Sugeng Rawuh Teng Blog Kula "Dinazad"

Jumat, 05 Juni 2015

Senyuman


 
Senyuman. Satu kata yang sangat sederhana namun memberikan kekuatan yang tidak terkira. Dalam hal pelaksanaan, senyum adalah aktivitas sederhana untuk dilakukan. Hayo, siapa sih, orang yang hidup di dunia ini yang tidak bisa tersenyum? Orang miskin ataupun kaya bisa tersenyum karena senyum tidak membutuhkan modal, kecuali niat dan ketulusan hati. Manusia pintar dan tidak pintar sama-sama bisa tersenyum karena untuk bisa tersenyum tidak perlu sekolah. Sejak kita lahir, orang-orang di sekeliling kita telah menyambut kita dengan senyum lebar, sekaligus mengajarkannya kepada kita. Sakit atau sehat, cacat atau lengkap, semua orang masih bisa tersenyum karena senyum tidak membutuhkan usaha luar biasa. Caranya adalah  cukup menarik kedua ujung bibir ke atas sedikit, kecuali jika sakit dan cacatnya seputar  mulut.
Secara fisik, tersenyum dapat membuat kita selalu dalam kondisi riang. Bobby De Porter dalam bukunya Quantum Learning mengatakan bahwa sikap tubuh seseorang dapat mempengaruhi perasaan atau mood seseorang sebagaimana perasaan juga memengaruhi sikap tubuh seseorang. Ayo, kita coba! Anda sedang sedih atau marah, kemudian usahakan menarik ujung kedua bibir Anda ke atas membentuk sebuah senyuman. Tanyakan kepada hati Anda dengan jujur, “Apakah masih tetap merasa sedih seperti semula?” Saya percaya, setidaknya perasaan Anda tidak se-blue sebelumnya. Kemudian, cobalah sebaliknya. Anda sedang berperasaan biasa saja atau bahkan tengah riang dan gembira. Kemudian, duduklah dengan bahu merunduk. Bungkam mulut Anda dan kerucutkan. Tiba-tiba, Anda akan merasa sedih. Nah, mengapa kita tidak menggunakan sikap tubuh untuk memengaruhi kondisi mental dan jiwa kita? Menyikapi segala sesuatu dengan senyum, insya Allah segalanya akan lebih ringan.
Emha Ainun Najib dalam salah satu tulisannya mengatakan bahwa orang yang selalu riang dan suka tertawa sulit dimasuki jin dan setan karena aura tubuh mereka yang rileks tidak menyenangkan bagi jin. Makhluk ini lebih suka memasuki tubuh seorang yang suka melamun, berdiam diri, menyendiri, dan selalu bersedih hati.
Dalam hal makna, senyum juga bermakna sederhana. Mendengar kata senyum, pasti yang terbayang pertama kali adalah wajah manis penuh keramahan dan cinta (kecuali kalau di belakangnya diberi embel-embel senyum sinis, senyum sarkastis, dan lain-lain).
Senyum bisa menjadi pembuka komunikasi. Senyum pun bisa menjadi senjata jika kita sedang grogi. Senyum adalah bahasa dunia. Jika kita tidak saling mengerti bahasa lawan bicara, meski tidak saling sapa, senyum sudah cukup menjadi isyarat persahabatan. Senyum akan mencairkan kekakuan hingga ketegangan antar dua sahabat pun terlelehkan. Kemarahan pun padam. Cinta dan aura kedamaian tersebar dalam sebuah kelompok, lingkungan, dan komunitas.
Rasulullah pernah bersabda, Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah. Oleh karena itu, kita bisa beramal dan bersedekah tanpa harus memiliki sesuatu yang besar. Kita cukup melakukan satu hal sederhana, yaitu senyum penuh cinta dan tulus.
Senyum adalah solusi sederhana terhadap kepedihan peribadi, kesedihan keluarga, luka masyarakat, dan juga nestapa dunia. Lalu, mengapa kita tidak tersenyum saja agar perjalanan lebih ringan? Mengapa kita tidak tersenyum agar persahabatan lebih menyenangkan? Mengapa kita tersenyum agar dunia lebih damai? Mengapa kita tidak tersenyum agar hidup lebih nyaman? Tanpa sengaja, kita telah berkonstribusi terhadap perdamaian dunia. Alangkah indahnya! Betapa damainya! Betapa menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar