi orang lain[5]. Adapun tugas perkembangan pada masa dewasa akhir ini, diantaranya:
       Menciptakan kepuasan dalam keluarga sebagai tempat tinggal di hari tua.
         Menyesuaikan hidup dengan penghasilan sebagai pensiunan
         Membina kehidupan rutin yang menyenangkan.
         Saling merawat sebagai suami-istri
         Mampu menghadapi kehilangan (kematian) pasanan dengan sikap yang positif (menjadi janda atau duda).
         Melakukan hubungan dengan anak-anak dan cucu-cucu.
         Menemukan arti hidup dengan nilai moral yang tinggi.[6]

C.      Perkambangan Pada Usia Dewasa Akhir
1.    Perkembangan Fisik
Pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap kondisi psikologis.
Menurut Hurlock (1980) terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada usia dewasa akhir, diantanya adalah :
1.      Daerah kepala
2.      Daerah Tubuh
3.      Daerah persendian
2.    Perkembangan Kognitif
  • Kecerdasan dan Kemampuan Memproses
Kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir.Ada beberapa bukti bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya.Meskipun kecepatan tersebut perlahan-lahan menurun, namun terdapat variasi individual di dalam kecakapan ini.Dan ketika penurunan itu terjadi hal ini tidak secara jelas menunjukkan perngaruhnya terhadap kehidupan kita dalam beberapa segi substansial.
  • Pengaturan Tempat Tinggal
    Satu stereotipe dari para lansia adalah bahwa mereka tinggal di dalam institusi-institusi-rumah sakit, rumah sakit jiwa, panti jompo (nursing home), dan sebagainya.
Semakin tua seseorang, semakin besar hambatan mereka untuk tinggal sendirian.Mayoritas orang dewasa lanjut yang tinggal sendirian adalah janda, tinggal sendirian sebagai orang dewasa lanjut tidaklah berarti kesepian.Karena para lansia yang dapat menopang dirinya sendiri ketika hidup sendiri seringkali memiliki kesehatan yang baik dan sedikt ketidakmampuan, dan mereka selalu memiliki hubungan sosial dengan sanak keluarga, teman-teman, dan para tetangga.
3.    Perkembangan Psikis dan Intelektual
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental    merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia.
Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi.Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan.Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya kepikunan.
4.    Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
5.    Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme.Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia.Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”.Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental.
6.    Perkembangan Minat

1.             Perkembangan Kepribadian Minat dalam diri sendiri: orang menjadi semakin dikuasai oleh diri sendiri apabila semakin tua
2.             Minat terhadap pakaian: minat terhadap pakaian tergantung pada sejauh mana orang berusia lanjut terlibat dalam kegiatan sosial.
3.             Minat terhadap uang: pensiun atau pengangguran mungkin akan menjalani masa tuanya dengan pendapatan yang kurang bahkan mungkin tanpa pendapatan samasekali
4.             Minat untuk rekreasi :beberapa perubahan dalam kegiatan sering dilakukan karena memang tidak dapat dielakkan
5.             Minat keagamaan, dalam hal ini beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang usia lanjut temyata tidak harus selalu semakin kuat kehidupan keagamaannya. Disimpulkan bahwa kehidupan beragama ini akan sangat ditentukan oleh bagaimana individu tersebut menjalankan kehidupan beragama di masa sebelumnya
6.             Minat untuk mati, beberapa pertanyaan sering kali banyak menghinggapi pikiran para lanjut usia ini antara lain, kapan saya akan mati ?, apa yang menyebabkan kematian saya nanti ?, apa yang bisa saya lakukan terhadap kematian seperti yang saya inginkan ?, atau apakah saya dibenarkan untuk bunuh diri ?, bagaimana saya dapat mati dengan cara yang baik?
7.             Minat untuk makan sering kali sangat berkurang. Hal ini banyak disebabkan karena masalah gigi, gusi dan sistem pencemaan. Sehingga ini juga menyebabkan terjadinya ketegangan dengan mereka yang mengurus/menyediakan makanan tersebut
7.    Perkembangan kepribadian
Perkembangan ini merujuk kepada teori psikoanalisa; Freud, Roger, dan Erikson
• Freud
Percaya bahwa pada usia lanjut, kita kembali kepada kecenderungan2 narsistik masa kanak-kanak awal (Santrock, 2002: 250).
Artinya tindakan yang dibuat harus diperlihatkan kepada orang lain. Ketika itu tidak bisa dilakukan maka tidak akan memperoleh kepuasan.
• Carl Jung
Mengatakan bahwa pada usia lanjut, pikiran tenggelam jauh di dalam ketidaksadaran (Santrock, 2002: 250).
Berdasarkan pendapat Jung ini, mungkin saja hal ini yang membuat orang yang sudah tua mudah lupa, karena sulit untuk memanggilnya kembali ke alam sadar.
Hal ini mungkin saja disebabkan oleh sedikitnya kontak dengan realitas, sehingga pikirannya terpendam dalam ketidaksadaran
• Erikson
Integritas Vesus Keputusasaan
Percaya bahwa masa dewasa akhir dicirikan oleh tahap terakhir dari delapan tahap siklus kehidupan.
Tahun-tahun akhir kehidupan merupakan suatu masa untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan selama hudupnya. Jika kehidupan sebelumnya dapat dijalani dengan baik maka akan merasakan kepuasan/integritas pada masa tuanya, dan sebaliknya. Mereka mengeluh sangat pelupa, kesulitan dalam menerima hal baru.Dan mereka juga merasa tidak tahan dengan tekanan, perasaan seperti ini membentuk mental mereka seolah tertidur, dengan keyakinan bahwa dirinya sudah terlalu tua untuk mengerjakan hal tertentu, mereka menarik diri dari semua bentuk kegiatan.[7]
Kemudian pada usia lanjut juga dapat kita amati adanya perubahan-perubahan yang tampak. Perubahan kondisi fisik terjadi pada usia lanjut atau dewasa akhir dan sebagian besar perubahan itu terjadi kearah yang memburuk, proses dan kecepatannya sangat berbeda untuk masing-masing individu yang sama terjadi proses dan kecepatan kerusakan yang bervariasi. Beberapa perubahan yang terjadi pada usia lanjut dapat dilihat sebagai berikut:
·         Perubahan penampilan
·         Perubahan bagian dalam tubuh
·         Perubahan pada fungsi fisiologis
·         Perubahan panca indera
·         Perubahan seksual
Selain itu perubahan mental pada usia lanjut juga diikuti oleh kerusakan fisik. Menurunnya keadaan fisik juga menunjang terjadinya kerusakan mental telah ditunjukkan dengan perlakuan terhadap hormone seks pada wanita berusia lanjut dapat meningkatkan kemampuan berfikir , mempelajari bahan baru, menghapal, mengingat, dan meningkatkan kemampuan untuk mengeluarkan energy intelektualnya..

D.      Bahaya Penyesuaian Pribadi Dan Social Pada Usia Lanjut
Pada beberapa waktu di sepanjang kehidupan seseorang terdapat bahaya serius yang lebih potensial sehingga proses penyesuaian pribadi dan social tidak dapat dilakukan secara baik pada usia lanjut. Sebagian dari masalah ini disebabkan oleh karena menurunnya kemampuan mental dan fisik , yang mengakibatkan orang berusia lanjut lebih mudah diserang oleh bahaya potensial disbanding pada usia sebelumnya. Disampinng itu sebagian lagi disebabkan olek kurangnya kemampuan dalam mengenal bahaya potensial ini dalam kelompok masyarakat.Sebagai akibatnya beberapa orang mencoba untuk mengingatkan orang berusia lanjut untuk mempersiakan diri terhadap bahaya semacam itu sejalan dengan usianya yang semakin bertambah.[8]
            Selama decade yang lalu para dokter lebih aktif berkampanye untuk mendorong orang berusia lanjut , bahkan pasien yang berusia muda untuk menurunkan berat badan mereka untuk menghindari bahaya sakit jantung potensial pada saat usia mereka bertambah tua. Sayangnya, banyak orang usia lanjut gagal mengikuti saran atau bahkan gagal dalam menghindari bahaya jantung dimasa depan, karena mereka mengubah pola hidupnya secara kasar dan radikal dimasa usia lanjut. Jadi,bukan mengubah pola hidup secara bertahap dan jauh-jauh dipersiapkan, akibatnya meraka terlambat untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi sebelumnya. Bahaya yang jelas dialami oleh orang pada masa dewasa akhir yaitu:
Ø  Bahaya fisik
Banyak orang berusia lajut yang belajar untk mengatasi penyakit rungan tang bersifat fisik, sedang adalagi yang tidak berusaha mengatasinya. Adapun tanda-tanda bahaya fisik yang umum pada usia lanjut adalah penyakit dan hambatan fisik, kurang gizi, gangguan gizi, mengendutnya kemampuan seksual, dan kecelakaan.
Ø  Bahaya psikologis
Ada sejumlah tanda-tanda bahaya psikologis pada orang usia lanjut, meskipun hal yang sama bisa terjadi pada usia yang muda. Dari sekian banyak tanda-tanda bahaya psikologis pada orang usia lanjut, ada beberapa bahaya yang bersifat umum dan paling serius, antara lain:
-        Orang usia lanjut mnerima pendapat tentang kebudayaan
-        Pengaruh perubahan fisik pada usia lanjut
-        Perubahan dalam pola kehidupan
-        Kecenderungan untuk tidur secara mental
-        Merasa bersalah karena menganggur
-        Berkurangnya pendapatan
-        Pelepasan kegiatan social.












PENUTUP
Kesimpulan
·      Orang usia lanjut yang kira-kira mulaiterjadi pada usia 60 tahun ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang cenderung mengarah kepenyesuaian diri yang buruk dan hidupnya tidak bahagia
·      Ada perbedaan perubahan individu yang menonjolsebagai dari usia lanjut, dengan kekuatan yang bersifat fisik mendahului ketuaan psikologis yang meupakan kejadian yang bersifat umum.
·      Bahaya yang potensial terhadap penyesuaian pribadi dan social sebagian disebabkan oleh menurunnya fungsi fisik dan mental sebagai ciri-ciri usia lanjut, yang mengakibatkaan orang usia lanjut mudah diserag penyakit dan sebagian lagi disebabkan kurangnya pengenalan terhadap bahaya potensial yang berasal dari kelompok social.
·      Diantara sekian banyak bahaya fisik yang bersifat umum yang merupakan cir-ciri usia lanjut adalah penyakitan, hambatan yang bersifat jasmaniyah, kurang gizi, gigi banyak yang tanggal kecelakaan dan hilangnya kemamuan seksual.
·      Bahaya yang bersifat psikologis melputi kepercayaan terhadap pendapat tentang usia lnjut, perasaan rendah diri, perasaan tak berguna, perubahan pola hidup, perubahan pola mental, perasaan bersalah karena menganggur dan terutama yang mau tidak mau harus mengakibatkan perubahan terhadap pola hidup.








DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta. Erlangga





















[1]http://www.psycholovegy.com/2012/05/masa-perkembangan-manusia-dewasa-akhir.html
[2] Op. cit
[3] Op.cit
[4] Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan. Jakarta. Erlangga. 1980. Hlm: 380
[5] Elizabeth B Hurlock. Ibid hlm: 385
[8] Elizabeth B Hurlock. Op. cit. hlm:405