Senyuman. Satu kata yang sangat sederhana namun memberikan
kekuatan yang tidak terkira. Dalam hal pelaksanaan, senyum adalah aktivitas
sederhana untuk dilakukan. Hayo, siapa sih, orang yang hidup di dunia ini yang
tidak bisa tersenyum? Orang miskin ataupun kaya bisa tersenyum karena senyum
tidak membutuhkan modal, kecuali niat dan ketulusan hati. Manusia pintar dan tidak
pintar sama-sama bisa tersenyum karena untuk bisa tersenyum tidak perlu
sekolah. Sejak kita lahir, orang-orang di sekeliling kita telah menyambut kita
dengan senyum lebar, sekaligus mengajarkannya kepada kita. Sakit atau sehat,
cacat atau lengkap, semua orang masih bisa tersenyum karena senyum tidak
membutuhkan usaha luar biasa. Caranya adalah
cukup menarik kedua ujung bibir ke atas sedikit, kecuali jika sakit dan
cacatnya seputar mulut.
Secara fisik, tersenyum dapat membuat kita selalu dalam
kondisi riang. Bobby De Porter dalam bukunya Quantum Learning mengatakan
bahwa sikap tubuh seseorang dapat mempengaruhi perasaan atau mood
seseorang sebagaimana perasaan juga memengaruhi sikap tubuh seseorang. Ayo,
kita coba! Anda sedang sedih atau marah, kemudian usahakan menarik ujung kedua
bibir Anda ke atas membentuk sebuah senyuman. Tanyakan kepada hati Anda dengan
jujur, “Apakah masih tetap merasa sedih seperti semula?” Saya percaya,
setidaknya perasaan Anda tidak se-blue sebelumnya. Kemudian, cobalah
sebaliknya. Anda sedang berperasaan biasa saja atau bahkan tengah riang dan
gembira. Kemudian, duduklah dengan bahu merunduk. Bungkam mulut Anda dan
kerucutkan. Tiba-tiba, Anda akan merasa sedih. Nah, mengapa kita tidak
menggunakan sikap tubuh untuk memengaruhi kondisi mental dan jiwa kita?
Menyikapi segala sesuatu dengan senyum, insya Allah segalanya akan lebih
ringan.
Emha Ainun Najib dalam salah satu tulisannya mengatakan bahwa
orang yang selalu riang dan suka tertawa sulit dimasuki jin dan setan karena
aura tubuh mereka yang rileks tidak menyenangkan bagi jin. Makhluk ini lebih
suka memasuki tubuh seorang yang suka melamun, berdiam diri, menyendiri, dan
selalu bersedih hati.
Dalam hal makna, senyum juga bermakna sederhana. Mendengar
kata senyum, pasti yang terbayang pertama kali adalah wajah manis penuh
keramahan dan cinta (kecuali kalau di belakangnya diberi embel-embel senyum
sinis, senyum sarkastis, dan lain-lain).
Senyum bisa menjadi pembuka komunikasi. Senyum pun bisa
menjadi senjata jika kita sedang grogi. Senyum adalah bahasa dunia. Jika kita
tidak saling mengerti bahasa lawan bicara, meski tidak saling sapa, senyum
sudah cukup menjadi isyarat persahabatan. Senyum akan mencairkan kekakuan
hingga ketegangan antar dua sahabat pun terlelehkan. Kemarahan pun padam. Cinta
dan aura kedamaian tersebar dalam sebuah kelompok, lingkungan, dan komunitas.
Rasulullah pernah bersabda, Senyummu di hadapan saudaramu
adalah sedekah. Oleh karena itu, kita bisa beramal dan bersedekah tanpa
harus memiliki sesuatu yang besar. Kita cukup melakukan satu hal sederhana,
yaitu senyum penuh cinta dan tulus.
Senyum adalah solusi sederhana terhadap kepedihan
peribadi, kesedihan keluarga, luka masyarakat, dan juga nestapa dunia. Lalu,
mengapa kita tidak tersenyum saja agar perjalanan lebih ringan? Mengapa kita
tidak tersenyum agar persahabatan lebih menyenangkan? Mengapa kita tersenyum
agar dunia lebih damai? Mengapa kita tidak tersenyum agar hidup lebih nyaman?
Tanpa sengaja, kita telah berkonstribusi terhadap perdamaian dunia. Alangkah indahnya!
Betapa damainya! Betapa menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar